Cerita Gigi Bungsu (1) : Pulpitis

Saturday, July 06, 2019
Satu hal yang menakutkan bagiku adalah pergi ke dokter gigi. Ada trauma masa kecil yang terus menghantui hingga sekarang.


Sayangnya, meski takut dan nggak suka, ada saja permasalahan gigi yang memaksa ku untuk segera berkunjung ke dokter gigi, apalagi sejak menyusui bayi, rasa-rasanya semua masalah menumpuk jadi satu;
1. Gigi geraham paling belakang berlubang
2. Gigi geraham bungsu yang sudah ditunggu setahun lebih tapi mahkotanya hanya muncul sedikit
3. Nyeri pada gigi yang sakit saat hamil
4. Karang gigi yang menumpuk
5. Gigi rasanya rontok saat makan makanan panas dan dingin

Banyak sekali! Entah bagaimana mengatasinya. Inginku abaikan rasa sakit yang datang, tapi ku pikir-pikir aku masih muda, masa depanku masih panjang (insyaallah), masa iya aku menyerah dengan keadaan, masa iya umur belum kepala tiga tapi sudah sakit-sakitan. Akhirnya aku beranikan diri pergi ke dokter gigi.

Sabtu, 22 Juni, pulang kerja jam 13.00 WIB, aku pergi ke Faskes I. Niatnya mau minta rujukan karena setahuku dokter gigi disana praktiknya sore. Ternyata ada dokter gigi yang jaga pagi hingga siang. Meski mepet jam pulang, aku tetap diperiksa. Ku sampaikan keluhanku. Dari sekian banyak, hanya boleh pilih satu yang urgen. Aku pilih geraham yang berlubang karena lubangnya nggak kira-kira, sebutir nasi utuh bisa tersangkut di lubangnya, dan itu cukup mengganggu.

Dokter menyuruhku membuka mulut. Dia membenarkan ada lubang di gerahamku dan tentu saja dia gagal fokus pada 'gigi lebih' yang ku punya dan merekomendasikannya untuk dicabut.

Selesai diperiksa, aku diberi surat rujukan ke rumah sakit dengan diagnosa pulpitis. Ku pikir 'Oh, mungkin mepet jam pulang, makanya dirujuk ke rumah sakit'.

Pulpitis adalah peradangan yang terjadi di pulpa, bagian gigi yang berisi saraf-saraf dan pembuluh darah. Pulpitis bisa terjadi ketika lapisan pelindung yaitu email dan dentin mengalami kerusakan dan terinfeksi oleh bakteri sehingga muncul pembengkakan. Rusaknya lapisan tersebut disebabkan oleh berbagai kondisi seperti gigi berlubang yang berlangsung lama, cedera gigi atau bruxism (aktivitas menggemeratakan gigi saat tidur). Sumber : www.doktersehat.com

Aku pilih rumah sakit dekat rumah, biar kalau antrinya kelamaan bisa nunggu di rumah.

Senin, 24 Juni, pulang kerja jam 14.00 WIB aku pergi ke rumah sakit. Sesampainya disana, aku cukup kecewa karena pendaftaran sudah ditutup. Meski dokter praktek siang, mulai jam 13.00 WIB, tapi pendaftaran dimulai dari jam 07.00 - 12.00 WIB. Wah ya repot nih. Apa iya harus cuti?

Bingung cari waktu yang tepat, akhirnya seminggu terlewati. Hangus sudah rujukan tersebut dan harus minta lagi ke Faskes I.

Selasa, 02 Juli, saat makan siang, tiba-tiba "nyuuuttt", gerahamku yang berlubang sakit sekali. Sejak hari itu sakitnya nggak hilang-hilang.

Sementara itu, aku masih maju mundur untuk bertemu lagi dokter gigi di Faskes I. Selama itu, ku tahan sakit yang ada, apalagi saat jam makan tiba. Rasanya lapar, tapi gigi sakit untuk mengunyah. Huhu.

Apakah aku masih punya keberanian untuk pergi ke dokter gigi?

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.