Cerita Gigi Bungsu (4) : Takut Operasi
Sore hari setelah siangnya periksa di poli Gigi dan Bedah Mulut, akhirnya pecah juga tangisku di depan suami. Aku takut. Takut Operasi.
Harusnya aku perlu tak kaget lagi saat dokter bilang 'harus operasi' untuk mencabut gigi bungsu karena sebelumnya aku sudah mencari tahu tentang operasi odontektomi.
Odontektomi merupakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat (ekstraksi) sebagian atau keseluruhan gigi yang mengalami impaksi (tertanam) di dalam tulang. Sumber : www.alodokter.com
Baca : Cerita Gigi Bungsu (2) : Rujukan
Yang tak ku ketahui dari operasi tersebut adalah prosedurnya yang mana harus rawat inap dan bius total. Seketika nyaliku menciut ketika dokter menyampaikan hal tersebut. Padahal sebenarnya enak ya karena tak perlu mendengar bunyi bor yang mendesing-desing.
Baca : Cerita Gigi Bungsu (3) : Dokter Bedah Mulut
Gimana ya? Apa operasi ini memang harus dilakukan?
Kondisiku sekarang ini, aku merasakan sakit, tapi masih bisa ditolerir. Hanya saja, sangat mengganggu saat proses makan. Aku tak bisa merasakan makan enak dan banyak. Dan ini berdampak pada berat badanku yang sekarang hanya 45kg. Subhanallah. Badan terasa kering dan ringkih. Tulang menonjol dimana-mana. Hiks, sedih. Selain itu, aku sering kali migrain di sebelah kiri, sepertinya memang efek samping dari gigiku yang sakit. Namun, lagi-lagi, semua rasa sakit itu masih bisa ditolerir.
Akan tetapi, baca tentang gigi bungsu yang tidak tumbuh sempurna, apabila dibiarkan saja, maka sakitnya akan awet sepanjang masa. Bahkan bisa merusak gigi yang ada di sebelahnya. Selain itu, letak gigi bungsu bisa dijadikan sarang bakteri, kuman, yang pada akhirnya bisa jadi kista, tumor, dan semacamnya. Ngeri ya?!
Untungnya, dokter yang menanganiku cukup informatif, ramah, dan menyenangkan. Jadwalnya pun masih penuh sampai akhir Juli. Aku masih punya cukup waktu untuk menyiapkan mental menghadapi operasi ini.
Selain takut dengan prosedur bedah, ada beberapa hal yang ku pikirkan terkait operasi ini. Katakanlah aku dirawat selama 3 hari, selama itu pula aku akan meninggalkan anakku. Huhuhu T.T
Yang tak ku ketahui dari operasi tersebut adalah prosedurnya yang mana harus rawat inap dan bius total. Seketika nyaliku menciut ketika dokter menyampaikan hal tersebut. Padahal sebenarnya enak ya karena tak perlu mendengar bunyi bor yang mendesing-desing.
Gimana ya? Apa operasi ini memang harus dilakukan?
Kondisiku sekarang ini, aku merasakan sakit, tapi masih bisa ditolerir. Hanya saja, sangat mengganggu saat proses makan. Aku tak bisa merasakan makan enak dan banyak. Dan ini berdampak pada berat badanku yang sekarang hanya 45kg. Subhanallah. Badan terasa kering dan ringkih. Tulang menonjol dimana-mana. Hiks, sedih. Selain itu, aku sering kali migrain di sebelah kiri, sepertinya memang efek samping dari gigiku yang sakit. Namun, lagi-lagi, semua rasa sakit itu masih bisa ditolerir.
Akan tetapi, baca tentang gigi bungsu yang tidak tumbuh sempurna, apabila dibiarkan saja, maka sakitnya akan awet sepanjang masa. Bahkan bisa merusak gigi yang ada di sebelahnya. Selain itu, letak gigi bungsu bisa dijadikan sarang bakteri, kuman, yang pada akhirnya bisa jadi kista, tumor, dan semacamnya. Ngeri ya?!
Untungnya, dokter yang menanganiku cukup informatif, ramah, dan menyenangkan. Jadwalnya pun masih penuh sampai akhir Juli. Aku masih punya cukup waktu untuk menyiapkan mental menghadapi operasi ini.
Selain takut dengan prosedur bedah, ada beberapa hal yang ku pikirkan terkait operasi ini. Katakanlah aku dirawat selama 3 hari, selama itu pula aku akan meninggalkan anakku. Huhuhu T.T
Anakku mungkin bisa minum ASI perah pakai dot. Insyaallah aku mampu menyediakannya. Tapi bagaimana pasca operasi? Aku takut, terlalu lama anakku tidak DBF, dia akan bingung puting dan menolak menyusu langsung padaku. Aku takut, lama tak dikeluarkan dari badan, ASI akan mampet dan mengering. Wajar nggak sih aku mengkhawatirkan hal ini? Atau mungkin aku terlalu berlebihan memikirkan kemungkinan ini.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^