Hari Pertama Puasa

Monday, May 06, 2019
Sekitar pukul 03.00 WIB, Si Bayi bangun, pipis, lanjut menyusu, liyer-liyer tapi belum 100% tidur. Pukul 03.40 WIB paksakan untuk pumping. Bayi biar dijaga bapaknya.

Pukul 04.00 WIB bayi belum juga tidur, akhirnya sepakat sama suami untuk bergantian sahur. Aku lanjut pumping sambil jaga si kecil. Sepuluh menit kemudian suami kok belum kembali ke kamar, sementara si bayi mulai rewel karena popoknya basah. Aku menghentikan pumping yang hasilnya tak seberapa. Aku tak tega melihat anakku gelisah, dan juga, aku belum sahur oii, adzan subuh sebentar lagi.

Aku menghampiri suami yang tinggal sedikit lagi menghabiskan nasinya. Bayi ku tinggal di kamar sendirian. Ternyata dia menangis dan sudah dihampiri Utinya. Uh, syukurlah. Aku bisa sahur sekarang, yang mana tinggal 10 menit. Wadidaw. Langsung ngebut makan, minum. Niat hati ingin mengakhiri sahur dengan makan kurma 5 biji, hanya sempat 1 biji. Bismillah, semoga kuat.

Habis sahur, sholat, lanjut menyusui bayi sampai dia tertidur.

Pukul 08.00 WIB, bayi sudah keliling halaman, mandi, dan kembali menyusu untuk kemudian tidur.

Pukul 09.30 WIB, setelah mandi dan mencuci baju, aku pumping. Jam 10.00 WIB, belum sempat aku membereskan pompa dan hasil perahan, Si Kecil bangun dan minta susu.

Aku susui, berharap dia langsung tertidur kembali. 15 menit berlalu, ternyata matanya masih terbuka. Ku hentikan sesi menyusu agar aku bisa menyimpan asi perah. Niatnya akan ku lanjutkan setelah menaruh asip ke kulkas. Tapi Uti lebih dulu menghampirinya dan menimang di ayunan. Syukurlah, siapa tahu langsung tidur. Soalnya aku mulai kliyengan.

Aku menjemur baju. Di belakang, ku dengar bayiku menangis. "Apa mungkin tadi minumnya kurang ya?" Ku tunggu beberapa saat, ternyata masih menangis. Jadilah aku menghangatkan asip.

Aku memang sudah berniat memberikan asi perah hari ini.
Pertama, mengenalkan bayi pada dot agar tidak kagok saat nanti ditinggal kerja
Kedua, takut bayi kurang puas saat menyusu langsung
Ketiga, agar stok di freezer berputar. Daripada harus dibuang karena kapasitas freezer penuh, mending buat bantu supply ke bayi saat aku berpuasa.

Sahur tadi aku sudah menurunkan 2 kantong asi ke kulkas bawah. Ternyata masih beku saat hendak menghangatkannya. Langsung aku taruh dibawah air kran sembari menyiapkan botol dan air hangat.

Tak lama, asi perah dalam dot sebanyak 65ml siap dihidangkan. Aku berikan ke Akung yang saat itu sedang mengayunnya. Si bayi hampir terlelap dan Akung tak ingin memaksanya minum. Baiklah-- dalam hati dag dig dug, apakah asip 65ml akan berakhir di perut bayi atau di wastafel, mengingat daya tahannya hanya 2 jam.

Selesai menjemur, ku lihat bayi sedang minum dot. Wow. Ternyata dia mau. Aku tak ingin mengganggu karena teorinya 'Bayi akan menolak minum asi perah yang diberikan ibunya. Kalau ada ibunya, dia pilih minum langsung.' Entah teori dari mana, tapi aku pernah mendengarnya.

Glek. Glek. Glek. Satu botol asip dihabiskannya. Dan ternyata mulutnya masih komat kamit mencari. Wow. Bayiku minumnya banyak. Mungkin sekali minum bisa 100ml tanpa DBF (direct breast feeding /minum langsung). Besok kita uji coba lagi. Masih ada waktu untuk menghitung kebutuhan bayi sekali minum, sebelum nantinya ditinggal kerja.

Akan tetapi, aku langsung kepikiran stok asip. Sekarang ini, sekali perah rata-rata hanya 80ml/ 2 PD. Perlu kerja keras kalau bayi sekali minum 100ml. Saat ditinggal kerja kemungkinan minum 4kali. Itu artinya sehari harus bisa menghasilkan 400-500ml. Bisa nggak ya? Sekarang stok aman, tapi nanti pas kerja? Ya Allah, mudahkan urusan ini.

Pukul 13.47 WIB, bayiku masih tidur. Aku belum pumping lagi sejak tadi pagi. Galau. Pengen menyusui langsung sebelum dipompa, tapi bayi kok nggak bangun-bangun. Sebenarnya pumping duluan tak masalah, toh masih ada 1 kantong asi yang sudah diturunkan tapi belum dihangatkan, jaga-jaga kalau bayi kurang puas menyusu. Tapi aku pengennya bayi puas menyusu langsung.

Sejauh ini puasaku masih lancar. Aku masih kuat. Si bayi cukup tenang, tak rewel, ditambah Akung dan Uti yang membantu menjaga bayi, jadi ku bisa tidur siang, istirahat dengan tenang. Tapi puasa begini, satu yang ku takutkan, produksi asi berkurang. Siang jam pumping berkurang, malam masih belum bisa menambah jam pumping.

Hadeh, kehidupanku sekarang ini tak jauh-jauh dari pumping dan manajemen asip 😴🤕😍

2 comments:

  1. Aku 2 tahun full ga puasa dong hahaha, karena pas hamil kena ISK jadi kudu minum air putih yang banyak, terus pas menyusui ngejar jatah pumping. Soalnya kalo puasa dapet setengah. Saran sih jangan dipaksakan puasa ma...semangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kebetulan aku masih cuti, stok asip juga masih banyak, jadi tetep puasa. Mangatss

      Delete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.