Pangeran Berkuda Putih
Aku adalah orang yang sportif. Ketika ada orang yang lebih
layak menjadi pemenang, maka aku berbesar hati menerima kekalahan. Akan tetapi,
aku tidak suka adanya
perbedaan/pengistimewaan atau sesuatu yang membuat proses itu menjadi berbeda
antara satu dengan yang lain. Bayangkan jika untuk menjadi pemenang, seseorang
harus melewati step 1, 2, dan 3. Si A sukses melewati ketiga step dengan
lancar. Si B meski tersendat-sendat juga bisa melewati ketiga step. Sementara
Si C baru di step 2, ia sudah dinyatakan gagal dan tidak bisa melanjutkan ke
step berikutnya. Padahal di awal sudah ada perjanjian bahwa tidak ada batas
waktu dan tidak ada sistem gugur.
Jika aku jadi A, aku akan senang karena
kesempatanku tuk jadi pemenang begitu besar. Jika aku jadi B, aku harus siap kalah
karena bagaimanapun kualitasku lebih rendah dari Si A. Walau demikian, aku puas
karena aku telah menyelesaikan tantangan. Sementara itu, jika aku jadi C, ...
Bagaimana jika kau jadi C, apa yang kau rasakan? Ketika kau tiba-tiba dinyatakan gagal
padahal kau belum menyelesaikan step yang diberikan, padahal mungkin saja di
step yang terakhir kau akan berikan yang terbaik darimu.
Itu hanya pengandaian saja. Bagaimana jika itu jadi
kenyataan? Yah, aku merasakannya. Aku jadi Si C. Aku tidak sakit hati, tapi aku merasa tidak dihargai dan dianggap remeh. Dan jujur, aku tidak bisa
berbesar hati dalam kasus ini.
Akan tetapi, seperti di film-film layar lebar, akan selalu
hadir seorang pahlawan yang membela ketidakadilan. Demikian pula dalam kisahku ini.
Pahlawan itu tak lain adalah ‘Pangeran Berkuda Putih’. Ia datang dengan gagahnya
membesarkan hati ini. Mungkin sebelumnya, ia telah berdiskusi dengan Sailor moon,
Saras 008, dan juga sHuperman. Namun, karena Pangeran Berkuda Putih yang
mempunyai ‘kendaraan’, maka dialah yang datang sebagai pahlawan. Di sela-sela waktunya
yang padat, ia menyempatkan diri untuk membicarakan kasus ini enam mata.
Mengapa enam mata? Karena tak hanya aku yang ‘menjadi Si C’. Hingga suatu malam yang cerah,
Pangeran Berkuda Putih mengajak bertemu di dunia maya, membahas semuanya, dan tentu
saja, membesarkan hati kami. Walau tak lebih dari satu jam, namun keberadaan Pangeran
Berkuda Putih membuat kami bisa menerima semua keadaan. Karena dia pula, kami
bisa melanjutkan kehidupan.
Hingga enam bulan berlalu. Pihak yang sama kembali
mengadakan suatu ‘kontes kemenangan’. Memintaku untuk melanjutkan step yang
dulu pernah dinyatakan gagal. Memintaku untuk mengulang serangkaian step namun
(mungkin) dipermudah. Dan kembali muncullah Pangeran Berkuda Putih demi
mendengarkan apa yang sebenarnya aku inginkan, apakah aku akan menerima
penawaran itu atau tidak. Kali ini ia tak mengajak bertemu di dunia maya, namun
secara langsung di dunia nyata dan lagi-lagi enam mata. Meski tak genap
setengah jam bersamanya, rasanya ia dengan mudah menangkap apa yang kami
inginkan. Aku ingin menjadi Si A di tempat yang berbeda dan dengan penuh perhatian,
Pangeran Berkuda Putih mendukungku (kami).
Terima kasih Pangeran Berkuda Putih, kau selalu datang di
waktu yang tepat. Membesarkan hati ini agar selalu bisa bertahan melanjutkan kehidupan. ^^
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^