Week 37 : Jatah USG dari BPJS Habis
Rabu,
20 Maret 2019, aku pergi ke rumah sakit untuk kontrol pemeriksaan
kehamilan. Rujukan sudah ku peroleh sejak tanggal 9 Maret tanpa kendala,
tanpa ada penolakan karena sudah melebihi jatah USG yang ditetapkan
BPJS. Rencana periksa tanggal 13 Maret akhirnya harus diundur karena
seminggu ke depan dokternya off dan tak ada dokter pengganti. Jadilah
aku periksa hari ini yang mana kondisinya aku sudah mengambil cuti.
Aku
berdiskusi dengan suami. Rencananya aku akan pergi ke kantor suami naik
angkot, nanti dari kantor sama-sama menuju ke rumah sakit sesuai
rujukan. Sebelumnya aku sudah melakukan pendaftaran via WhatsApp dan
diminta untuk datang jam 12.30 WIB.
Pukul 11.20 WIB aku berangkat
dari rumah, diantar papa mertua menuju jalan raya. Semuanya aman
terkendali. Aku sampai kantor jam 12 kurang, langsung menuju meja kerja
yang baru ku tinggal 3 hari. Sementara suami sibuk kerja; melakukan
pengaturan printer.
Selepas sholat dhuhur aku meminta suami
untuk siap-siap. Akhirnya kami berangkat sekitar pukul 12.45 WIB.
Sesampainya di rumah sakit langsung menuju pendaftaran dan ternyata
dapat antrian no.11. Merasa dapat antrian paling ujung, aku meminta
suami untuk kembali ke kantor saja. Daripada dia bete nunggu, mending
dia selesaikan kerjaannya. Jadwal dokter jam 13.00, palingan aku baru
dipanggil jam 14.00 WIB. Pokoknya aku akan hubungi suami begitu
antrianku sudah dekat.
Jam 1, jam 2, ternyata dokternya belum
kelihatan. Dokter baru datang jam 14.30 WIB. Pasien dipanggil
satu persatu, hingga diurutan ke-5, aku mengabari suami, berharap dia
segera datang. Toh jam kerja sudah lewat. Tapi dia
justru membalas pesanku dengan masalah baru pada printer yang dia kerjakan. Aku
pun meminta untuk mengerjakannya besok. Akan tetapi pesan itu tak dia
baca.
Namaku dipanggil perawat dan suami masih belum juga kelihatan. Aku masuk ke ruangan dan langsung ditanya "Udah USG berapa kali?"
Aku yang awalnya diarahkan ke bed pemeriksaan terpaksa berhenti dan duduk di depan dokter. "Jatah dari BPJS cuma 4kali USG lho."
Perawat menghitung jumlah USG dari catatan di buku pink. "Ini yang kelima sih dok."
"Ya monggo terserah kebijakan rumah sakit mau gimana." kata dokter.
Aku dalam hati, "Monggo bu diputuskan, kalau pun gak dicover bpjs, saya tetap mau periksa. Nanti biayanya saya yang tanggung."
"Yaudah bu nggak apa-apa, yang penting ada rujukan dari faskes 1."
"Oke, kalau begitu ini form rujuk balik saya isi dengan catatan usg sudah 5 kali." kata dokter.
Aku pun diperiksa USG.
Air ketubannya masih cukup.
Plasentanya bagus.
Jenis kelaminnya kemaren dah ketahuan.
Kepalanya udah dibawah.
"Udah masuk panggul belum bu?" tanyaku.
"Belum. Ini usianya berapa to? 37 minggu kan? Biasanya turun panggul nanti di 38 minggu."
Selesai.
Pemeriksaan kali ini begitu singkat. Dokter hanya memberi pesan untuk
terus memantau pergerakan janin, dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam,
minimal ada 10kali gerakan. Aku pun tak diminta datang kembali untuk kontrol, tinggal tunggu mulesnya aja.
Keluar
ruangan dokter dan memasukkan resep ke kotak antrian obat, ku lihat
suami yang memasuki pintu utama. Aku
menceritakan apa yang terjadi di ruangan dokter tadi, termasuk berat
badan janin yang berada di angka 2,6kg.
Pukul
16.15 WIB, namaku masih belum dipanggil di bagian Farmasi. Akhirnya aku
dan suami gantian sholat ashar. Suami selesai sholat, namaku belum
dipanggil. Aku selesai sholat, belum juga dipanggil. Tapi tak selang
berapa lama, akhirnya namaku dipanggil. Pukul 16.40 WIB kami pulang dan
sangat yakin kalau hari ini lagi-lagi kami harus membatalkan agenda
pulang ke rumah orang tuaku.
Kami sampai rumah pukul 17.00 WIB.
Tanpa ganti baju, aku langsung menuju meja makan. Makan siang yang
tertunda. Siang tadi aku tak makan nasi, hanya makan wafer yang ku bawa
dari rumah, sebagai pengganjal perut.
Separuh porsi sudah ku habiskan dan
suami menghampiri di meja makan. "Kita pulangnya Jumat aja yuk."
"Emang besok mau kemana?"
"Futsal."
Huhuhu. Kenapa rencanaku semakin jauh dari realita. Aku
nggak habis pikir kenapa ada aja alasan untuk menunda pulang ke rumah
orang tua.
Minggu : hujan seharian hingga banjir dimana-mana
Senin : jalanan sebagian masih banjir
Selasa : hape suami rusak
Rabu : periksa sampai sore
Kamis : ...
Hiks!
Melihat aku yang kecewa, suami melupakan keinginannya untuk ikut futsal di Kamis malam. Namun, setelah berpikir sejenak, ku rasa aku perlu mengatur ulang agenda yang ku buat. Biarlah seminggu ini full di rumah mertua dan minggu depan baru ke rumah orang tua. Lagipula aku mulai terbiasa di rumah mertua saat suami kerja. Mati gaya? Enggaklah, itu hanya ketakutan yang tercipta ketika membayangkan sesuatu yang belum terlaksana. Ketika dijalani ternyata biasa saja, tak seburuk yang ku bayangkan.
Fix, seminggu ini aku di rumah mertua, cuci setrika baju si bayi dengan penuh cinta.
Melihat aku yang kecewa, suami melupakan keinginannya untuk ikut futsal di Kamis malam. Namun, setelah berpikir sejenak, ku rasa aku perlu mengatur ulang agenda yang ku buat. Biarlah seminggu ini full di rumah mertua dan minggu depan baru ke rumah orang tua. Lagipula aku mulai terbiasa di rumah mertua saat suami kerja. Mati gaya? Enggaklah, itu hanya ketakutan yang tercipta ketika membayangkan sesuatu yang belum terlaksana. Ketika dijalani ternyata biasa saja, tak seburuk yang ku bayangkan.
Fix, seminggu ini aku di rumah mertua, cuci setrika baju si bayi dengan penuh cinta.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^