Aku (tidak) Pemalu
“Apa yang menjadi kelemahan kamu?”
Demikianlah pertanyaan yang sering ku dapatkan saat
wawancara kerja. Pertanyaan yang susah-susah gampang. Terlalu jujur
mengungkapkan kelemahan, akan berakibat tidak diterimanya sebuah lamaran kerja. Namun,
terlalu mengada-ada tentang kelemahan diri juga tidak baik. Itulah sebabnya,
aku sering kebingungan menjawab pertanyaan itu.
Jika aku bertanya pada diriku sendiri, “Apa yang menjadi
kelemahanku?” mungkin akan banyak sekali kelemahan-kelemahan dalam diri ini. Salah satunya
adalah sifat tertutupku. Aku susah terbuka pada orang lain. Apakah ini bisa
dikatakan ‘kurang bisa berkomunikasi’? Entahlah. Yang jelas, bahasa tulis lebih
mudah menyampaikan sesuatu dibandingkan bahasa lisan. Jarang sekali aku
menceritakan kehidupan pribadiku kepada orang lain. Hanya pada orang tertentu,
itu pun penuh pertimbangan. Bukan karena tidak percaya pada orang lain, tapi
mungkin karena aku malu.
Malu. Aku anak pemalu. Aku terlalu malu jika kisah tentangku
diceritakan dari mulut ke mulut, menjadi bahan pembicaraan orang lain. Yah. Aku
pemalu. Aku malu ketika menyampaikan pendapat di forum. Aku malu jika ini dan
itu. Aku malu jika jadi pusat perhatian. Ya, aku pemalu, bukan penakut.
Rasanya di usiaku yang sudah beranjak dewasa ini sudah
terlalu susah untuk mengubah sifat pemaluku ini. Walau demikian, aku selalu
belajar dan belajar untuk terus memperbaiki diri. Dan aku berjanji, sifat
pemaluku ini tidak aku turunkan ke anak-anakku kelak.
Sebuah artikel berjudul “Tips Mengatasi Anak yang Pemalu”
yang ku dapatkan di blog Pelangiku, milik Bunda Enny Mamito begitu
menginspirasiku. Tips yang beliau sampaikan begitu bermanfaat dan patut dicoba kelak.
Untuk mengatasi anak yang pemalu, maka seorang bunda perlu melakukan hal-hal berikut ini:
1.
Ajari anak untuk bersikap, berperilaku, mau pun bertata krama dalam
beragam situasi tertentu. Bagaimana ia belajar memulai percakapan dengan
menyapa temannya. Misalnya menanyakan kabar, memuji penampilan, atau
membagi makanan ringan yang dibawanya. Setelah komunikasi pertama
berjalan lancar, anak bisa belajar mengangkat topik yang sedang hangat
atau menjadi kesukaan anak.
2. Beri anak pelatihan agar ia terampil bicara di depan orang banyak atau umum, dimulai dengan berbicara di depan cermin, lalu di depan orangtua dan saudaranya di rumah.
3. Ajarkan juga agar ia dapat memimpin dengan memberinya tugas dan tanggung jawab, seperti memimpin doa di kelas.
4. Doronglah ia agar berani dan terbuka saat mengungkapkan unek-unek atas kekesalannya.
5. Orangtua memberikan contoh, bagaimana menjadi pribadi yang percaya diri dan berani, sehingga anak bisa menirunya. Saat berada di restoran, lalu mendapatkan makanan yang tidak sesuai pesanan, misalnya, orangtua berani memanggil pramusaji untuk memintanya menggantinya.
6. Ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, sehingga anak tidak merasa cemas atau takut dipersalahkan, ditertawakan, dimarahi, dan sebagainya.
7. Bantu anak membuat dirinya merasa nyaman dengan perasaannya, juga membantu menumbuhkan rasa percaya dirinya dengan berbagai keterampilan.
2. Beri anak pelatihan agar ia terampil bicara di depan orang banyak atau umum, dimulai dengan berbicara di depan cermin, lalu di depan orangtua dan saudaranya di rumah.
3. Ajarkan juga agar ia dapat memimpin dengan memberinya tugas dan tanggung jawab, seperti memimpin doa di kelas.
4. Doronglah ia agar berani dan terbuka saat mengungkapkan unek-unek atas kekesalannya.
5. Orangtua memberikan contoh, bagaimana menjadi pribadi yang percaya diri dan berani, sehingga anak bisa menirunya. Saat berada di restoran, lalu mendapatkan makanan yang tidak sesuai pesanan, misalnya, orangtua berani memanggil pramusaji untuk memintanya menggantinya.
6. Ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, sehingga anak tidak merasa cemas atau takut dipersalahkan, ditertawakan, dimarahi, dan sebagainya.
7. Bantu anak membuat dirinya merasa nyaman dengan perasaannya, juga membantu menumbuhkan rasa percaya dirinya dengan berbagai keterampilan.
Membaca tips di atas, rasanya sudah bisa ku bayangkan apa-apa saja yang akan ku lakukan kelak, seperti: meminta anak untuk menceritakan kegiatan yang seharian ia lakukan, menceritakan kisah dibalik gambar yang dilukis si anak, dan tentunya selalu menjaga komunikasi dengan anak dengan menjadi pendengar yang baik baginya.
Terima kasih Bunda Enny Mamito. Semoga semakin banyak tulisan-tulisan Bunda yang menginspirasi banyak orang. Salut sekali, di sela-sela waktu sebagai seorang bunda masih bisa ngurus blog.
Aku suka dengan tampilan blog Bunda Enny, warnanya nyaman di mata dengan font tulisan yang pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Sedikit saran untuk mengubah header blog menjadi lebih indah, seindah pelangi. Header gambar mungkin cocok untuk blog Bunda Enny. Sedikit mengedit gambar yang ada di google mungkin bisa mempermanis blog Bunda. Sukses selalu buat Bunda Enny ^^
wahh trimakasih ya udah dibikinkan header blog..nice rainbow..insyaallah segera kupasang :)
ReplyDeletetrimakasih jg sdh ikutan GAku..salam kenal yaa :))
dicoba dulu aja Bun,, ntar klo ga cocok ntar aku coba buat lagi.. hihiihi..
ReplyDeleteSalam kenal ^^