Ikut-ikutan == Sampah ??

Monday, July 08, 2013
orang ikut"an tanpa tau dasarnya itu lah sebenarnya hanya sampah
Sebuah kalimat sederhana, tapi nylekit, khususnya bagi mereka yang suka ikut-ikutan. Ikut-ikutan? Apa yang salah dengan ikut-ikutan? Mengapa ikut-ikutan itu ibarat sampah?

Pada umumnya, orang pacaran, orang merokok, nge-fans dengan boyband klimis, nge-gang, kelayapan malam-malam, itu karena suka ikut-ikutan. Apa selera orang disekitarnya, dia ikut. Apa trend di sebelahnya, dia nyangkut. Seakan tidak peduli misalnya anggota boyband yang ia gila ternyata hidup serumah dengan cewek lain tanpa menikah, hidup bebas, dan bertebaran perilaku sejenis lainnya. Lupa bahwa ada nasehat dalam agama ini, kelak di hari penghabisan, kita akan bersama dengan orang yang kita 'cintai' di dunia ini. Jadi, kalau suka anggota boyband, nanti akan bergabung dengan barisan mereka. Bukan barisan yang lain.

Ikut-ikutan rupanya dilarang bukan hanya untuk hal-hal yang negatif saja. Namun, larangan ikut-ikutan juga berlaku untuk hal positif. Mengapa demikian?

Kita ambil contoh sederhana, sholat misalnya. Anak-anak diajarkan sholat dengan mencontoh, mengikuti gerakan orang dewasa dan meniru bacaan orang dewasa di sekitarnya. Namun, mutlak hukumnya, saat seseorang sudah tiba masanya, dia harus mencari tahu kenapa dia harus sholat, kenapa sholatnya seperti itu, dan berbagai penjelasan penting tentang kenapa harus ada aktivitas yang disebut sholat.

Tidak mungkin bukan kelak hingga kita mati, kita sama sekali tidak punya ide kenapa selama ini saya harus sholat, apa tujuan sholat, kenapa begini, kenapa begitu. Bayangkan, apa kata dunia jika kita berpuluh tahun sholat, tapi kita tidak tahu kenapa harus ada barang yang disebut shalat. Lantas ditanya, kenapa sholat? Ikut-ikutan. Astagfirullah.

Jadi, jika dalam urusan sholat, kita dituntut untuk tahu ilmunya, tahu alasannya, punya pondasi pengetahuan yang memadai, apalagi urusan lain. Tidak masalah jika kita ikut-ikutan dalam banyak hal, tapi pastikan kita tahu itu positif dan bermanfaat. Banyak orang menjadi spesial karena pada awalnya ikut-ikutan, tapi kemudian dia mencari tahu apa untung ruginya, paham apa yang harus dilakukan dan apa yang harus diperbaiki.

Manusia diciptakan begitu sempurna oleh Alloh SWT. Kita jelas bukan makhluk paling kuat, paling cepat, paling liat, tapi kita dilengkapi dengan akal pikiran. Gunakanlah untuk berpikir. Manusia adalah makhluk merdeka. Kita diberi hak untuk memilih, hak untuk menentukan diri sendiri, maka jangan biarkan trend, kecenderungan yang justeru merendahkankan hak-hak istimewa yang diberikan Alloh. 

Jika kalian masih remaja, masih sekolah, maka gunakan masa keemasan tersebut untuk belajar banyak hal, membaca beratus buku, menimbun pengetahuan apa saja. Itu momen hebat untuk mulai memilik pondasi yang baik dalam setiap urusan. Biarkan saja teman-teman kalian sibuk dengan trend, kalian sebaliknya sibuk memperbaiki diri sendiri. Biarkan saja teman-teman kalian asyik dengan pacaran dan gaya hidup mereka, bahkan tega bilang kita kuper dan nggak gaul, kalian pilihlah sibuk terus belajar.

Pada akhirnya, orang-orang yang paham ikut-ikutan sesuatu yang positif dan bermanfaat akan terlihat cool dalam setiap kesempatan, sesederhana apapun orang tersebut. Tentu tidak akan merugi orang-orang yang selalu tahu kenapa dia harus melakukan sesuatu.

Bagaimana cara mengetahui apakah kita suka ikut-ikutan atau tidak atas sesuatu?
Jawabannya: Mudah. Lihat saja apa reaksi kita saat melihat postingan/tulisan yang mengingatkan soal tersebut. Kalau kita sakit hati, tersinggung, defensif, komplain, keberatan, marah-marah, balas sok tahu menceramahi/menasehati atas postingan/tulisan tersebut, baik langsung maupun hanya dalam hati, maka biasanya kita positif ikut-ikutan.

Orang yang tahu persis dia TIDAK ikut-ikutan, dia akan baik-baik saja saat ada orang yang menyebut-nyebut dan menyindir-nyindir. Mengapa? karena dia tahu persis kenapa dia melakukannya.

#Tamparan untuk diri sendiri
#Tulisan diambil dari salah satu postingan di fanpage Darwis Tere Liye (dengan sedikit perubahan)

1 comment:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.