Penerimaan CPNS Tahun 2017, Mau Daftar?
Aku masih ingat dulu seniorku di tempat kerja lama mengajakku untuk ikut tes CPNS yang sedang berlangsung. Aku yang saat itu masih lanjut kuliah S1 menolak ajakan itu. Pikirku, nanti saja kalau sudah lulus S1, aku akan mendaftar. Meski demikian, aku tetap melihat-lihat formasi apa yang sekiranya nanti cocok untukku, S1 Sistem Informasi. Aku pun tertarik dengan posisi Kepala Lab. Komputer sebuah sekolah. Baiklah, aku akan mendaftar ketika aku lulus S1 nanti.
Keinginan tersebut harus aku buang jauh-jauh ketika pemerintahan yang baru menghendaki adanya moratorium.
Baca : Moratorium PNS
Namun, kebijakan pemerintah tersebut tidak menyurutkan keinginanku untuk pindah kerjaan setelah lulus S1. Aku memasukkan lamaran ke banyak perusahaan dan berakhir di sebuah Rumah Sakit Umum Daerah dengan seleksi ketat macam tes CPNS, yakni dengan sistem CAT.
Entah apa rencana Tuhan selanjutnya, tiga bulan aku bekerja disini, tiba-tiba ada lowongan penerimaan CPNS untuk Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan Mahkamah Agung (MA). Formasi untuk kedua instansi tersebut sebanyak 19.210 orang, terdiri dari 1.684 CPNS untuk MA dan 17.962 kursi CPNS di Kemenkumham. Jumlah tersebut termasuk untuk mengakomodasi lulusan terbaik (cumlaude) sebanyak 468 orang, asal Papua dan Papua Barat sebanyak 301 orang.
Di satu sisi aku ingin ikut tes tersebut, mengingat ada banyak pilihan formasi untuk lulusan S1 Sistem Informasi. Tapi di sisi lain, aku baru kerja disini 3 bulan, 4 bulan lah karena pendaftaran CPNS mulai tanggal 1 Agustus.
Awalnya aku mantap tidak akan ikut seleksi apapun untuk saat ini. Tapi, ada seniorku disini yang justru mendukungku untuk ikut mendaftar. Dia yang dulu mewawancaraiku, sekarang menyuruhkan ikut daftar CPNS. Lah? Wkwkwk. Mumpung masih muda, katanya.
Aku sempat terpengaruh dengan kata-kata seniorku. Tapi, semua runtuh ketika aku berada di rumah. Apa yang terjadi tiga bulan terakhir membuatku tak tega jika harus meninggalkan rumah kembali (apabila nantinya aku diterima CPNS, apalagi baliknya ke Bekasi lagi, kan nggak lucu).
Kau tahu, sekembalinya aku ke rumah, perlahan suasana rumah mulai hidup. Bapak dan Ibuku yang hanya tinggal berdua, kalau tidur di sembarang tempat, biasanya di ruangan depan TV. Kalau anak-anaknya pulang, bapak dan ibu baru akan kembali ke kamar mereka, sementara anak-anaknya yang tidur di ruangan depan TV. Ada satu kamar anak-anak tidak terurus, yang biasanya hanya diisi barang anak-anak saat mereka pulang.
Ketika aku kembali ke rumah, kamar anak-anak dirombak ulang. Cat tembok yang semula hijau menyala kini telah berganti warna krem kalem. Dipan tempat tidur diganti. Kamar ditambahkan meja rias, lemari baru, dan juga meja kecil untuk menaruh buku. Semua itu dilakukan untuk menyambut kepulanganku.
Kau tahu, sekembalinya aku ke rumah, perlahan suasana rumah mulai hidup. Bapak dan Ibuku yang hanya tinggal berdua, kalau tidur di sembarang tempat, biasanya di ruangan depan TV. Kalau anak-anaknya pulang, bapak dan ibu baru akan kembali ke kamar mereka, sementara anak-anaknya yang tidur di ruangan depan TV. Ada satu kamar anak-anak tidak terurus, yang biasanya hanya diisi barang anak-anak saat mereka pulang.
Ketika aku kembali ke rumah, kamar anak-anak dirombak ulang. Cat tembok yang semula hijau menyala kini telah berganti warna krem kalem. Dipan tempat tidur diganti. Kamar ditambahkan meja rias, lemari baru, dan juga meja kecil untuk menaruh buku. Semua itu dilakukan untuk menyambut kepulanganku.
Ketika aku menginginkan kebun bunga agar suasana rumah lebih hidup, ibuku sangat mendukung. Beliau request bunga matahari. Akupun membeli bibit secara online. Satu persatu bibit itu mulai tumbuh. Melihat aku yang semangat berkebun, ibuku tak mau kalah. Beliau membeli bibit kacang panjang dan terong ungu. Tak lupa juga membeli banyak pot untuk tempat menanam bibit-bibit itu. Ibuku juga membuat pasak dari bambu untuk menaruh semua pot tanaman yang nantinya tumbuh. Hal tersebut untuk menghindari tanaman dimakan ayam dan bebek jika ditaruh di sembarang tempat.
Ketika aku meminta agar rumah dipasang wifi, ibuku pun dengan semangat mencari info pemasangan wifi. Rupanya, harganya fantastis, sekitar 3 juta rupiah. "Kalau buat usaha, ibu ga masalah pasang internet dengan harga segitu. Tapi kalau cuma buat main, ya mending ga usah."
Selanjutnya, ibuku menyuruhku untuk ikut kursus menjahit. Awalnya aku tak terlalu berminat, hingga akhirnya "Ayo! Tapi aku dianterin pas daftar ya."
Hari Minggu ibuku tanpa keberatan mengantarkanku. Sayangnya, tutup dan aku disuruh datang sendiri di lain hari. Keesokan harinya, ibuku memberi sejumlah uang untukku mendaftar. Uang itu menutup 80% dari total biaya kursus. Dan saking mantapnya menyuruhku kursus jahit, ibu tanpa berpikir panjang membeli mesin jahit portable. Mungkin juga karena Mbakku hobi bordir tangan dan suka dengan dunia per-kain-an, jadi ibu ringan tangan membelikan kami mesin jahit tersebut.
Setelah semua itu, aku daftar CPNS dan ndilalah diterima, kok aku nggak tega ya. Ibuku memang berharap aku diangkat sebagai PNS, tapi aku yakin beliau tak ingin aku meninggalkan rumah. Mungkin suatu saat boleh, tapi tidak dalam waktu dekat ini.
Apakah terlihat ibuku mengatur kehidupanku? Kadang aku berpikir "YA". Tapi, aku bertanya pada diriku sendiri "Apa yang menjadi mimpimu?" Dan aku kebingungan dalam menjawab. "Apa ya?" Aku mentok pada jawaban "Aku hanya ingin lihat ibu bahagia." Jadi tak masalah ketika ibuku mengarahkan kehidupanku menjadi apa yang beliau inginkan.
Sebenarnya dengan pekerjaanku sekarang ini, aku tak bisa memberikan 'banyak' kepada orang tuaku. Aku tak lagi memberikan uang bulanan, membelikan pulsa, dan hal lain yang bisa ku berikan saat kerja di Bekasi. Aku justru merepotkan mereka. Makan ikut orang tua, ibu yang beli sayuran, jajan, cemilan. Aku minta ini, itu, semua dibelikan dengan uang ibu. Kebangetan ya, tapi mau gimana lagi. Gajiku habis untuk beli bensin, nyumbang, dan sedikit untuk ditabung.
Kau tahu apa yang dikatakan ibuku, "Mungkin suatu kebanggaan tersendiri ketika anak bisa ngasih orang tuanya uang, hasil kerja kerasnya. Tapi, jangan lupakan juga kebanggaan orang tua ketika dia MASIH BISA mencukupi kebutuhan anak." Kurang lebihnya seperti itu. Mungkin ibuku berkata demikian untuk membesarkan hatiku yang sedari awal merasa bersalah karena sekarang tak bisa memberikan sesuatu yang sifatnya materiil.
Beuh, ceritanya jadi kemana-mana ya dan seakan-akan aku bisa lolos jika daftar tes CPNS tahun ini. Hehehe.
Pada intinya, aku akan melewatkan pendaftaran CPNS tahun ini dengan penuh kesadaran dan tanpa penyesalan. Kalaupun untuk coba-coba, mending enggak deh. Itu serangkaian tesnya bakal panjang banget. Rasanya masih ingat bagaimana aku mengikuti tes untuk masuk ke rumah sakit ini. Jadi kalau cuma setengah hati dan nggak serius, mending mundur dari awal. Tapi kalau tekad sudah bulat, siap ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia, siap mengabdi pada Negara, maka teruslah berjuang. Jika pada akhirnya harus gagal, percayalah perjuanganmu tidak akan pernah sia-sia.
Bagi yang ingin mendaftar tes CPNS tahun ini, selamat berjuang!
Masya Allah, kalimat 'aku hanya ingin lihat ibu bahagia' nya menginspirasi..
ReplyDeleteSudah lama aisyah tidak berkunjung kemari, he..
Sukses terus ya kak!
Hallo Aisyah sayang... gimana kabarnya?
Deletesukses juga buat kamu yaa :)
Hai Mia, semoga enjoy dengan pilihan karir saat ini ya :)
ReplyDeleteiya makasih Mbak :)
Delete