Perempuan Inspiratifku, Inspiratif Para Remaja
"Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga."
Selamat Hari Kartini. Demikianlah yang sering kita dengar di
bulan April ini. Demi mengenang jasa Ibu Kartini, para perempuan dan wanita
masa kini berlomba-lomba menjadi Kartini-Kartini muda yang menginspirasi sesama
kaumnya untuk lebih hebat dalam berkarya.
Berbicara mengenai perempuan terinspiratif, setiap dari kita
pasti punya favorit masing-masing, meski tak jarang kita menyebut IBU sebagai
seseorang yang paling menginspirasi kita. Bagaimana pun keadaan beliau, IBU
adalah orang yang terhebat.
Akan tetapi, mari kita tengok kanan kiri kita. Lihatlah
sekeliling kita, berikan perhatian kita untuk para perempuan-perempuan hebat
yang bisa menginspirasi kita. Siapa sajakah mereka?
Aku memilih Maudy Ayunda sebagai perempuan inspiratifku. Siapa yang tak tahu dia? Gadis muda kelahiran Jakarta, 19
Desember 1994, yang mempunyai segudang prestasi.
Menurutku, dia artis yang tidak seperti kebanyakan artis lainnya, yang pandai menyanyi, berakting, namun mengesampingkan pendidikan mereka. Bahkan beberapa artis memilih home schooling agar tidak menganggu jadwal 'show' mereka.
Ayunda Faza Maudya, nama asli Maudy Ayunda, telah membintangi sejumlah film layar lebar. Dia memulai karirnya di dunia
hiburan dengan membintangi film pertamanya, “Untuk Rena”. Dia juga main film lagi di Sang Pemimpi, Rumah Tanpa Jendela, dan Malaikat Tanpa Sayap. Akhir-akhir ini Maudy semakin
terkenal setelah bermain sebagai Kugy dalam film “Perahu Kertas 1 dan 2”, sebuah film
yang diangkat dari sebuah novel karya Dewi Lestari. Pada film tersebut, dia
disandingkan dengan Adipati Dolken.
Selain jago akting, Maudy juga memiliki suara yang merdu.
Terbukti dengan dia yang membawakan lagu soundtrack film Perahu Kertas. Ia juga
pandai memainkan gitar dan piano.
Maudy bermain gitar |
Ku rasa banyak artis bisa seperti dia, yang berperan di banyak film dan pandai bernyanyi. Namun, yang membedakan Maudy dengan artis lainnya adalah kemampuan dan prestasinya di luar dunia keartisannya. Dia mampu membuktikan prestasinya dengan menjadi Juara Dua pada Speech Competition. Maudy juga aktif menulis novel dalam bahasa Inggris. Saat usianya menginjak angka 10 tahun, dia
pernah membuat buku kumpulan dongeng anak berjudul "A Forest of Fables" dan semua
hasil penjualannya disumbangkan untuk korban tsunami Aceh.
Pada bulan Desember 2012 lalu, Maudy mendapat kehormatan menjadi
spokeperson pada forum bertajuk The regional Conference Evaluates the Millenium
Development Goals and Looks to Creating a Foundation for the Post-2015. Forum
tersebut diadakan di Nusa Dua Bali dan dihadiri oleh Presiden RI, Bapak SBY. Di
forum tersebut Maudy dipilih dari pemuda-pemudi bangsa sebagai pembicara
termuda.
Setelah lulus SMA, Maudy Ayunda akan melanjutkan kuliah di
luar negeri. Dan setelah menjalani beberapa seleksi, dia diterima di delapan
universitas di dunia, diantaranya Oxford University di Inggris dan Columbia
University di AS.
Demikianlah Maudy Ayunda di mataku. Walau dia tak bisa
disamakan dengan Ibu Kartini dan bahkan dia tak sehebat wanita-wanita terinspiratif
lainnya, bagiku Maudy Ayunda cukup menginspirasi, khususnya bagi para remaja
Indonesia, penerus generasi bangsa.
Dia bisa diterima di universitas ternama bukan semata-mata
karena dia memiliki uang yang lebih, namun juga didukung oleh kemampuannya di
bidang akademik. Dan di luar akademik, dia pun mampu menorehkan prestasinya.
Melihat prestasinya yang gemilang, membuatku menjadi lebih semangat untuk berkarya. Berkarya bukan berarti menjadi artis yang pandai berakting, bernyanyi, bintang iklan, atau semacamnya. Berkarya berarti melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, menghasilkan sesuatu yang bernilai prestasi. Pada intinya, bisa menginspirasi orang lain untuk menjadi lebih baik.
Harapannya, dengan menjadikan Maudy Ayunda sebagai perempuan inspiratif bagiku dan bagi orang lain, khususnya para remaja dapat meningkatkan
kemampuan kita, baik di bidang akademik maupun maupun non akademik, saling bersaing
untuk meraih prestasi. Bukan justru bersaing menentukan siapakah yang paling
cantik, siapa yang paling tajir. Tak
seharusnya kita memikirkan hal tersebut.
Kembali ke Maudy Ayunda. Kemampuannya dalam berakting bukan karena dia
memiliki 'modal' yang besar untuk menjadi seorang artis ternama, namun karena dia
sering mengikuti teater atau kelas drama yang diadakan di SMA nya. Dan siapa
yang menyangka jika dulunya dia pernah menjabat sebagai ketua OSIS. Prestasi
yang hebat,bukan?
Yuk, generasi muda. Mari kita gunakan waktu kita untuk
belajar. Belajar bukan hanya sekedar membaca buku pelajaran, lancar dalam
hitung-hitungan. Namun, belajar lebih luas, mengisi waktu luang dengan kegiatan
yang bermanfaat, mengikuti kegiatan ekstra kulikuler, kursus, dan segala macam
kegiatan yang positif. Dan bagi yang masih bersekolah, khususnya bagi para
perempuan-perempuan, terus tingkatkan prestasi akademik di sekolah, belajar dengan
kesungguhan hati. Bukankah suatu kesempatan besar ketika kita dapat merasakan bangku
sekolah? Tidak seperti jaman Kartini yang butuh perjuangan untuk menikmati pendidikan.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^