Daripada Baper, Mending Kolaborasi

Wednesday, August 26, 2020

Kemarin sore, selesai mandi, anakku mencoba memakai masker kain yang ku punya. Karena maskernya besar dan ada talinya panjang, tentu saja dia kesulitan. Ketika ku tawarkan bantuan, ternyata dia tidak menolak dan bersedia memakai kain masker. 


Awalnya kepikiran apa beliin masker buat anak-anak ya? Tapi kemudian ingat bahwa anak usia < 2tahun tidak perlu masker karena takut menghambat saluran pernapasan anak. Lagipula, betah pakai masker paling berapa lama kan? Akhirnya aku tak jadi beli masker. Keesokan harinya, ternyata Si Anak dibelikan masker oleh kakeknya.


Kejadian seperti ini bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Beberapa waktu yang lalu anakku lagi suka pakai kacamata punya bapaknya. Kegedean pasti. Tak berapa lama kemudian, neneknya membelikan kacamata mainan.


Sebelumnya lagi, waktu anakku lagi suka nonton video "Topi Saya Bundar", dia menggunakan wadah Tupperware sebagai topinya. Setelah itu, Neneknya membelikan topi untuknya.


Contoh yang lain masih banyak; sandal, kaos kaki, sepatu, baju, bedak, mainan, dudukan bayi (untuk motor), semuanya dibelikan oleh kakek neneknya.


Sampai aku mikir, ini aku yang nggak peka? pelit? apa gimana sih? Kok semua-semua difasilitasi oleh orang lain, bukan orang tuanya sendiri. Kalau pikiran lagi kalut, sempat terpikirkan "orang tua macam apa aku ini? apa anakku bahagia punya orang tua yang cuek seperti ini?" dan banyak sekali pikiran negatif lainnya.


Berhubung saat ini pikiranku sedang positif, maka aku akan menepis segala kekhawatiranku dengan mengeluarkan berbagai alasan.


Aku akan mendaftar barang-barang apa saja yang ku belikan anakku;

- flash card hewan dan buah

- aneka snack MPASI

- buku anak

- madu


Aku membeli semua itu meski anak tidak ada ketertarikan. Misal lihat aku buka buku, dia ingin buka juga. Tidak seperti itu. Aku beli karena ingin memberikan hal-hal yang baik untuk tumbuh kembangnya.


Daripada makan kerupuk, ku belikan snack-snack MPASI, meski kadang dia nggak suka atau ditumpah berserakan. Beli buku ekspektasinya bisa dibacakan sebelum tidur, kenyataannya malah suka disobek dan diinjak. 


Pada intinya, aku lebih mementingkan tumbuh kembangnya dibandingkan penampilan. Kakek neneknya bisa membelikan banyak mainan yang sedang disukainya, tapi kami selaku orang tua juga bisa memberikan waktu untuk menemani bermain dan juga kebebasan untuk bereksplorasi. Jadi, alih-alih merasa jadi orang tua yang nggak peka keinginan anak, kenapa nggak mikir untuk berkolaborasi saja. Kebutuhan "hiburan" sudah terpenuhi dari kakek-nenek, orang tua tinggal fokus menggembangkan karakter dan emosional. Bukan begitu?


Mungkin kelak anak bisa berpikir sendiri, kok kakek nenek lebih baik ya, beliin ini itu buat aku? kok bapak-ibu nggak pernah beliin sesuatu ya?


Nggak apa-apa, kalau memang nanti dia berpikir seperti itu. Aku juga nggak perlu menjelaskan apa saja yang sudah ku berikan untuknya. Selama dia jadi anak sehat, baik, cerdas, kuat, sholehah, itu sudah cukup bagiku. Tak perlu merasa sakit hati.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.