Apa Hubungan IT dengan Pemilihan Antibiotik?

Tuesday, May 08, 2018
via www.medicalnewstoday.com
Di tengah rasa kantuk yang melanda karena perut kenyang dan ruangan sepi menyisakan dua orang, tiba-tiba handphone ku berdering. Nomor tak dikenal.

"Hallo..."

Aku mengenali suaranya. Seorang dokter muda, tampan, menduduki jabatan Kepala Bidang di rumah sakit ini, dan statusnya masih single.

"Mi, ke aula ya. Sebenarnya butuh dua IT, tapi satu aja gak apa-apa. Kamu ke atas ya."

Ya, hari ini para petugas IT sedang tugas luar dan hanya aku yang tersisa. Mau tak mau ya aku yang harus mewakili.

Sesampainya di aula, ku lihat ruangan berisi mereka yang berseragam putih.

"Hee.. Aku gak salah nih?" batinku.

Ku lihat dokter yang menelponku. Aku duduk di bangku kosong depan dia. Ku arahkan pandanganku ke depan, saat sang narasumber tengah memberikan materi. Ku lihat spanduk yang ditempel di depan "Inhouse Training Bimbingan Teknis Pembuatan Panduan dan Implementasi Penggunaan Antibiotik".

"Apa hubungannya sama IT?" batinku lagi.

Ku dengarkan paparan narasumber. Beliau membahas bagaimana membangun pola kuman atau microorganism pattern, kemudian menyebutkan E-Coli dan sebangsanya sebagai contoh, dilanjut dengan sejumlah antibiotik yang namanya asing di telinga.

Sebenarnya bisa menambah ilmu baru dengan mengikuti training semacam ini, tapi kok baru-nya keterlaluan, nggak nyambung blas sama keseharian yang kita lakukan. Ibaratnya seperti memberikan ilmu SEO kepada nelayan yang hobinya mancing. Kan nggak ada hubungannya.

Akan tetapi, selama hampir 2 jam aku mengikuti training, ada beberapa hal yang aku tangkap, khususnya yang berhubungan dengan IT.

Pada intinya, pasien yang datang berobat itu nantinya akan dikategorikan, apakah dia termasuk tipe I, tipe II, atau tipe III. Jika tipe I, maka dia akan diberikan antibiotik ini, ini, ini. Jika tipe II, antibiotiknya itu itu itu, dst.

Nah, di rumah sakit tempat narasumber itu berada, pengkategorian dan penentuan antibiotik itu sudah dibantu sebuah sistem. Jadi pengguna tinggal klik klik sesuai kondisi pasien, lalu muncullah kategori pasien dan antibiotiknya. Tentunya hal tersebut bisa mencegah adanya bias atau kesalahan dalam memperkirakan nilai. Dokter A menganggap pasien dengan riwayat penyakit ini masuk ke tipe I, sementara Dokter B memasukkannya ke tipe II. Dengan adanya sistem aplikasi berbasis IT, pengkategorian akan lebih mudah.

Setidaknya, seperti itulah yang ada di benakku. Hingga di sesi tanya jawab, ada seseorang yang bertanya, tak asing lagi bagi rumah sakit ini, kepala bagian penyedia obat, "Kalau di tempat Anda kan sudah ada sistem, lantas gimana untuk rumah sakit yang baru memulai, manualnya seperti apa agar tidak bias?"

"Saya ajarin Pak. Jadi, disini kita sudah buatkan flowchart-nya. Nanti, dokter sekalian cukup mengisi lembaran form yang sudah disiapkan. Ngisinya gampang sekali, nggak ada 30 detik. Cukup lingkari 'YA' atau 'TIDAK' menyesuaikan kondisi pasien. Jika ada keterangan "henti", lihat kategori pasien yang ditunjukkan. Kemudian cari antibiotik sesuai kategori pasien. Setelah itu pengisian form tidak perlu dilanjutkan."

"Nanti bagian Farmasi, kalau ada resep antibiotik tapi tidak dilampirkan form ini, nggak usah diproses." lanjut narasumber.

Nah itu dia, sekarang ini rumah sakit masih cocok pakai model form seperti itu. Kalau pakai sistem, yang akan memasukkan datanya adalah dokter, sementara dokter belum bisa mengakses SIMRS, belum ada perangkat maupun infrastrukturnya. Mungkin nanti jika sistem e-prescribing sudah berjalan dimana dokter bisa menuliskan resep secara online, sistem pemilihan antibiotik ini juga bisa sekalian dipasang.

Begitulah aku menyimpulkan sendiri apa yang ku peroleh dari ikut training ini. Berhubung garis besarnya sudah ditangkap, training tak kunjung usai, kepalaku sudah pusing tak karuan, akhirnya aku melipir keluar aula, undur diri, lantas pulang. Haha. Sudah lama aku tak mendengar istilah-istilah biologis seperti itu, jadi otakku sedikit bebal untuk menerimanya. Karenanya lebih baik aku tak berlama-lama di ruangan yang dipenuhi orang-orang berjas putih tersebut. Bye!

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.