Dia Tak Lagi Junior
Tak seperti di tempat sebelumnya, kali ini aku tak menemukan seseorang yang membuatku penasaran sehingga aku ingin sekali mengenalnya dan menjadi temannya. Tak ada. Semuanya terlalu normal atau mungkin karena memang personilnya yang lebih sedikit sehingga tak ada yang terlihat mencolok.
Akan tetapi, dari sekian mereka, aku ingin cerita tentang dia. Dia yang paling junior sebelum aku datang. Dia yang 'nriman' ketika para seniornya menyuruhnya melakukan sesuatu.
Umurnya sudah memasuki kepala tiga, masih single belum berkeluarga. Setiap pagi dia pergi ke koperasi membeli dua buah nasi bungkus, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk seniornya yang juga masih single. Jika aku, dia, dan senior itu disandingkan jadi satu, genaplah kami menjadi single tiga generasi, umur 20-an, 30-an, 40-an. Duh!
Akan tetapi, dari sekian mereka, aku ingin cerita tentang dia. Dia yang paling junior sebelum aku datang. Dia yang 'nriman' ketika para seniornya menyuruhnya melakukan sesuatu.
Umurnya sudah memasuki kepala tiga, masih single belum berkeluarga. Setiap pagi dia pergi ke koperasi membeli dua buah nasi bungkus, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk seniornya yang juga masih single. Jika aku, dia, dan senior itu disandingkan jadi satu, genaplah kami menjadi single tiga generasi, umur 20-an, 30-an, 40-an. Duh!
Terkadang aku merasa kasihan pada mereka, tak ada yang memasakkan sarapan hingga mereka harus langganan nasi di koperasi. Mungkin kehidupan mereka akan berubah setelah mereka menikah.
Kembali ke dia. Saking seringnya dia pergi ke koperasi, tak jarang banyak yang nitip untuk dibelikan sesuatu. Bahkan ketika dia tak ingin ke koperasi pun, yang lain memaksanya untuk pergi. Terkadang dia memenuhi permintaan mereka, namun terkadang dia kesal. Aku yang melihatnya hanya bisa merasa kasihan.
Statusnya yang single pun tentu memancing orang-orang disana untuk terus "ngecengin" dirinya. Dia pun membiarkan orang-orang itu, meski terkadang marah,"jangan gitu lah. Baper nih!" Meski demikian, dia sering juga menawarkan dirinya agar di-cengin orang-orang. Untuk urusan ini, dia tak pernah terlihat marah, tapi hati orang siapa yang tahu?!
Soal kerjaan, sejauh aku memandang, dia termasuk orang yang pintar. Aku pernah diajarinya tentang JSON apalah itu. Dia menjelaskan panjang lebar, aku hanya mendengarkannya tanpa bisa mencernanya. Bukan karena dia tak bisa menjelaskan dengan baik, otakku saja yang perlu diupgrade.
Meski sekarang aku yang paling junior, keadaan tak ada yang berubah. Mungkin karena aku masih baru dan aku termasuk orang yang diam, orang-orang jadi sungkan padaku. Takut kalau aku tersinggung dan tiba-tiba kabur kali yaa... Dia pun kadang kesal kenapa aku tak disuruh-suruh, kenapa masih dia. Ya, maaf!
Tapi ya, dari semua orang, dia yang mencoba mengajakku untuk masuk ke dalam mereka semua. Ketika semua orang asyik ngobrol dan aku tak berani menyela, dia tiba-tiba,"gituuu Mia.." seakan menarikku untuk terlibat. Mungkin dia mencoba untuk menjadi senior yang baik untukku. Hihihi.
Kembali ke dia. Saking seringnya dia pergi ke koperasi, tak jarang banyak yang nitip untuk dibelikan sesuatu. Bahkan ketika dia tak ingin ke koperasi pun, yang lain memaksanya untuk pergi. Terkadang dia memenuhi permintaan mereka, namun terkadang dia kesal. Aku yang melihatnya hanya bisa merasa kasihan.
Statusnya yang single pun tentu memancing orang-orang disana untuk terus "ngecengin" dirinya. Dia pun membiarkan orang-orang itu, meski terkadang marah,"jangan gitu lah. Baper nih!" Meski demikian, dia sering juga menawarkan dirinya agar di-cengin orang-orang. Untuk urusan ini, dia tak pernah terlihat marah, tapi hati orang siapa yang tahu?!
Soal kerjaan, sejauh aku memandang, dia termasuk orang yang pintar. Aku pernah diajarinya tentang JSON apalah itu. Dia menjelaskan panjang lebar, aku hanya mendengarkannya tanpa bisa mencernanya. Bukan karena dia tak bisa menjelaskan dengan baik, otakku saja yang perlu diupgrade.
Meski sekarang aku yang paling junior, keadaan tak ada yang berubah. Mungkin karena aku masih baru dan aku termasuk orang yang diam, orang-orang jadi sungkan padaku. Takut kalau aku tersinggung dan tiba-tiba kabur kali yaa... Dia pun kadang kesal kenapa aku tak disuruh-suruh, kenapa masih dia. Ya, maaf!
Tapi ya, dari semua orang, dia yang mencoba mengajakku untuk masuk ke dalam mereka semua. Ketika semua orang asyik ngobrol dan aku tak berani menyela, dia tiba-tiba,"gituuu Mia.." seakan menarikku untuk terlibat. Mungkin dia mencoba untuk menjadi senior yang baik untukku. Hihihi.
Lama lama kamu suka deh sama dia
ReplyDelete