Week 22 : Skrining Antenatal di Puskesmas

Tuesday, December 04, 2018
Bulan ini aku berencana memeriksakan kehamilanku di Puskesmas untuk melakukan skrining antenatal. Di trimester pertama aku melewatkannya karena tak tahu dan masih bertanya-tanya, "emang bisanya cuma di Puskesmas aja?" Sementara kalau ke Puskesmas berarti harus ijin setengah hari untuk meninggalkan pekerjaan.

Waktu kunjungan terakhir dengan dokter kandungan bulan lalu, aku menanyakan perihal ini. Kata beliau, skrining itu penting, meski demikian beliau tidak memberikan rujukan untuk melakukannya di laboratorium rumah sakit. 

Okelah, daripada penasaran, mending dicoba saja. Tapi bingung, mau di puskesmas mana? Puskesmas dekat rumah mertua, kok ya kartu identitas masih ikut alamat orang tua. Takutnya ditanya 'ini harusnya periksa di puskesmas area sana!' Mau ke puskesmas dekat rumah orang tua, kok ya jauh.

Belum sempat memutuskan, aku dapat berita buruk. Bapak salah satu teman dekatku meninggal dunia. Kebetulan rumahnya dekat dengan puskesmas sesuai kartu identitas. Jadilah, sepulang takziyah aku mampir ke puskesmas.

Aku melakukan pendaftaran sebagai pasien umum. BPJS tak bisa ku gunakan karena Faskes pertamaku memang bukan disini. Selesai daftar, langsung ke ruang KIA. Tak begitu lama, aku dipanggil ke ruangan. Tak ada keluhan berarti. Aku hanya ingin tes laboratorium.

Bidan mulai memeriksa, menggunakan alat untuk mendengar detak jantung; 145 per menit. Semua normal. Bidan hanya memberikan saran untuk membeli celana hamil karena melihatku pakai celana yang tak diresleting sampai atas. LOL. Selesai diperiksa, aku diberi pengantar ke laboratorium.

Ruang laboratorium masih terkunci. Petugasnya baru datang jam 09.00 WIB. Aku menunggu cukup lama. Begitu datang, aku pasien kedua yang ditangani. Ku serahkan surat pengantar dan percakapan itu segera terjadi.

Petugas lab bertanya aku kerja dimana, punya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) atau tidak? Ku sampaikan, aku kerja di rumah sakit dan aku punya BPJS. Petugas tersebut sedikit terkejut, kalau punya fasilitas kenapa tak digunakan? Kita kan bayar BPJS, kenapa malah jadi pasien umum? Rumah sakit kan fasilitasnya lebih lengkap, kenapa malah ke puskesmas yang alatnya tidak lengkap?

Aku diceramahi panjang lebar. Petugas tadi seperti tak rela kalau aku harus keluar uang untuk tindakan yang dilakukan, seakan teriak, "Kamu punya BPJS, kenapa tidak dipakai? Kamu bayar lho itu tiap bulan! Kenapa harus keluar uang lagi?!"

Beruntung mood ku sedang bagus saat itu, jadi aku bisa menanggapi petugas lab dengan cukup baik. Aku menjelaskan bahwa Faskes I yang ku pilih adalah sebuah klinik tanpa ada bidan disana. Alasannya karena mudah minta rujukan dan waktunya tidak terbatas hanya di pagi hari saja. Terakhir periksa ke rumah sakit, aku sudah menanyakan mengenai tes laboratorium atau skrining antenatal ini, tapi dokter kandungan tak memberikanku rujukan. Aku bisa apa? Maksa untuk dibuatkan pengantar laboratorium?

Kalau pada akhirnya skrining antenatal ini harus pakai biaya sendiri, apa salahnya aku ke puskesmas? Lagipula aku juga ingin mencoba bagaimana pelayanannya.

Meski pada akhirnya pemeriksaan tetap dilakukan dan aku harus membayar sejumlah uang Rp 45.000,- Petugas lab tetap memintaku untuk lebih bijak dalam menggunakan kartu BPJS. Cari jalan paling mudah agar semua biaya pemeriksaan hingga persalinan bisa ditanggung BPJS.

Aku mengiyakan semua saran itu dan setelah hasil lab diberikan, aku kembali ke ruang KIA.
Hb = 11
Hbsag = negatif
HIV = negatif

Hemoglobin ku masuk dalam kategori batas normal bawah, jadi tetap perlu waspada. Selanjutnya aku diberikan resep obat yang bisa ku ambil di bagian Farmasi, tanpa dikenakan biaya tambahan. Aku diberikan :
Vitamin C
Calcium Lactate 500mg
Ferrous Fumarate  Folic Acid

Sehat selalu ya Nak!

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.