Surat untuk Dokter
Purworejo, 17 Desember 2018
Dear Pak Dokter,
Terima kasih telah meresepiku di tanggal 11 Desember kemarin. Tapi mohon maaf, sampai saat ini obatnya belum ku minum, mungkin karena itu sampai saat ini gigiku masih sakit.
Pak Dokter,
Sejujurnya, aku berharap banyak pada Bapak, tapi Pak Dokter mematahkan rasa percayaku ke Bapak. Aku sedikit kecewa. Biarkan aku sedikit cerita apa yang ku rasakan ya Pak.
Jumat, 07 Desember, rasa sakit itu mulai muncul. Nyut. Nyut. Gigiku sakit. Aku tak tahu kenapa, aku tak tahu sumber sakitnya sebelah mana, yang jelas sebelah kanan dan terasa sakit saat digunakan untuk mengunyah.
Makin hari makin terasa sakitnya. Apalagi saat malam tiba, aku sering kebangun tidur hanya untuk merasakan sakit. THENG! Nyuuuuuttttt.
Minggu, 09 Desember, akhirnya suami mengantarku ke klinik tempatmu praktik. Ternyata kami kecelik. Jadwal praktikmu Senin - Jumat pukul 17.00 - 19.30 WIB. Kami pulang dengan tangan kosong.
Aku berharap sakit giginya berangsur hilang, tapi tidak, aku justru menemukan sumber gigi yang membuatku kesakitan. Ku lihat ada garis hitam kecil diantara gigi yang sakit dengan sebelahnya. Aku tak tahu apakah itu karang gigi atau indikasi awal gigi berlubang. Aku sungguh tak paham.
Selasa, 11 Desember, sedari pagi mood ku sudah hancur tak karuan. Ada rasa yang tak bisa dijelaskan yang membuatku sedih berkepanjangan. Seharian perasaanku tak menentu hingga pada akhirnya aku menangis sesenggukan sepulang kerja. Belum lagi ketambahan sakit gigi yang makin menjadi-jadi.
Malamnya, suami kembali mengantarku ke klinik. Kami kehujanan tapi kami terjang demi bertemu denganmu.
Kami mendaftar dan menunggu giliran. Sepanjang itu hatiku masih tak karuan dan makin tak karuan begitu aku bertemu denganmu.
Aku masuk ke ruanganmu ditemani suami. Di saat itu Bapak sedang mengeluhkan sesuatu dengan perawat. Begitu selesai, Pak Dokter baru menyambutku.
Kenapa? Sakit gigi Dok, kayak mau berlubang gitu.
Sebelah mana? Kanan kiri? Kiri.
Atas bawah? Atas.
Gigi ke berapa dari geraham? Berapa ya.
(Aku memainkan lidah, menunjukkan gigi yang sakit) Itu yang sakit? Iya.
Mau obat apa ditindak?
Perasaanku mulai tak enak. Kenapa Bapak tak mengeceknya terlebih dahulu, baru selanjutnya memberikan opsi untukku? Apa Bapak semacam sudah biasa menangani kasus yang seperti ini sehingga tak perlu melihat lebih dekat?
Karena sedari awal aku sudah nggak sreg, akhirnya ku jawab saja kalau aku tengah berbadan dua. Maka makin jelaslah kalau aku hanya akan diresepi tanpa harus membuka mulut agar Bapak bisa mengeceknya. Selanjutnya, bukannya diberi saran kedepannya harus bagaimana, malah diberikan ceramah tentang pentingnya pemeriksaan gigi sebelum merencanakan kehamilan, merembet kemana-mana hingga Bapak mempertanyakan mengapa aku memilih fasilitas kesehatan pertama di klinik tempat Bapak praktek sekarang. Sungguh saat itu aku sedang tak butuh nasehat semacam itu, Pak. Aku hanya ingin sembuh dari sakit gigiku.
Selesai memberi petuah, Bapak memberiku selembar resep yang isinya:
Amoksilin
Neurodex
Lanadexon
Chlorpheniramine
Banyak sekali, Pak! Aku tahu Pak Dokter tak akan sembarangan memberikanku obat. Tapi entah kenapa ada rasa enggan untuk meminumnya. Maaf ya Pak! Mungkin kalau saat itu suasana hatiku sedang bagus, aku akan menerima semua saranmu dengan baik dan aku akan menurut untuk minum obat yang Bapak resepkan.
Selasa, 11 Desember, sedari pagi mood ku sudah hancur tak karuan. Ada rasa yang tak bisa dijelaskan yang membuatku sedih berkepanjangan. Seharian perasaanku tak menentu hingga pada akhirnya aku menangis sesenggukan sepulang kerja. Belum lagi ketambahan sakit gigi yang makin menjadi-jadi.
Malamnya, suami kembali mengantarku ke klinik. Kami kehujanan tapi kami terjang demi bertemu denganmu.
Kami mendaftar dan menunggu giliran. Sepanjang itu hatiku masih tak karuan dan makin tak karuan begitu aku bertemu denganmu.
Aku masuk ke ruanganmu ditemani suami. Di saat itu Bapak sedang mengeluhkan sesuatu dengan perawat. Begitu selesai, Pak Dokter baru menyambutku.
Kenapa? Sakit gigi Dok, kayak mau berlubang gitu.
Sebelah mana? Kanan kiri? Kiri.
Atas bawah? Atas.
Gigi ke berapa dari geraham? Berapa ya.
(Aku memainkan lidah, menunjukkan gigi yang sakit) Itu yang sakit? Iya.
Mau obat apa ditindak?
Perasaanku mulai tak enak. Kenapa Bapak tak mengeceknya terlebih dahulu, baru selanjutnya memberikan opsi untukku? Apa Bapak semacam sudah biasa menangani kasus yang seperti ini sehingga tak perlu melihat lebih dekat?
Karena sedari awal aku sudah nggak sreg, akhirnya ku jawab saja kalau aku tengah berbadan dua. Maka makin jelaslah kalau aku hanya akan diresepi tanpa harus membuka mulut agar Bapak bisa mengeceknya. Selanjutnya, bukannya diberi saran kedepannya harus bagaimana, malah diberikan ceramah tentang pentingnya pemeriksaan gigi sebelum merencanakan kehamilan, merembet kemana-mana hingga Bapak mempertanyakan mengapa aku memilih fasilitas kesehatan pertama di klinik tempat Bapak praktek sekarang. Sungguh saat itu aku sedang tak butuh nasehat semacam itu, Pak. Aku hanya ingin sembuh dari sakit gigiku.
Selesai memberi petuah, Bapak memberiku selembar resep yang isinya:
Amoksilin
Neurodex
Lanadexon
Chlorpheniramine
Banyak sekali, Pak! Aku tahu Pak Dokter tak akan sembarangan memberikanku obat. Tapi entah kenapa ada rasa enggan untuk meminumnya. Maaf ya Pak! Mungkin kalau saat itu suasana hatiku sedang bagus, aku akan menerima semua saranmu dengan baik dan aku akan menurut untuk minum obat yang Bapak resepkan.
Doakan aku agar segera sembuh dari sakit gigi ini ya Pak. Terima kasih. Semoga Bapak sehat selalu dan lebih ramah melayani pasien lain, bagaimanapun kondisi Bapak saat itu.
Salam!
# Day 28
Kebanyakan kalau petugas kesehatan senior kerjanya tanpa periksa, cyin. Wkwkwk. Sabar yaaah. Mungkin pak dokter juga lagi badmood. Saya gak pernah mau ke dokter, selalu ke puskesmas sampe bela2in izin telat masuk kerja. Btw...jaga kesehatan gigi sebelum nikah emang penting. Saya waktu itu sampe minta dibor dan ditambal buat gigi yg ada titik2 itemnya, itu tanda kalau gigi mau lubang. Soalnya gak pengen ganggu pas hamil. Kan sakiiit.
ReplyDeleteSekarang udah sembuh?
hihi dasarnya aku yg males ke dokter gigi kali ya,
Deletesekalinya sakit, huhu.. nggak tahan.. T.T
lumayan lama lagi sakitnya :(
alhamdulillah 2 hari terakhir ini udah mulai ilang sakitnya :)