Residen dan USG Pertama

Wednesday, August 08, 2018
08 Agustus 2018,
Tepat satu bulan pernikahan, kami periksa ke dokter kandungan. Nggak sengaja nge-pas-in sih, kebetulan jadwal dokter yang ku inginkan ada di hari ini.

Sebelumnya aku sudah menceritakan kehamilanku ini pada teman sekantor, sekalian tanya-tanya soal periksa. Mereka tidak terlalu terkejut karena sebelumnya sudah menduga-duga; telat datang bulan dan badan meriang (pilek lebih tepatnya).

Pagi aku mendaftar di loket pendaftaran. Aku sudah mendaftar online, jadi tinggal menyerahkan berkas, tak lama. Aku kembali ke ruang kerja. Kata temanku, nanti datang ke ruang poli siang aja, saat pasiennya sudah tinggal dikit, jadi bisa diskusi lebih panjang.

Aku pun menurut. Sayangnya, siang itu aku kurang beruntung. Dokter sedang keluar ruangan (entah sedang ada tindakan atau acara lain) dan digantikan dengan dokter residen.

Dokter Residen adalah seorang dokter yang sedang menjalani pendidikan untuk menjadi seorang dokter spesialis.

Walah! Yaudah lah, nggak papa.

Aku diantar suami menuju poli. Begitu masuk ruangan, kok terlihat rame ya. Ada dua dokter residen dan beberapa dokter koas. Melirik ke dokter residen, duh cowok semua. Wis, ndak papa.

Singkatnya, aku langsung ke meja perawat, dicatat rekam mediknya, ditanya apakah sebelum kesini sudah periksa ke bidan? Kapan HPHT?

Begitu menyebutkan tanggal, perawat mengambil alat ukur usia kehamilan, bentuknya lingkaran. Ditulislah usia kehamilanku, 5w4d. Wah sudah lima minggu ternyata.

Tak lama, aku masuk ke ruangan untuk dilakukan USG. Rada gimana-gitu saat disuruh memperlihatkan perut, apalagi yang nyuruh cowok. Untung ada suami yang menemani. Ku pikir perut bakal diraba-raba, ternyata ada alatnya ya. Hahaha. Syukurlah.

Dokter mulai mencari-cari letak si janin yang masih berupa kantung. Cukup lama. Entah memang untuk memastikan keberadaannya atau untuk membuat kami merasa takjub dengan semua itu.


Dokter memperlihatkan satu titik dalam kantung yang terlihat, "ini bakal janinnya, jadi nggak kosong." kata Dokter menenangkan.

"Ada yang ingin ditanyakan?" sesi konsultasi dimulai.
"Boleh minum teh nggak Dok?"
"Boleh. Yang nggak boleh minum anggur."

Yaiyalah.

Tak banyak yang ku tanyakan. Lebih tepatnya, bingung mau tanya apa.

Kami pun undur diri setelah sebelumnya kutanyakan kapan waktu yang untuk kontrol lagi. Dokter pun memberikan surat kontrol yang bisa ku gunakan di bulan depan. Uuh, senangnya.

Tak lupa juga dokter memberikanku resep; Profolat dan Emibion Kab. Suami menuju depo farmasi untuk mengambil obatnya, sementara aku kembali ke ruang kerja.


Semoga kau tumbuh sehat ya Nak!

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.