Kebutuhan Kain Bedong untuk Newborn Baby

Thursday, July 04, 2019
Beberes perlengkapan bayi yang sudah tak terpakai, aku menemukan setumpuk kain bedong ini.


Enam kain bedong tersebut dipakai pertama kali tanpa dicuci dan disetrika, serta masih bau pabrik. Kok tega? Apalagi kalau bukan karena terpaksa.

Sebagai cucu kesekian (bukan cucu pertama), nenek dari kedua belah pihak udah wanti-wanti "nggak usah beli banyak-banyak, pakai yang sudah ada saja". Termasuk kain bedong ini. Di rumah sudah ada 4 buah. Aku beli lagi 3 buah. Total ada 7 buah. Hasil baca-baca pengalaman orang lain, untuk kain bedong cukuplah punya setengah lusin saja. Merasa cukup dong ya hanya beli 3 biji aja.

Akan tetapi, siapa sangka bayiku terlahir dengan diagnosis BBLR yang mengharuskan rawat inap 3 hari di rumah sakit. Kebetulan selama dua hari berturut-turut hujan terus. Tiap kali melihat stok baju bersih, selalu bertanya-tanya kain bedong yang dicuci sudah kering belum ya. Hingga saat itu tiba, ketika aku mengunjungi bayiku di ruang perina, bayiku kok bau pesing, ternyata kain bedong yang sudah terkena pipis dipakai lagi gara-gara tak ada lagi kain bedong yang bersih. Huhu. Akhirnya minta suami beli, yang untungnya tersedia di koperasi rumah sakit, seharga Rp 14.000,-/buah. Beli sebanyak 3 buah. Tak memungkinkan untuk dicuci dulu (karena nggak tahu kapan keringnya) akhirnya langsung dipakai meski masih bau pabrik.


Selang beberapa waktu, kembali di titik 'kehabisan kain bedong', akhirnya baru kepikiran untuk beli pospak (popok sekali pakai). Pospak dibeli, tapi tetap beli kain bedong lagi sebanyak 3 buah. Meski sudah pakai pospak, bayi kan tetap harus dibedong untuk menjaga suhu tubuh agar tetap hangat. Dan lagi-lagi, kain bedong yang dibeli, langsung dipakai tanpa dicuci. Kasihan sih sebenarnya, tapi ya gimana lagi.

Kenapa tak dari awal pakai pospak? Karena nggak tahu akan seboros itu pakainya. Ku pikir bisa cuci kering pakai, tapi kok ndilalah hujan terus.

Jadi total bedong yang dimiliki = 4+3+3+3 = 13 buah. Begitu sampai rumah, semuanya tetap berguna dan terpakai (tidak merasa kebanyakan) karena frekuensi pipis bayi > 6 kali dan tidak pakai pospak. Basah ganti, basah ganti. Cukup untuk sehari semalam.

Lantas, sampai kapan sih bayi dibedong? Sampai bayi menolak dan selama kain bedong masih muat di badan bayi. Kira-kira umur 1 bulan, bayi sudah merasa tak nyaman dibedong dan kalau kain bedongnya tidak terlalu lebar (seperti foto di atas), semakin bayi tumbuh besar, kainnya tak lagi bisa membungkus badan. Bisa sih, tapi gampang lepas.

Meski demikian, saat bayiku umur 2 bulan, aku tetap membedongnya di waktu-waktu tertentu yakni saat bayi terlihat lelah dan mengantuk. Biasanya dia agak rewel saat ngantuk. Begitu dibedong, dia jadi tenang dan langsung tidur. Seharian tangannya bergerak aktif, ada kalanya perlu diistirahatkan dengan cara dibedong.

Eh, udah tahu kan cara membedong yang benar. Tak perlu lah terlalu kencang hingga kaki 'ndlujur' lurus. Sekarang ini, biasanya nenek-nenek nih yang suka membedong dengan cara lama, ibarat baju, terlalu ketat.

"... baik dibedong atau pun tidak, secara normal seluruh bayi lahir dengan lutut bengkok. Jadi, bedong tidak bermanfaat untuk meluruskan lutut. Bedong pada bayi yang terlalu kencang dan kuat justru dapat menyebabkan panggul bergeser. Jika anda sudah terbiasa membedong bayi anda dengan alasan supaya bayi lebih hangat boleh saja asalkan saat dibedong panggul bayi tetap dapat bergerak bebas. (www.idai.or.id)"

Semoga kelak saat aku jadi nenek-nenek, aku tak begitu pada cucuku. Tapi ya tergantung ilmu yang berkembang saat itu juga deng. Sekarang perbanyak ilmu, belajar jadi ibu. Besok saat jadi nenek, ya harus belajar lagi. Setidaknya belajar menghargai cara anak dalam membesarkan anaknya ^^

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.