Sebelum dan Sesudah Magang
Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.
Beginilah keseharianku sebagai seorang mahasiswa jurusan
Manajemen Informatika. Tapi, hei, lihatlah, aku tak lagi terlihat seperti mahasiswa.
Lihat baju seragam biruku yang berubah menjadi kemeja. Lihat ID Cardku yang tak
lagi bertuliskan Nama dan Nim. Dan lihatlah dimana aku saat ini, tidak ada
papan tulis, tak ada meja dosen, tapi aku yakin aku masih ada di sekitaran
kampus. Dimanakah aku?
Ternyata aku (masih) dalam masa magang dan tengah
menyelesaikan Tugas Akhir. Mohon doanya, kawan. Mengapa aku masih ada di
sekitaran kampus? Karena kampus adalah tempat magangku. Mungkin terdengar aneh,
kok magang di kampus sendiri, terus kerjaannya ngapain, ikut ngajar? Tidak, aku
ditempatkan di bagian Management Information System (MIS) atau bisa dikatakan IT nya
kampusku. Hei, aku memang ditempatkan di bagian MIS, tapi lihatlah sekeliling
tempat dudukku. Ada beberapa orang yang tak asing bagiku. Siapakah mereka? Mereka adalah
dosenku. Ya, dosen yang biasanya tampil di depan kelas, menyalurkan ilmunya,
kini mereka rekan kerjaku. Bisa dibayangkan bukan apa yang terjadi..
Ya. Selama magang ini pula aku banyak melihat dua sisi dari obyek-obyek yang berbeda. Salah satunya adalah tingkah laku para dosenku. Jika di dalam kelas mereka begini ternyata di luar kelas mereka begitu. Menarik sekali menurutku. Dan ini sekilas tentang sisi-sisi salah satu dosenku yang menjadi pembimbing industri/pembimbing lapangan selama aku magang. Dialah Mas Hendra.
(sebelumnya jangan heran jika kami, para mahasiswa di kampusku, memanggil dosen dengan sebutan Mas / Mbak, walaupun ada juga yang dipanggil Pak / Bu. Aku juga tak tahu dari mana asal muasal 'orang ini pantes dipanggil Mas', 'orang itu dipanggil Pak') Namanya cukup Suhendra. Mas Hendra pernah mengajar di kelasku dari Semester 1 hingga Semester 4, mata kuliah Organisasi Komputer, Basis Data, Sistem Operasi, dan Jaringan Komputer. Saat mengajar, pembawaannya tenang, kalem, hingga terkadang membuat kami yang diajar hanyut dalam lembutnya suara beliau. Walau demikian, beliau tak pernah marah ketika kami mulai tertunduk lemas. Beliau hanya bertanya, "Ngantuk ya?" Kami pun hanya nyengir. Satu hal yang pasti, Mas Hendra adalah dosen paling obyektif dari sekian dosen yang mengajar kelasku. Mau pendekatan pakai cara apapun, jika nilai kamu 43, ya beliau memberi nilai 43. Dan aku, aku nyaris dapat B semua di semua mata kuliah yang beliau ajarkan. Susah sekali menembus huruf A. Di semester 1, aku hampir mendapat IPK 4 jika saja Mas Hendra mau menaikkan nilaiku yang 84.82 menjadi 85.00. Di semester 2 lagi, aku hanya mendapat nilai 84 koma sekian. Susah sekali. Mas Hendra memang 'kolot' dalam masalah nilai.
Akan tetapi, setelah magang, dimana tempat dudukku tepat di sudut kanan meja kerja Mas Hendra, aku melihat sisi lain dari sosok Mas Hendra. Dia memang kolot, cara mengajarnya memang membuat mahasiswa ngantuk, namun beliau adalah sosok yang luar biasa hebatnya. Mas Hendra adalah seorang dosen, namun dosen yang tak sekedar mengajar, membuat modul karena di kampusku beliau juga menjabat sebagai kepala MIS. Beliau menangani segala macam kerusakan yang terkait dengan komputer dan software, mulai dari tak bisa login komputer, tak bisa kirim email, hingga komputer rusak berat. Bahkan beliau harus bersabar ketika seseorang mengadukan keluhan tidak bisa login hanya karena kabel LAN nya terlepas. Beliau selalu membantu orang-orang tanpa pernah terpikirkan untuk menolak. Mas Hendra juga bertanggung jawab akan keselamatan server yang ada di kampus. Pernah suatu ketika mati lampu secara mendadak dan beliau kebingungan setengah mati. Beliau begitu profesional. Walaupun kesibukannya sebagai kepala MIS cukup berat, beliau tetap menjadi dosen yang baik. Beliau selalu mengoreksi hasil kerja mahasiswa satu persatu. Obyektif, itulah beliau. Beliau tidak bisa serampangan memberi nilai.
Satu hal lagi tentang Mas Hendra. Beliau adalah orang dengan rasa penasaran yang tinggi. Itulah mengapa beliau terlihat tahu banyak hal. Dimulai dari rasa penasarannya yang tinggi, beliau belajar dari sumber-sumber yang ada di internet. Pernah suatu ketika saat aku mengalami kesulitan dalam menginstall OTRS. Aku cari di internet dan sudah ku coba berkali-kali namun masih saja gagal. Lantas aku bilang ke Mas Hendra, "Mas, saya sudajh ini.. ini.. ini.. tapi kenapa masih gagal ya?" Mas Hendra masih belum tahu solusi yang harus dijalankan, namun beliau kembali ke meja kerjanya, fokus pada komputer di hadapannya. Hingga pukul 16.30, saatnya pulang kerja, Mas Hendra belum juga pulang. Keesokan harinya, Mas Hendra berkata, "Dicoba ya, lihat punya saya saja." Setelah ku coba ternyata masalah terselesaikan dengan melihat hasil kerja Mas Hendra yang setelah ku ketahui dari log, beliau mengerjakan hingga pukul 19.00. Hobinya memang 'mencari kutu'. Itu istilah yang digunakan untuk mencari suatu solusi dari permasalahan yang tidak biasa. Dan mungkin, karena semangat belajarnya masih tinggi, beliau pernah mendapat tugas untuk mengajar Pemrograman Java dan Pemrograman PHP. Tentunya bukan di kelasku, namun di kelas adik-adik angkatanku. Mas Hendra adalah dosen yang serba bisa. Jaringan OK. Hardware OK dan meski masih belajar, Pemrogramannya juga OK.
Ups, ada satu lagi yang perlu kamu tahu. Mas Hendra masih muda (meski sudah punya istri). ^^
Ahiiww.. awas ntr naksir loh yaa.. #ups
ReplyDeletePesona dosen muda emang tak bisa dihindari,, #pengalaman hihi
Ehem... segitu terpesonanya sama mas hendra hehehe...
ReplyDelete