Gunting Kuku
Sekitar tahun 2008, ibuku mengikuti arisan motor yang diselenggarakan di Wates, Kabupaten Kulon Progo. Rules atau aturan dari arisan motor ini yaitu pihak penyelenggara akan mengeluarkan satu motor tiap bulannya untuk diberikan kepada anggota arisan dimana para anggota ini harus membayar sejumlah uang yang telah ditentukan ke pihak penyelenggara setiap bulannya.
Anggota arisan yang mendapatkan motor tiap bulan tidak ditentukan berdasarkan kocokan macam ibu-ibu arisan pada umumnya. Penentuan siapa yang berhak mendapatkan motor ini dilakukan dengan cara lelang.
Misalnya begini; arisan ini dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Para anggota arisan diwajibkan membayar satu juta per bulan. Nah, tiap bulannya pihak penyelenggara menawarkan pada anggota, 'siapa yang akan membawa pulang motor bulan ini?' mereka yang ingin membawa pulang motor tersebut, harus melelang harga, misal dimulai dari sejuta lima ratus. Karena bulan ini pihak penyelenggara hanya mengeluarkan satu unit motor, maka dia dengan nilai lelang terbesarlah yang akan membawa pulang motor tersebut untuk bulan ini.
Pada suatu bulan, ibuku berhasil memenangkan lelang dan membawa motor baru ke rumah. Singkat cerita, pihak penyelenggara menginformasikan bahwa bagi anggota arisan yang telah mengambil motor dari bulan sekian sampai bulan sekian diundang untuk pembagian doorprize. Ibuku adalah satu dari sekian orang yang diundang.
Pembagian doorprize tersebut diperuntukkan bagi anggota arisan yang sudah mendapatkan 'jatah' motornya. Doorprize yang dibagikan bermacam-macam, ada televisi, kulkas, kompor, dan lain sebagainya. Tak perlu khawatir jika tak mendapatkan doorprize utama karena pihak penyelenggara sudah menyiapkan kaos bagi yang kurang beruntung. Jadi, jika tak mendapatkan kulkas dan sebagainya, setidaknya bisa pulang membawa kaos.
Siang itu, aku diajak ibuku pergi ke Wates, tempat ia mengikuti arisan motor. Tempatnya seperti dealer sepeda motor pada umumnya. Setiba disana para pengunjung disuguhi dengan nyanyian dari penyanyi dangdung dengan panggung sederhana di depan dealer tersebut.
Kami (aku dan ibuku) masuk ke ruangan tempat pembagian doorprize. Sistem pembagian doorprize disana yakni masing-masing anggota menggambil kupon yang bertuliskan hadiah. Jika kurang beruntung, maka harus puas dengan membawa kaos.
Ibuku mendapat giliran ke sekian. Karena yang datang untuk mengambil doorprize banyak, maka harus antri mendapat giliran mengambil kupon.
Mulai bosan menunggu, ibuku mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Tiba-tiba, ia mengangkat satu kakinya ke kursi yang ia duduki. Dan mulailah ia menggunting kuku kakinya karena rupanya yang ia ambil di dalam tas adalah gunting kuku.
"Bu, kakinya diturunin ihh... masak nge-gunting kuku kaki disini." kataku sampil tepuk jidat.
"Lha kenapa? Wong nggak merugikan orang lain." kata ibuku santai.
Aku hanya diam, malu melihat kaki ibuku nangkring di kursi. Berharap orang yang menghadiri pembagian doorprize tidak melihat ke arah aku dan ibuku.
Beruntung saat memotong kuku kakinya, ibu tak mencium kotoran di kuku kakinya. Namun, satu hal (lagi) yang membuatku malu lebih dalam adalah saat ibu dengan santai mengajak ngobrol orang yang ada di sebelahnya. Padahal tangannya masih asyik memainkan gunting kuku dan kakinya masih asyik di atas kursi.
OMG, My Mom!
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Perdana Fardelyn Hacky's Blog
Tunggu pengumumannya dalam waktu dekat ini ya ;)
ReplyDelete