Cerita di Balik Warna Biru
Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keempat.
Aku suka warna biru. Dimana-mana ku temukan warna biru.
Langit biru. Laut biru. Semua biru. Menurut temanku, biru itu tak hanya
menunjukkan ekspresi, namun juga memberikan makna, mengungkap rasa, dan
menciptakan melodi. Bagiku, biru memberikan suasana tenang dan damai.
Langit yang biru |
Aku suka warna biru. Tapi itu dulu, sebelum sepotong kejadian
‘biru’ terjadi. Semua ini berawal dari terdaftarnya aku sebagai mahasiswa baru
sebuah politeknik swasta di Jakarta, Politeknik Manufaktur Astra (Polman Astra).
Mahasiswa baru tentu tak lepas dari yang namanya OSPEK. Di
Polman Astra, kami menyebutnya PPK atau Program Pengenalan Kampus. Tentu saja
perlengkapan yang aneh-aneh harus kami siapkan. Tak lupa juga dengan kostum
yang dikenakan.
PPK |
Kostum yang diharuskan tidaklah memberatkan. Di hari pertama,
kami diwajibkan mengenakan kemeja putih lengan panjang, bawahan hitam panjang. Hari kedua, kemeja lengan panjang warna biru gelap,
bawahan hitam. Dan di hari ketiga memakai batik lengan panjang dengan bawahan hitam. Tidak ada
ketentuan yang aneh-aneh seperti tas kantung gandum, topi besek, atau yang
lainnya.
Akan tetapi, bagiku hal tersebut sangat memberatkan. Mengapa? Karena aku anak perantauan dan aku tidak mungkin pulang ke rumah (di Purworejo)
untuk mempersiapkan segalanya. Sementara itu, aku belum mengenal Jakarta. Aku
tak tahu dimana aku harus membeli kemeja, batik, dan keperluan lainnya.
Sungguh beruntungnya aku karena di Jakarta ini aku punya budhe meski
hubungan kekeluargaan kami cukup jauh. Budhe-ku ini adalah kakak dari suami
kakak ibu aku. Ya, ceritanya untuk sementara waktu aku akan tinggal di rumah
budheku, setidaknya sampai aku bisa beradaptasi dengan lingkungan Jakarta. Kebetulan budheku mempunyai lima orang anak dan dua diantaranya
tinggal bersama budhe. Maka dibantulah aku mencari keperluan PPK oleh Mbak
Hesti, anak kelima budheku.
Yang utama dan paling utama adalah berburu kostum. Kebetulan
aku sudah mempunyai kemeja putih dan rok hitam. Berarti aku tinggal membeli
kemeja biru dan rok batik.
Di hari yang telah ditentukan, kami (aku dan Mbak Hesti) pergi memulai perburuan. Kami
naik angkot 02 menuju Ramayana Semper. Disana kami berkeliling-keliling, mulai
dari lantai 1 hingga lantai paling atas. Target pertama kami; kemeja biru.
Kesana kemari tak kudapati kemeja biru untuk cewek. Naik turun, ke kanan ke
bawah, hampir setiap sudut telah kami jelajahi. Bukan karena tak cocok dengan
model, harga atau sebagainya, namun seingatku aku tak menemukan kemeja warna
biru. Mbak Hesti kemudian mengajakku ke toko-toko di sekitar Ramayana. Dan
lagi-lagi tak ku temukan kemeja warna biru.
Ku tahu Mbak Hesti telah lelah. Apalagi saat itu dia sedang berpuasa. Namun, demi melihatku senang, Mbak Hesti mengajakku ke ITC
Cempaka Mas untuk melanjutkan perburuan. Kami naik 07. Sepanjang perjalanan,
Mbak Hesti banyak bercerita. Dia selalu mengingatkanku untuk selalu waspada
saat naik kendaraan umum. Tak terasa kami telah sampai di ITC Cempaka Mas.
***
Ini pertama kalinya aku berbelanja di pusat perbelanjaan
sebesar ITC. Awalnya aku merasa aneh dengan para pelayan toko yang ada disana.
“Boleeeh, belanja.” Teriak mbak-mbak penjaga toko.
Di kotaku Purworejo, biasanya para pelayan toko menyambut ‘para
tamu berharga’ dengan mengatakan “Mau beli apa, Mbak? Celana, baju, ada disini.
Ayo dilihat dulu!” dan ini berbeda dengan yang di Jakarta.
***
Kami mulai menyusuri setiap sudut. Kami datangi tiap toko
yang menjual kemeja. Sayangnya kemeja biru (berlengan panjang) tak mudah ku
temukan. Kebanyakan dari mereka menjual kemeja biru berlengan pendek. Lagi-lagi
kami harus naik turun, kesana kemari untuk mencari kemeja biru berlengan
panjang. Sambil berburu kemeja biru, kami sekalian mencari batik. Tak terlalu
susah untuk mencari batik karena hanya mengunjungi beberapa toko, kami sudah
menemukannya.
Kami pun melanjutkan perjalanan. Sesekali kami duduk di
bangku dekat escalator. Ku lihat muka pucat Mbak Hesti. Dia terlihat kelelahan,
demikian pula aku.
“Barang itu kalau dibutuhkan, susah dicari ya!” kata Mbak Hesti.
“Iya, Mbak.”
“Kita tadi udah muter-muter, tapi nggak ada.”
“Iya. Kemeja biru adanya yang pendek semua.”
“Ada yang panjang, tapi kemeja cowok. Kalau kemeja biru
cowok banyak.”
Setelah berpikir beberapa saat, aku pun akhirnya memutuskan
untuk membeli kemeja biru cowok. Akhirnya kami berdua pergi ke toko yang
menjual kemeja cowok. Disana banyak dijual kemeja berlengan panjang. Namun,
lagi-lagi aku dibingungkan.
“Biru seperti apa yang harus ku beli?”
Ada biru cerah, biru gelap, biru muda, biru tua, dan beragam
warna biru lainnya. Aku bingung. Informasi yang ku dapatkan tak menyebutkan
biru seperti apa, hanya biru gelap. Tapi segelap apa? Biru oh biru. Yang mana yang harus ku pilih? Ku tanya teman
baruku, ternyata dia belum membeli kemeja biru. Akhirnya setelah menimbang dan
memilih, aku memutuskan untuk membeli kemeja cowok lengan panjang dengan warna
biru gelap namun tak terlalu tua. Deal.
ilustrasi: warna kemeja biruku seperti ini |
Sesampainya di rumah budheku, aku kepikiran untuk bertanya
ke salah satu panitia PPK, lewat SMS tentunya. “Kak, buat PPK, birunya seperti
apa ya?”
“Biru Dongker.”
Jedhhiieerrrrrrrr… Biru dongker? Seperti apakah itu? Setelah
ku cari tahu, biru dongker adalah biru yang mendekati warna hitam. Salah beli
kemeja dong? Tentu saja. Apa yang harus aku lalukan? Gimana kalau aku dihukum
gara-gara kemejaku terlalu mencolok? Gimana ini?
Aku kembali SMS ke temanku mengabarkan kalau biru yang dimaksud adalah biru dongker. Temanku menjawab, dia sudah beli kemeja biru, belum dongker, tapi sudah cukup gelap.
Aku kembali SMS ke temanku mengabarkan kalau biru yang dimaksud adalah biru dongker. Temanku menjawab, dia sudah beli kemeja biru, belum dongker, tapi sudah cukup gelap.
Aku semakin ketakutan. Takut jika nanti dihukum kakak-kakak
keamanan. Gimana kalau hanya aku yang memakai baju biru yang lumayan cerah,
bukan dongker? Hukuman seperti apa yang akan aku dapatkan?
Aku mengirimkan SMS ke teman baruku yang lain. Kebetulan dia
belum beli kemeja biru. Akhirnya aku bilang padanya, “Kalau mau beli kemeja
biru bareng ya. Aku salah warna nih!”
Serem banget jika harus berhadapan dengan Sie Keamanan |
Di hari yang telah ditentukan, kami (aku dan temanku) pergi
mencari kemeja biru. Temanku mengajak ke Ramayana Koja. Aku belum pernah
kesana.
Sesampainya disana kami langsung menuju ke bagian kemeja dan
baju kerja. Setelah cukup lama berkeliling-keliling, kami tak menemukan kemeja
biru cewek dongker berlengan panjang satu pun. (Dan lagi-lagi) akhirnya kami membeli
kemeja cowok lengan panjang. Yang membedakan dengan sebelumnya yaitu warna
birunya. Kali ini kemeja biru yang ku beli berwarna biru dongker. Yey.
ilustrasi: ini baru biru dongker >.< |
Di hari kedua PPK, dimana kami diharuskan memakai kemeja
biru. Saat itulah aku mengenakan kemeja biru dongkerku dipadu dengan dasi kupu-kupu
yang ku buat dari kertas. Kemeja biru satunya? Lupakan. Ia terlipat rapi dan berada
ditumpukan paling bawah di lemariku.
Entah apa yang ku rasakan hari itu. Sebagian besar camaba (calon mahasiswa baru)
mengenakan kemeja biru dongker. Sebagian kecil berwarna biru seperti kemeja
biru yang pertama ku beli. Beberapa anak mengenakan kemeja putih karena ‘mengaku’
belum sempat beli kemeja biru. Mereka yang berkemeja putihlah yang mendapat
hukuman. Sementara itu, mereka yang mengenakan warna biru seperti kemeja biruku
yang pertama, tak disinggung sama sekali. Oh, God!
Ternyata aku begitu taat dengan peraturan. Atau karena tak
ingin mencari masalah dengan Sie Keamanan? Entahlah. Yang jelas, kedua kemeja
biru yang ku beli khusus PPK sampai saat ini belum pernah ku pakai lagi setelah
PPK usai. Mereka mendiami tumpukan paling bawah lemariku. Biarlah. Biarlah
mereka menjadi kenangan ‘biru’ ku.
Ini nih, kedua baju biru yang ku beli khusus buat PPK |
wah pecinta biru ^^v
ReplyDeletepasti suka ama twitter and FB :D
ooo...biru berawal dari kampus, kirain tadi diangkat jadi ketua parpol dari partai yang memakai warna biru. hehehee
ReplyDeletegood job..:)
kayaknya satu spesies nih dengan mbak yang suka biru juga :)
ReplyDeleteKemejanya keren mbak, mau dong :)
mampir juga yah di blogku yang ada warna2 birunya :)
apa sampe skrg msh suka dg warna biru? atau malah trauma dg si biru? smg msh suka dg warna biru ya...
ReplyDeletekeren kemejanya. mirip temanku yang juga suka warna biru. ngelihat warn biru seperti tenang apalagi jika tiduran ditanah lapang ditemani angin sepoi sambil menantap birunya langit
ReplyDeletewaaah suka belanja di ITC yaaa? diskonnya gede gak?
ReplyDeletedulu saya juga suka biru, sekarang gak lagi. penyuka biru biasanya diartikan orang yang mellow, kalau kamu sendiri setuju gak?
wah kemeja birunya sayang sekali kalau berdiam di lemari ya, disumbangin saja Kaka.. ke panti asuhan, banyak yg mau kayaknya.. salam kenal...
ReplyDeleteKerennya :D
ReplyDeletesama dong, pecinta biru...
ReplyDeleteTapi kenangan ospek memang menggelikan ya, kita bisa segitu patuhnya sama senior, padahal kan sama2 mahasiswa..hehe
Di sumbangin aza mba baju birunya... saya juga suka biru :-)
ReplyDelete