Aku Hamil

Tuesday, August 07, 2018
MasyaAllah...
Belum genap satu bulan aku menikah, aku mendapat kejutan yang luar biasa. Allah memberikan amanah yang sangat besar. Dia menitipkan kehidupan di rahimku. Aku hamil. Kehamilan yang datangnya lebih cepat dari yang ku kira. Bahagia, sudah pasti. Tapi ada rasa takut, khawatir, dan segala macam rasa yang tak bisa dijelaskan.

Bismillah...
Cerita ini akan ku mulai, sebuah jurnal yang akan mencatat perjalananku selama melewati masa kehamilan. Semoga Allah mempermudah segala urusan. Aamiin.

04 Agustus 2018

Hari keempat aku terlambat datang bulan. Aku sudah kepikiran untuk melakukan testpack, tapi rasanya hati belum siap. Apapun hasilnya, entah mengapa aku belum merasa yakin.

Hingga aku terserang flu dan salah satu teman kantorku mengirimi pesan, mengingatkanku untuk segera melakukan tes kehamilan karena jika memang benar aku hamil, penyakit flu bisa menjadi sesuatu yang membahayakan. Dari sekian banyak orang, temanku ini satu-satunya orang yang notice jika aku telat datang bulan. Pasalnya jadwal kami unda-undi, bahkan saat puasa kemarin jadwal kami bersamaan, namun selanjutnya berubah ketika aku mulai sering telat (mungkin karena stres menjelang pernikahan).

Beberapa bulan terakhir ini aku memang sering terlambat haid, jadilah aku masih santai ketika si "tamu" belum juga datang. Tunggu seminggu lah paling enggak. Apalagi tanda-tanda menstruasi juga bermunculan; perut sakit dan kram, jerawat satu dua bermunculan, emosi mulai tak stabil dan sebagainya. Aku pun sabar menanti, meski dalam hati tetap berharap jika aku... hamil.

Akan tetapi, mengingat pilekku yang makin parah, akhirnya ku putuskan dan beranikan diri ini untuk melakukan testpack.

05 Agustus 2018

Sore hari aku dan suami pergi ke apotek, membeli testpack tanpa menyebutkan merk (karena kami tak tahu, bahkan membelinya pun dengan berjuta rasa). Kami membeli dua, kalaupun tes sekarang hasilnya negatif, masih bisa dipakai untuk bulan berikutnya.

Menjelang magrib, aku melakukan testpack, sementara suami pergi ke masjid. Sendirian di kamar mandi, harus siap dengan segala hasilnya. Selesai testpack, hasil keluar, aku meringis, tak tahu harus bagaimana bereaksi.

Begitu suami pulang, dia langsung menanyakan hasilnya. Nampak dua garis merah terang disana. Dia menanyakan apa artinya. Antara yakin dan tak yakin aku mengatakan bahwa aku positif hamil. Untuk memastikan kembali hasilnya, suami meminta untuk mengulang tesnya di pagi hari setelah bangun tidur karena (kata orang-orang) pagi hari merupakan waktu yang paling akurat.

06 Agustus 2018
Bangun tidur aku kembali melakukan tespack dan hasilnya? "Sama seperti kemarin."
"Jadi ...?"
.
.
.
Aku hamil.

Kami berdua berpandangan, tak tahu harus mengekspresikan keadaan itu seperti apa. Kami masih canggung. Tapi, mau tak mau, kami harus mempersiapkan diri menjadi orang tua.

Kami menentukan langkah selanjutnya, periksa ke dokter kandungan. Pagi minta rujukan ke Faskes I, siang langsung ke dokter di rumah sakit.  

Btw, aku pakai BPJS karena itu satu-satunya asuransi kesehatan yang ku punya. Buat apa punya, kalau tak dimanfaatkan. Ya kan?

Faskes I yang ku tuju ini berupa klinik, jadi tidak ada bidan disana. Otomatis dilayani dokter umum yang nantinya akan merujuk ke dokter obgyn/kandungan di rumah sakit.

Niat hati; pagi minta rujukan, siang ke dokter kandungan, sayangnya kami belum punya keberanian. Pada akhirnya, siang pulang kerja baru minta rujukan.

Karena datang siang, aku tak bertemu dokter, tapi tetap dilayani perawat. Aku minta rujukan ke rumah sakit tempatku bekerja. Bisa, tapi perawat juga menjelaskan, "Untuk kehamilan normal, BPJS hanya menanggung 4 kali pemeriksaan, sudah termasuk biaya dokter dan USG."

Waduh, cuma 4 kali? Bukannya ibu hamil tiap bulan periksa kehamilannya? 

"Artinya kalau mau periksa lebih dari 4 kali, pakai biaya sendiri ya Pak?"
"Iya."

Yasudahlah, berdoa saja, semoga kehamilan ini lancar-lancar saja. Kami pun pulang.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.