Berat Badan Anak
Buibu yang galau soal berat badan (BB) anak, mana suaranya? Mari kita berpelukan dan bergandengan tangan ðŸ‘ðŸ‘
Sedih sekali karena pada akhirnya memotong garis kuning setelah di bulan-bulan sebelumnya berjuang mempertahankan posisi.
Terakhir posyandu itu bulan Februari, naik 400gram dari bulan sebelumnya (titik kedua dari kanan), yang tadinya nyaris motong garis, ternyata nggak jadi karena sedikit menanjak.
Bulan Maret absen posyandu karena aku ke rumah orang tua. Ndilalah, akhir bulan sakit, ke dokter dan ditimbang ternyata hanya naik 100gram dari bulan sebelumnya. Nggak apa-apa, lagi sakit, wajar kalau BB turun.
Setelah masa penyembuhan, BB nya mulai terasa naik, meskipun makannya ya segitu-segitu aja. Perut terlihat buncit dan kalau digendong cukup berasa.
April, Mei tidak ada posyandu karena ada pandemi.
Juni, posyandu mulai diadakan lagi, dan KAGET DONG LIHAT HASIL TIMBANGANNYA. Jauh sekali dari yang diperkirakan. Berharap bisa tembus 9 kg atau minimal 8,5kg lah, eh cuma 8,2kg.
SEDIH. Apalagi lihat grafik yang mulai menjauh dari garis kuning.
Tapi aku sadar aku salah sih. Aku kurang usahanya. Aku hanya pasrah pada nasib. MANA BISA???
Jadi, pas bulan Februari naik 400gram itu sebenarnya anak makan sembarangan, benar-benar ikuti kemauan anak. Anak nggak mau makan, yaudah, nggak yang diusahakan bikin ini itu sampai anaknya mau. Eh, gak taunya bisa naik sebesar itu. Aku pun mau observasi dulu, kalau makan dengan cara ini, apakah tetap akan naik sesuai KBM (Kenaikan Berat Minimal)?
Bulan-bulan berikutnya malah gak timbang, jadilah seperti sekarang ini. Tau-tau grafiknya melandai. Hmm.
Selama nggak timbang, aku hanya observasi secara fisik aja sih. Tubuhnya nggak kelihatan kurus layu. Bahkan tetangga ada yang bilang dia gemukan (makin santai lah aku). Perkembangannya meningkat, masih aktif main, sehat, pokoknya nggak kelihatan kayak kurang gizi lah. Tapi itu semua kan subyektif, yang namanya pertumbuhan harus diukur secara obyektif.
Apakah setelah ini aku akan mengunjungi DSA (Dokter Spesialis Anak)? Sepertinya belum. Aku akan coba perbaiki pola makannya terlebih dulu selama sebulan kedepan.
*Mengenalkan Susu Formula (sufor)
Sejak umur setahun anak ini sudah tak mau ASIP. Coba satu merk sufor, dia menolak. Coba susu UHT juga tak terlalu suka. Sekali minum paling cuma 1/4 kotak aja.
Sebelumnya hanya mengandalkan DBF saat aku pulang kerja. Tapi ternyata kurang mencukupi kebutuhannya (terbukti BBnya seret), maka kali ini aku akan berusaha mencari sufor yang cocok untuknya.
*Semangat Menyiapkan Makanan
Anakku mau makan berbagai macam makanan, tapi hanya porsi "cicip". Dibikinkan puding jadi 2 cup, yang dimakan cuma 5 suapan, setara 1 sendok makan dewasa. Hmm. Dimasakin apapun juga gitu. Akhirnya apa? Aku malas masak dan yaudahlah apa adanya di rumah. Jadi yang masuk paling cuma karbohidrat sama lemak. Proteinnya kurang banget. Dia kurang suka juga sepertinya. Misal disuapi nasi+ikan, dilepeh. Disuapi nasi aja, dimakan. Sejauh ini, protein yang bisa masuk hanya putih telur.
Baiklah, kita coba 2 hal itu dulu aja, SUSU & PROTEIN, kalau belum ada perubahan, cuss ke dokter.
Mangats!
Oia, Buibu yang galau soal BB anak, inget ya, jangan bandingkan BB anak dengan anak tetangga atau anak saudara atau anak siapapun. Bandinginnya sama BB anak di bulan sebelumnya dan terus perhatikan grafik pertumbuhannya, apakah melandai atau aman jaya ke atas. Jadi gak perlu galau "anakku umur segini, berat segitu, normal gak ya?" Normal-normal aja kalau grafik pertumbuhannya mengikuti garis. Begitu.
Oia, Buibu yang galau soal BB anak, inget ya, jangan bandingkan BB anak dengan anak tetangga atau anak saudara atau anak siapapun. Bandinginnya sama BB anak di bulan sebelumnya dan terus perhatikan grafik pertumbuhannya, apakah melandai atau aman jaya ke atas. Jadi gak perlu galau "anakku umur segini, berat segitu, normal gak ya?" Normal-normal aja kalau grafik pertumbuhannya mengikuti garis. Begitu.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^