Negeri di Ujung Tanduk
Judul : Negeri di Ujung Tanduk
ISBN/EAN : 9789792294293 / 9789792294293
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Terbit : 4 April 2013
Pages : 360
Berat : 234 gram
Kategori : Fiksi
Di Negeri di Ujung Tanduk kehidupan semakin rusak, bukan karena orang
jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak
peduli lagi.
Di Negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi
pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi
yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih
hidup bahagia sendirian.
Tapi di Negeri di Ujung Tanduk
setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci,
meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan
berdiri paling akhir, demi membela kehormatan.
Membaca bab pertama, bab kedua, bab ketiga, hingga bab terakhir begitu tak berasa. Ceritanya mengalir dengan mengobrak-abrik seluruh emosi di jiwa. Rasa kesal, sebal, terkesima, hingga penasaran bercampur aduk saat membacanya. Dan demikianlah yang ku rasakan.
Novel berjudul Negeri Di Ujung Tanduk merupakan sekuel dari novel berjudul Negeri Para Bedebah. Kedua novel ini saling berkaitan, walau kau tak harus membaca Negeri Para Bedebah terlebih dahulu
agar mengerti jalan ceritanya. Namun, aku sangat menyarankan agar kau membaca Negeri Para Bedebah agar kau tahu betapa kerennya sosok Thomas/Tommi dalam cerita ini. Serta kau akan mengenal sosok Maggie yang begitu profesional dalam menjalankan pekerjaannya.
Kedua novel ini secara tidak langsung (menurutku) menceritakan tentang keadaan di Indonesia. Bagaimana hukumnya, orang-orang partai, serta kejahatan-kejahatan yang mungkin kebanyakan orang tak tahu bagaimana sesungguhnya kejahatan itu dilakukan.
Aku menyukai novel ini, sama halnya aku menyukai Negeri Para Bedebah. Cerita antarbab saling berkaitan dan menyajikan rasa penasaran yang begitu mendalam. Sesekali muncul emosi membara saat tahu 'ohh... ternyata ini penjahatnya.' kemudian terbesit pertanyaan 'Lah, kok dia muncul tiba-tiba?'. Dan yang membuat aku jatuh cinta pada novel ini adalah karakter-karakter tokohnya.
Thomas. Dia seorang yang pintar. Saat kuliah dia mengambil jurusan politik dan ekonomi. Ia seorang yang bisa mengendalikan banyak orang, mampu menyihir orang dengan kemampuan bicaranya. Ia juga petarung sejati. Di klub petarung, dia selalu berkesempatan menjadi juara. Dia berani mengambil resiko, tak mengenal lelah, kaya akan strategi. Super sekali orang ini.
Maggie. Meski dia hanya sekretaris, tapi kemampuannya tak diragukan. Dia cekatan. Tanpa banyak penjelasan, ia mampu menyelesaikan dengan baik tugas yang diberikan oleh atasannya, Thomas. Dia sangat cerdas.
Kris. Dia baru muncul di Negeri di Ujung Tanduk. Dia seorang IT yang handal. Meski dari penampilannya ia tak terlihat kepintarannya, namun ia sangat bisa diandalkan, apalagi saat mengolah data yang diperlukan Thomas. Hipotesanya dalam membuat 'pola' benar-benar memukau.
Masih banyak lagi tokoh yang muncul. Dan aku sangat terkesima dengan Tere Liye, sang penulis novel. Ia seakan tahu banyak apa yang harus para tokoh lakukan dengan profesinya masing-masing. Rudi, sang polisi jujur. Maryam, seorang wartaman, dan tokoh-tokoh lainnya. Luar biasa.
Dan salah satu quote yang aku suka dalam novel Negeri di Ujung Tanduk,
Kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi bisa besar dampaknya pada masa mendatang.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^