Selamat Ulang Tahun, Jakarta
22 Juni 2013.
Selamat Ulang Tahun yang ke 486, Jakarta.
Meski aku bukan warga asli Jakarta, meski tahun ini baru
tahun ketigaku di Jakarta, aku rasa aku sudah mulai cinta Jakarta.
credit |
Macet. Banjir. Kebakaran. Metromini ugal-ugalan. Anak
jalanan. Pencopet. Penipuan. Rasanya sudah pernah ku lihat dan terjadi langsung
olehku maupun oleh keadaan di sekitarku.
Macet. Meski jalan sudah dibuat dua jalur, flyover berdiri
dengan kokoh, busway sudah punya rute sendiri, namun macet masih saja tak dapat
dihindarkan. Saking banyaknya orang punya kendaraan pribadi membuatnya tumpah
ruah di jalanan. Apalagi pagi hari menjelang jam kerja dan sore hari waktu
orang pulang kerja. Rentetan mobil berjajar panjang di jalan raya.
Namun, hal yang paling menyebalkan dari macet adalah ketika
bunyi klakson serempak dibunyikan. Apalagi di perempatan jalan. Lampu lalu
lintas seperti tak ada fungsinya. Belum lampu hijau menyala, sebagian kendaraan
sudah berada di tengah perempatan. Ketika seseorang menjadi orang yang taat
pada peraturan lalu lintas dengan tidak melewati pembatas jalan di setiap lampu
lalu lintas berada, maka siap-siap orang yang berkendara di belakangnya akan
marah padanya, membunyikan klakson sekeras-kerasnya, dan marah-marah tak jelas.
Mau tak mau, si pengendara yang taat harus ikut aturan main di jalanan.
Banjir. Sudah beberapa kali ku mengalaminya, terutama di
tempat ku kini berada. Hujan yang mengguyur dalam hitungan jam, membuat
genangan air setinggi mata kaki. Aku pun harus rela bertelanjang kaki untuk
melintasi jalan tersebut. Yang cukup parah terjadi di awal tahun 2013 lalu. Di lingkungan
tempat dimana aku tinggal hampir semua rumahnya tergenang air banjir. Aku pun
terpaksa mengungsi demi keselamatan jiwa raga ini.
banjir di depan kosan |
Kebakaran. Meski tak merasakan langsung, namun kebakaran
yang terjadi di sekitar kosanku beberapa waktu silam cukup mengejutkanku. Apalagi
tenda pengungsian korban kebakaran tepat berada di depan kosanku. Mengenaskan memang.
Komplek yang padat penduduk memang rentan terjadi kebakaran.
Metromini ugal-ugalan. Metromini merupakan transportasi umum
yang bisa digunakan untuk jarak yang lumayan dekat. Biasanya aku naik metromini
saat pergi ke stasiun maupun ke terminal. Tergolong murah dengan tarif jauh-dekat
Rp 2000 (meski sekarang tarif naik menjadi Rp 2.500 akibat kenaikan harga BBM).
Naik metromini butuh kewaspadaan yang tinggi. Banyak metromini yang sudah usang
dan terlihat tua dengan besi berkarat dimana-mana. Selain itu, tak jarang pula
antarmetromini saling kebut-kebutan. Terkadang para kondektur dan sopir saling
berteriak kasar pada sopir dan kondektur metromini lain yang posisinya sedang
membawa penumpang. Sebagai penumpang, aku tentu saja merasa ketar ketir. Bahkan, aku
pernah turun dari metromini saat adu mulut berlangsung, namun akhirnya masuk
lagi karena para penumpang lain bilang kalau para penumpang pada turun,
permasalahan akan semakin panjang.
Anak jalanan dan pengamen. Metromini tentu tak lepas dari
anak jalanan dan pengamen. Bahkan aku terkadang heran, saat angkot kecil yang
muatannya cuma 4-6 ternyata juga menjadi ladang bagi para pengamen. Berbagai macam
pengamen dan anak jalanan sudah pernah ku lewati. Ada yang begitu memelas, ada
yang sedikit memaksa, dan ada pula yang sedikit memalak. Pernah suatu ketika
saat naik metromini, ada pengamen. Aku mencari recehan yang ada di tasku. Hanya
ada dua keping uang logam, 500 dan 100. Aku yang bersama temanku pun berbagi
recehan. Temanku memberi uang 500 dan aku memberinya 100. Siapa yang menyangka,
uang 100 yang ku berikan ternyata dikembalikan padaku dan dia pun sedikit
mengomel tak karuan. Padahal niatku baik, uang 100 itu (mungkin) lebih bermanfaat buat dia daripada
bersemayam di tasku.
Pencopet. Tindakan kriminalitas di Jakarta begitu tinggi. Mulai
dengan cara hipnotis, jambret, congkel pintu, dan sebagainya. Banyak sudah cerita
kehilangan dari teman-temanku. Hape, laptop, motor. Benar-benar tega para
pencuri itu. Aku sendiri pun sudah pernah jadi korban. Tasku pernah di silet
orang sesaat setelah aku tiba di Jakarta waktu pulang kampung. Entah bagaimana
kejadiannya waktu aku naik metromini dari Stasiun Senen dini hari, tasku sudah
tak utuh. Beruntung tak ada yang hilang. Namun, di lain kesempatan, hapeku
berhasil diambil orang saat turun dari metromini. Kejam sekali orang-orang yang
menghalalkan segala macam cara untuk mendapat sesuap nasi.
Penipuan. Tak jauh beda dengan pencopet. Sama-sama mencari
uang dengan cara yang tak halal. Salah satu penipuan yang ku alami yaitu
penipuan Kazuo. Beruntungnya aku tak kurang suatu apa dari kejadian itu. Namun,
sungguh malang nasib orang-orang tak bersalah yang menjadi korbannya.
Itulah Jakarta, jika dilihat dari sisi yang minusnya. Apakah
sisi plusnya ada? Tentu. Ada banyak hal menarik yang disini. Tempat wisatanya,
gedung-gedung megahnya, dan banyak hal lainnya. Apapun itu, rasanya akan ku
rindukan sangat kota ini jika kelak suatu saat nanti aku tak lagi berada di Jakarta.
Jakarta, daisuki!!!
Selamat Ulang Tahun Jakarta.
Semoga sisi minusmu bisa segera teratasi. Sisi plusmu
semakin indah. Sukses terus untukmu, Jakarta. Aku cinta padamu.
Jakarta berulangtahun dengan 1001 masalah yg ada didalamnya..
ReplyDeletemoga kota ini lebih baik lagi kedepannya !
*syaorgjkt
ya, benar sekali..
ReplyDeletenamun, ada banyak hal menarik yang dapat ditemukan di Jakarta :)
*terima kasih kunjungannya
ibukota negara lebih kejam daripada ibu tiri
ReplyDeletekosannya bagus :)
ReplyDelete