Kolostrum yang Terbuang

Saturday, May 11, 2019
Alhamdulillah, dua minggu sebelum masuk kerja aku bisa memenuhi freezer dengan asip. Senang sudah pasti, tapi kemudian bingung, asi perah baru mau taruh dimana? Mau tak mau aku harus putar stok; asip lama digantikan dengan asip baru, dan pilihan untuk asip lama hanya dua:
1. Diberikan ke bayi
2. Dibuang

Awal ramadhan aku berniat puasa. Kalaupun aku lemas, tak kuat, aku masih punya asip yang bisa diberikan (sekaligus memutar stok di freezer).

Akan tetapi, pada akhirnya aku ambil rukhsah untuk tidak berpuasa. Keputusan ini membuatku lebih memilih untuk dfb dibanding memberikannya dot, dan tentu saja stok tak jadi berkurang.

Suatu hari, aku meniatkan diri untuk memberikan dot untuk si bayi, sekalian mengukur berapa ml sekali minum dalam kondisi lapar. Aku mengambil stok lama, asi yang warnanya masih kuning atau biasa disebut kolostrum, sekalian mengecek apakah bayi mau minum asip stok lama.


Berbekal niat yang setengah-setengah, hingga sore asip tadi belum diberikan. Tapi karena sudah dicairkan dan sayang untuk dibuang, akhirnya coba diberikan ke bayi. Baru beberapa kali kenyot, si bayi muntah. Tak tahu kenapa; mungkin
1. rasa asip yang aneh
2. kondisi masih kenyang

Setelah muntah, bayi langsung mengantuk dan tertidur.

Dari pengalaman itu, aku cenderung memilih untuk membuang stok asip lama dibanding memberikannya ke bayi. Di freezer masih ada beberapa kantong asip yang warnanya kuning, hasil perahan di minggu pertama setelah melahirkan. Meski sangat bermanfaat karena lebih banyak mengandung zat kekebalan (antibodi), tapi sepertinya sudah tak tepat guna. Kandungan asi menyesuaikan dengan usia dan kondisi bayi. Itu sebabnya aku memilih untuk membuangnya. Toh dulu bayiku sudah mendapatkan cukup kolostrum saat menyusu langsung. Toh sekarang stok asip yang dibuang, tergantikan dengan asip yang baru. Meski demikian, masih ada perasaan tak tega untuk membuangnya. Butuh perjuangan mengumpulkan tetes demi tetes, melawan rasa malas karena ngantuk, capek, dan berbagai alasan lainnya. Tapi apa mau dikata kalau freezer sudah penuh. Lagipula, kalau saja bisa, rasanya lebih puas dan lega jika memberikan asip baru yang masih fresh. Semoga Allah mudahkan segala proses menyusui ini hingga 2 tahun ke depan. Aamiin.

2 comments:

  1. Jangan dibuang mama sayang, beli frezer lagi atau nyewa aja huhuhu sayang huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, gak tega buang. Huhu.
      Tapi bingung, nyewa dimana plus ga ada tempat juga sih buat naruhnya.
      Gapapa deh, semoga nanti asinya tetap cukup meski ditinggal kerja

      Delete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.