Aku Disini

Friday, October 11, 2013
これ は私 の 新しいまち。
Kore wa watashi no atarashī machi. 
Ini kota baru saya.

これは 私のあたらしかぞく。
Kore wa watashi no atarashi ka zo ku.
Ini keluarga baru saya.
 
Sebuah ungkapan bahagia setelah penantian panjang. Buah kesabaran, perjuangan, dan harapan setelah peluh, pengorbanan, waktu, dan tenaga telah terkuras habis.

Inilah aku saat ini. Aku yang telah menghabiskan waktu tiga tahun di Jakarta, kini telah pindah. Sebuah kota baru di provinsi baru, Jawa Barat. 

Ya. Aku sekarang ada di Bekasi. Jauh dari teman-teman seperjuangan, namun (mencoba) dekat dengan keluarga baru.

Mengapa aku disini? Karena inilah pelabuhan yang terpilih untukku. Aku tengah menjalankan rencana terbaik-Nya setelah ku lalui ini, ini, dan ini.
***
30 September 2013.
Sore itu, sambil mengatur nafas yang masih berantakan, aku sudah berada di lantai 6 sebuah gedung tinggi dekat perempatan jalan. Ku lihat jam di tangan kiriku, 15:55 WIB. Ku rasa aku masih dalam kategori 'tidak telat' untuk sebuah janji bertemu pukul 16.00 WIB.

Ku lihat tiga orang duduk di bangku depan receiptionist. Dua orang pria, satu wanita. Aku menggabungkan diri bersama mereka. Aku memilih duduk di samping wanita yang ku ketahui bernama Dian.

"Kita ketemu waktu tes kesehatan kan?"
"Oh, iya, pantesan kayak pernah ketemu sebelumnya."

Pukul 17.00 WIB. Aku masih saja duduk di bangku yang sama. Ku rasa aku takkan merasa bersalah jika tadi aku terlambat. Sesaat kemudian, datanglah Mbak Aulia, seseorang yang sebelumnya menawariku segelas air putih.

"Ayo ikut saya." kata Mbak Aulia mengajakku ke sebuah ruangan.
Di sebuah ruangan itu ku lihat seorang wanita yang terlihat keletihan. Ia memintaku sedikit waktu untuk bernapas sebelum 'berurusan' denganku. Sebelumnya aku sudah bertemu dengan wanita ini. Ia bernama Bu Uma. Terakhir bertemu dengannya, aku diberi sebuah amplop yang membawaku melalang buana, melakukan perjalanan sendirian.

Aku duduk di kursi depan meja kerja Bu Uma. Di meja kerjanya terdapat beberapa lembar kertas. Ku lirik sesaat, ada lembaran kertas yang membubuhkan namaku.

Aku mengeluarkan sebuah amplop coklat besar dari tasku. Sementara Bu Uma merapikan berkas-berkas di mejanya.

"Kamu sudah bawa semua berkasnya?" Bu Uma mempertanyakan isi dalam amplop coklatku.
"Sudah Bu."
"Rejeki sudah ada yang ngatur ya. Nggak usah dilihat besar kecilnya. Sekarang kamu baca ini, terus tanda tangan disini, disini, disini."

Aku membaca tiap lembar dari dokumen yang diberikan Bu Uma. Tanpa pikir panjang lagi aku menandatangani setiap dokumen yang membutuhkan tanda tanganku.

"Sudah siap masuk hari pertama besok?", "Langsung di Pondok Ungu ya?", "Jangan lupa pake batik!", "Selamat bergabung di PT. Isuzu Astra Motor Indonesia".

Aku menjabat tangan Bu Uma.
***
1 Oktober 2013.
Pukul 05.00 WIB aku sudah siap dengan baju batik kesayanganku. Pagi ini aku berangkat dari Sunter setelah semalaman aku tangisan bersama teman kos gara-gara pecel lele yang penuh kenangan. Awalnya malam 1 Oktober aku sudah berada di kosan baru di Bekasi. Namun, karena belum ada 'perpisahan' dengan teman sekamar, maka aku putuskan pagi itu berangkat dari kosan Sunter.

Ku awali perjalananku dengan naik busway dari Plumpang. Rasa kantuk yang sempat bergelayutan seketika hilang saat melewati jalanan yang ramai. Awalnya aku pikir akan ada demo di hari itu. Namun, keramaian itu muncul karena ada kebakaran dekat Mall Artha Gading. 

Busway terus melaju. Aku transit di halte Cempaka Mas, memilih rute menuju terminal Pulogadung. Sekitar pukul 06.00 WIB, aku sudah di terminal. Aku mencari Elf 45 jurusan Bekasi. Tak perlu waktu lama untuk mencarinya. Aku segera duduk manis dan menyiapkan uang pas untuk ongkos. 

Sekitar 30 menitan aku sudah berada di gerbang PT. Isuzu di Jalan Kaliabang No.1 Pondok Ungu, Bekasi. 

Aku memasuki pintu gerbang dan berjalan. Sengaja aku menghitung waktuku berjalan dari pintu gerbang ke gedung tempatku bekerja. 

Aku ditempatkan di bagian Parts. Sebagai lulusan Manajemen Informatika, aku tak tahu apa yang nantinya akan aku lakukan di Parts, yang aku tahu gedung Parts itu jauh dari pintu utama. Aku pernah ke gedung itu waktu interview user.

Aku berjalan, berjalan, dan berjalan. Dengan mengenakan batik, berjilbab merah, ditambah peluh yang sesekali menetes, akhirnya aku sampai di gedung Parts setelah berjalan selama 15 menit dari pintu utama.

Aku masuk, menemui receptionist yang ternyata adalah anak SMA yang sedang PKL.

"Bu Ida ada?" tanyaku.
"Baru jam 07.00 ini Mbak. Masih pagi. Belum pada dateng." jawabnya.
"Kalau gitu saya duduk disini ya?"

Aku duduk di bangku yang dulu ku duduki saat interview user. Ku perhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Kira-kira yang mana ya yang namanya Bu Ida.

Sudah hampir pukul 07.30 WIB. Sesekali aku diajak ngobrol Pak Satpam yang berjaga di receptionist.
Aku masih memperhatikan keadaan sekitar. Ku lihat Mas Ade datang. Dia adalah salah satu user yang mewawancaraiku. Dia tersenyum. Aku membalas senyumannya.

Selanjutnya, datang Pak Djulimin. Dia Dept. Head Parts yang juga mewawancaraiku sebelum aku wawancara dengan HRD. Sayangnya, dia tak menyadari keberadaanku. Ku lihat dia berlalu di hadapanku. Ganteng banget.

Orang-orang masih berlalu lalang. Ku lihat Mas Digna. Dia juga salah satu user yang mewawancaraiku. Sama seperti Pak Djulimin, dia berlalu begitu saja.
Kemudian, lewatlah Mas Erlangga, user yang mewawancaraiku bersama Mas Ade dan Mas Digna. Dia tersenyum seakan berkata "eh, kamu?" Aku pun membalas senyumannya.

Hingga pukul 09.00 WIB aku masih menunggu. Kata Pak Satpam, aku harus menuggu karena Bu Ida sedang ada morning talk. Aku pun harus menunggu. 

Tak lama kemudian, Bu Ida datang dan membimbingku menaiki anak tangga. Aku berhenti di depan meja kosong. Aku harus menunggu meja itu dibersihkan. Selama itu, ku lihat Mas Ade, Mas Erlangga, dan Mas Digna berada di dekat meja kosong itu. Sementara itu, Bu Ida sudah turun. Bisik-bisik dari orang-orang seruangan pun mulai terdengar.

Jujur, aku tak terlalu suka Bu Ida. Aku tak suka cara dia memperlakukan karyawan baru. Seharusnya dia pasang muka paling ramah seaakan berkata "Selamat bergabung :) ". Sayangnya, tak ku dapati hal itu.

Akhirnya mejaku selesai dibereskan. Aku duduk di sebelah Mas Erlangga, di depan Mas Ade, dan berserong (kanan) dengan Mas Digna. Sementara itu, Pak Djulimin menempati satu ruangan terpisah.
***

11 Oktober 2013.
Sudah lebih dari 10 hari aku menempati kota baru ini. Aku pun menikmati hari-hari bersama keluarga baru disini.

Meski terhitung beda provinsi, aku masih sering ke Jakarta. Tanggal 4 Oktober 2013 lalu aku menghabiskan waktu akhir pekan bersama teman-teman kuliah dengan pergi ke Bandung beramai-ramai. Tanggal 8 Oktober 2013 malam, aku menyempatkan datang ke kampus untuk foto bersama teman sekelas untuk buku tahunan. Dan tanggal 18 besok, aku acara makan-makan bersama MI2010 Family di daerah Gading.

Dan bagaimana keluarga baruku saat ini?
Belum genap 10 hari aku masuk kerja. Tapi, ku rasa aku sudah mulai cinta. Aku mulai merindukan hal-hal kecil dari mereka, mengukir cerita bersama mereka.

Mas Sonta yang sudah tertidur di bangkunya saat aku tiba di meja kerjaku. Nada dering HP nya pun mudah diingat. 
Mas Andi, sebelah Mas Sonta, yang selalu tampil percaya diri dengan baju seragam dimasukkan ke dalam celana. Dia satu-satunya orang yang berpenampilan seperti itu.
Mbak Iswari dengan mukena kuningnya, yang setiap pagi membuka morning talk, mengajakku sholat dhuhur bareng.
Mbak Puji, sebelah Mbak Iswari, dengan nada dering Pikachu-nya "Pika pi Pikachuu".
Mas Andi, depan Mbak Puji, yang tanpanya rasanya sepi. Dia melakukan lelucon dengan mukanya yang serius. Dengan tiba-tiba dia memanggil "Pak Digna","Pak Erlangga". 
Mas Digna yang selalu berdehem, "ehemmm... saya nggak diajak... eheemmm.. gitu yaa.. eheemm.."
Mas Eka yang selalu 'menggoda' Mbak Iswari (hanya untuk guyonan, dia sudah punya istri). Ternyata dia pecinta JKT48, semua lagu JKT48 rasanya ada di HP nya. Dia pun hafal setiap sorakan yang diteriakkan oleh para anggota JKT48.
Mas Ananta yang njawani, medhok, benar-benar mencerminkan seorang berdarah Jawa.
Mas Dede, Mas Lutfi, Mas Thomas, Mas Zuma, Mas Sam, Mbak Anik, Bu Endang, Pak Rahmad, Mas Jadmiko, Pak Bambang, Pak Sendi, Pak Edi, Pak Sugeng, Mas Icun, Mas Ade, Mas Erlangga, Pak Avil, Pak Hais. 

Sepertinya aku sudah mulai hapal nama-nama dan kebiasaan kalian. Mohon terimalah aku menjadi bagian dari kalian. ^^

1 comment:

  1. Wah...akhirnyaaaa...selamat ya :)

    semoga sukses selalu mbak :)

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.