Dua Bulan yang Lalu

Wednesday, May 31, 2017
Waktu berjalan dengan cepat ya. Tak ku sangka sudah dua bulan sejak aku meninggalkan kota itu. Untuk pertama kalinya kepulanganku ke kampung halaman diantar* oleh seseorang, bahkan beberapa orang. Biasanya aku pulang sendiri, tak ada orang yang membuatku harus berbalik badan, melambaikan tangan untuk sekedar berkata,"daa-daa".

Berbeda dengan malam itu, seseorang tiba-tiba ingin menemuiku di hari terakhirku di kota itu. Sebut saja dia Arif. Padahal kalau dipikir-pikir, kami jarang ngobrol dan bertemu. Bahkan beberapa bulan sebelumnya, aku sempat bete karena sikapnya. Tetapi malam itu, dia berniat mencariku. Aku pun langsung mengiyakan tanpa mencegah, mengingat sifatnya yang sesuka hati dan kadang tidak bisa dipegang kata-katanya. Aku pun tak yakin dia benar akan datang, semacam basa-basi yang biasanya kita dengar.

Dia sudah tiba sebelum aku datang. Commuter line yang aku naiki sedikit ada masalah sehingga harus menunggu lama di Jatinegara. Bertemu dengannya membuatku sedikit kikuk. Tapi seketika aku bertemu dengannya, aku langsung menitipkan tas yang ku gendong dan ku jinjing. Aku menuju mesin pencetak boarding pass yang ada di dekat pintu masuk. Ah aku sangat beruntung dia datang malam itu. Setidaknya bisa menjaga tasku dan aku tak harus "ngemong" tas saat akan mencetak tiket. Berat banget tasnya.

Boarding pass sudah ditangan. Aku menemui Arif yang ku tinggalkan sendirian bersama tas-tasku. Belum banyak aku ngobrol dengannya, dia menyuruhku berbalik badan dan ..... Voila ..... Ada si Zuu disana, bersama suaminya. 'Kok bisa? Ini benar-benar kejutan'

Si Zuu tak bilang apa-apa padaku dan tiba-tiba hadir di hadapanku. Ah... So sweet sekali. Kalian bela-belain datang ke stasiun mengantar kepergianku. Romantis sekali. Tadinya si Zuu mengajak Anggun dan Punds, tapi mereka berhalangan hadir. Si Zuu pun berinisiatif untuk melakukan video call, tapi hanya Anggun yang bisa dihubungi. Kami ngobrol bertiga dan foto bersama. Anggun ada di dalam kamera. Hihihi.
Awalnya sih masih bisa ketawa ketiwi. Kami memang tak berniat mengisi malam itu dengan deraian air mata. Tapi apa daya, lama kelamaan, mata kami mengembang, terasa panas. Segera kami menghapusnya sebelum tak bisa dihentikan.

Melihat kami yang asyik video call-an, Arif ngobrol sama Amir, suami si Zuu. Entahlah apa yang mereka bicarakan. Hihihi. Berasa nostalgia saat jaman kuliah + magang. Kami sering bertemu berempat.

Lagi-lagi, waktu begitu cepat. Aku harus segera naik ke kereta jika tak ingin ketinggalan. Kami berfoto dulu untuk kenang-kenangan.



Ya ampun, sedih ya. Apalagi saat pelukan sama si Zuu. Air mata sudah tak bisa ditahan lagi. Menangislah kami berdua.

Aku hapus air mataku. Ku bawa tasku dan ku ucapkan selamat tinggal kepada mereka semua yang menyempatkan waktu datang menemuiku, meski sebentar tapi sangat berkesan dan akan selalu ku ingat.

Setelahnya, aku tak tahu apa yang terjadi di luar sana. Sekilas si Zuu masih sesenggukan di pelukan suaminya. Maafkan aku :(

Aku kira semua sudah selesai. Nyatanya tidak. Ku lihat WhatsApp, ada sebuah pesan panjang yang membuatku tak henti-hentinya menangis di tengah keramaian dalam kereta.

Dear Mia,

Aku mau ngucapin terima kasih sama Tuhan. Karna Tuhan udah kirimin aku satu teman yang istimewa. 7 tahun yang lalu kita ga sengaja kenal chat via fb. Masih heran dengan sosok bernama Mia Zterz Redish (mohon maaf kalau ada kesalahan penulisan gelar 😂). Saling tanya tentang kuliah. Saling bingung harus datang ke matrikulasi atau engga. Saling janjian akhirnya memutuskan untuk mangkir dari matrikulasi. Ternyata dari situ cerita persahabatan kita dimulai. Kita ketemu pertama kali tanggal 1 September 2010. Tanggal pertemuan mahasiswa PMDK. Ga ada yang istimewa dari perkenalan pertama kita. Sampai akhirnya kita kuliah dan menghadapi polemik mahasiswa PMDK dan Reguler. Ini awalnya kita makin dekat. Cerita bareng, belajar bareng, dan nangis bareng karna nilai Orkom yang jelek. Tapi itu hanya sebatas teman senasib seperjuangan PMDK. Setelah itu, entah kenapa kita akhirnya jadi 1 kosan. Walaupun beda kamar, kita akhirnya makin mengenal. Sampai sini pun hanya sebatas teman PMDK yang sekosan. Trus kita magang, banyak cerita di tempat kerja kita masing2. Bahkan ini buat kita renggang karna kita sibuk dengan urusan masing2. Sampai sini pun kita masih sebatas teman PMDK yang pernah sekosan dan lagi sama2 magang. Jujur, aku gatau kapan tepatnya. Kita mulai suka traveling bareng, menjelajah bareng, ke undangan bareng, naik gunung bareng, dan cerita2 bareng. Dimulai dari Papandayan, kamu teman pertama naik gunungku. Dan bahkan selalu ada kamu di setiap cerita naik gunungku. Dari sini aku mengenal lebih jauh sosokmu. Kata orang, kalau naik gunung itu semua sifat asli orang keliatan. Aku rasa juga begitu. Trus, dimulai dari Banten, kamu juga jadi teman ke undangan yang bahkan selalu ada kamu di setiap cerita ke undanganku. Sampai akhirnya Baperjo lahir. Dari celotehan2 nyeleneh perjalanan Dieng-Purwokerto, entah kenapa kita berlima jadi dekat. Di titik ini, yang aku tau, kamu udah jadi salah satu orang yang penting di hidupku. Teman traveling yang selalu jadi bendahara, teman bikin itinerary, teman cerita di perjalanan, teman ngerjain tugas kelompok di kereta, teman yang sampe puncak gunung bilang gamau naik gunung lagi tapi nyatanya ga kapok dan tetep naik lagi, teman yang jadi tameng terakhir kalo nelpon binus, teman yang bertanduk kalo lagi kesel, teman yang angel tapi devil. Banyak hal yang bahkan aku pikirin untuk ngegambarin kamu. Apapun itu, kamu adalah teman yang berarti buat aku. 

Malam ini, resmi jadi hari terakhir kamu menginjakkan kaki di Ibukota sebagai perantau. Kamu balik ke kampung halamanmu yang emang udah jadi impianmu sejak kita lulus sarjana bareng. Aku seneng dengar kabar diterimamu. Tapi aku juga sedih harus pisah jauh sama kamu. Padahal juga kita ga yang setiap hari ketemu. Gatau kenapa, fakta kalau kamu ada di kota yang bermilmil jauhnya dari aku bikin aku kehilangan. Bukan cuma aku, baperjo pasti ngerasain hal yang sama. Aku cuma berharap jarak ini bener2 bukan apa2 artinya untuk kita. Aku gamau jarak ini akan bener2 jadi pemisah kita. Keep in touch terus dan sering2 cerita sama kita update-mu disana. Terutama kalo ada pejantan yang mendekat. Simpan tandukmu di kantong jaket yang dilipat di tangan, bukan diikat di pinggang. Apapun itu, komunikasi terus ya sama aku, bukan, kita. Sukses di tempat yang baru ya. Kita harus terus lanjutin cerita petualangan kita. ATV ga akan jadi penutup cerita kita kan? 

Hati2 di jalan ya..
Terima kasih udah jadi salah satu sahabat terbaikku..
I, no, we love you ❤

Di tempat tidur kamarku, 31 Maret 2017 9.52 PM,
Anggun FL

Aaaaaakkkk... Semuanyaaaaaaaa, kalian sangat berarti di kehidupanku. Tanpa kalian, apalah  aku ini. Dan waktu yang telah kita habiskan bersama, akan menjadi kenangan terindah tuk dikenang selalu.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.