Senang Sedih Harus Bersyukur
Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.
Dua sisi. Senang dan sedih. Pasti kita pernah mengalami
kedua hal tersebut. Tidak mungkin seseorang merasa senang tanpa pernah
sekalipun merasa sedih. Dan tidak mungkin pula seseorang yang selalu merasa
sedih tanpa pernah mengecapi rasa senang. Mengapa? Karena Alloh Maha Adil.
Dua sisi. Senang dan sedih. Apa/kejadian apa yang pernah
membuatmu senang? Apa/kejadian apa yang pernah membuatmu sedih?
Dua sisi. Senang dan sedih. Inilah kisahku tentang
kejadian/hal yang pernah membuatku merasa senang sekaligus sedih.
Di awal-awal aku menjadi mahasiswa baru, aku punya sebuah
keingingan. Aku ingin mendapat peringkat 3 besar. Siapa sih yang tak ingin
masuk peringkat 3 besar di kelas? Namun, alasan utama aku ingin masuk 3 besar
karena aku ingin menjadi ‘kakak pendamping’ saat outbond.
Di kampusku, setiap awal tahun akademik baru, selain ada PPK
(atau ospek) diadakan pula outbond. Outbond ini untuk melatih kedisiplinan.
Menariknya, bagi peringkat 3 besar di masing-masing kelas/program studi(prodi), ia bisa menjadi
‘kakak pendamping’ bagi adik-adik kelas yang baru. Tugas kakak pendamping
hanyalah mengawasi adik-adik kelas saat mereka outbond. Sesekali kakak
pendamping juga akan memberikan ‘petuah’ bagi adik-adik kelas.
Itulah keinginanku di tahun pertamaku kuliah. Aku ingin
masuk 3 besar. Setelah satu tahun berlalu, tepatnya tahun 2011, saatnya outbond untuk mahasiswa
baru. Apakah aku masuk 3 besar? Apakah aku bisa jadi kakak pendamping?
Bersyukur sekali, ternyata aku mendapat peringkat 3.
Sayangnya, aku bukan peringkat 3 yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Karena bisa
dibilang aku hanyalah peringkat 3 kedua. IPK ku sama dengan IPK yang menduduki peringkat 3
pertama. Namun, karena namaku berawal dari Z, maka akulah yang dijadikan
peringkat 3 kedua alias peringkat 4. Lantas, apakah aku sedih gara-gara aku tidak
bisa masuk 3 besar dan tidak punya kesempatan untuk jadi kakak pendamping?
Tidak. Alloh punya rencana yang hebat rupanya. Outbond tahun
ini (2011) berbeda dengan outbond tahun-tahun sebelumnya, mulai dari tempat dan
keseluruhan acara sehingga dari pihak institusi hanya membutuhkan 10 orang
'kakak pendamping'. Kesepuluh orang itu ditentukan oleh BEM. Dari pihak BEM
sendiri memilih 10 orang tersebut berdasarkan peringkatnya di kelas dan juga
keaktifannya dalam berorganisasi. Dan mungkin karena memang sudah jatahku,
akhirnya aku tergabung dengan kesembilan temanku yang lain.
Sepuluh orang terpilih bersama tiga senior |
Akhirnya aku ikut menjadi kakak pendamping saat Outbond bagi
camaba 2011 dan harus dikejutkan oleh medan/area outbond di Ciulengsi,Bogor.
Setibanya disana, aku begitu kaget karena tak seperti angkatanku dulu yang ketika
sampai di area outbond disambut hujan, kali ini kami disambut teriknya sang
mentari. Panas bukan main. Apalagi ditambah upacara pembukaan di lapangan
upacara yang begitu terasa memanggang kami.
Kami, para pendamping, 10 orang yang terpilih mencoba menikmati keadaan yang ada. Walau amat sangat berbeda dengan outbond angkatanku, 3 hari 2 malam akhirnya berlalu. Walau harus dihukum di malam pertama kami, kami tetap senang sebagai pendamping. "Nangkep ga?" kata-kata yang memojokkan kami hingga kami harus dihukum(jongkok-berdiri-jongkok) lebih dari 1 jam. Ya, keberadaan kami tak luput dari monitoring dari para senior kami. Dan walaupun harus merasakan hukuman, namun kami tetap senang.
Briefing bareng senior |
Itulah sepenggal kisahku. Aku yang harus berbesar hati
menerima kenyataan bahwa aku tak bisa masuk 3 besar, ternyata masih bisa
mendapat kesempatan untuk menjadi kakak pendamping.
Akan tetapi, kesedihan segera merundungku kembali. Sepulang
outbond, kegiatan dilanjutkan dengan inagurasi di hall, Gd. C lt 4 Polman
ASTRA. Inagurasi merupakan acara penutup dari serangkaian acara PPK dan
outbond. Disana para camaba bisa melihat UKM-UKM yang bisa mereka ikuti.
Selain sebagai acara penutup, inagurasi juga merupakan momen yang tepat untuk
memberikan penghargaan bagi peraih peringkat 3 besar di tiap prodinya.
Aku yang awalnya sudah berbesar hati tiba-tiba merasa sedih
dan malu karena dari kesepuluh orang yang menjadi kakak pendamping, ternyata
hanya aku yang namanya tidak disebut sebagai peraih peringkat 3 besar.
Kesembilan temanku ternyata masuk 3 besar dari masing-masing prodi mereka. Malu
dan sedih rasanya kala itu.
Akan tetapi, aku mencoba melihat dari sisi lain. Aku mencoba
menenangkan diri, mensyukuri kesempatan yang pernah ku dapatkan. Apalagi setelah
ku ketahui ternyata aku jauh lebih beruntung dari temanku yang punya nasib yang
sama denganku. Ia memiliki IPK yang sama dengan temannya yang menduduki
peringkat 3 di kelasnya, prodi TO. Bukankah aku lebih beruntung dari dia?
Segala kejadian itu, baik senang dan sedih, harus kita syukuri. Kita harus pandai-pandai bersyukur. Saat kita senang maka kita bersyukur agar kesenangan itu bertahan. Namun, di saat sedih kita juga harus bersyukur karena ada yang lebih sedih dibandingkan kesedihan yang kita rasakan.
Selalu ada hikmah di setiap kejadian ya :)
ReplyDelete