Pelanggaran
Sudah baca Gn. Gede The Series? Pengalaman panjangku saat naik Gunung Gede. Di perjalanan itu aku telah melakukan dua pelanggaran. Pelanggaran yang ku maksud adalah melakukan sesuatu yang sedari awal aku tak menyukainya dan tak ingin aku lakukan. Tapi berhubung tak ada pilihan lain, maka mau tak mau aku harus melakukannya.
Apakah dua pelanggaran itu?
1. Pergi ke Puncak Naik Motor
Dulu saat kuliah, salah satu agenda tahunan yang biasa diadakan adalah acara Makrab (Malam Keakraban). Di tingkat II (tahun kedua kuliah), kami selalu mendapat tugas menjadi panita makrab. Salah satu bagian dari kepanitaan adalah surveyor yang bertugas mencari tempat dan memastikan tempat itu nyaman dan pas untuk kami mengadakan makrab. Biasanya, tempat yang sering digunakan makrab adalah salah satu villa di Puncak Bogor.
Nah, para surveyor-surveyor itu pergi ke Puncak untuk melihat lokasi villa. Mereka biasanya motoran untuk pergi kesana. Dalam hatiku, Jakarta - Bogor kan jauh, berapa jam mereka kesana? Apa tidak capek? Apa tidak ada kendaraan lain?
Ehhh.... Pada akhirnya aku merasakan juga bagaimana rasanya naik motor dari Jakarta - Bogor (Puncak). Gimana? Cukup sekali aja bagiku. Nggak mau lagi motoran sejauh itu T.T
Saat berangkat menuju Puncak, kami memakan waktu 4 jam, sementara saat pulang hanya butuh 3 jam. Itu termasuk santai karena biasanya mereka yang sudah terbiasa hanya butuh waktu 2 jam saja. Luar biasa kan?
Sebenarnya kecepatan motor hanya berkisar 60 - 80 km/jam. Tapi tahu sendiri kan jalanan Jakarta seperti apa? Jalanan cukup padat dan motor gesit ke kiri dan ke kanan. Aku yang dibonceng hanya bisa berdoa,"Aku tak ingin mati di jalanan karena kecelakaan." Apalagi saat pulangnya, doaku semakin kencang seiring motor yang melaju dan meliuk-liuk menyalip mobil dan truk di depan. Astaghfirullahaladzim.
Syukur alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Aku pulang dengan selamat. Cukup sekali ini saja. Setidaknya dari pengalaman ini aku sedikit bisa merasakan bagaimana orang-orang yang pulang kampung dengan naik motor. Capek boss, mending naik kereta aja. Haha.
2. Naik Motor sambil Merokok
Ada beberapa tipe pengendara motor yang tidak aku sukai. Salah satunya adalah mereka yang mengendarai motor sambil merokok. Apa mereka tidak takut api rokoknya itu akan mengenai orang lain, apalagi saat kondisi jalanan padat merayap. Ditambah lagi putung rokok yang dibuang sembarangan. Bagaimana jika kena muka orang? Atau memicu terjadinya kecelakaan? Duh duh duh.
Ehhh.... Kok ya kemarin waktu menuju kaki Gunung Gede di Cibodas diboncenginnya sama dia yang merokok. Tak ada pilihan lain sih, soalnya ketujuh pria yang ikut semuanya perokok. Sudah masuk kategori perokok berat kalau kataku. Setiap berhenti menunggu yang lain, mereka menyalakan rokok. Pokoknya mulutnya suka iseng minta rokok. Entah berapa bungkus yang mereka habiskan dalam sehari.
Akan tetapi, dalam kondisi kemarin, perjalanan motor 4 jam, aku sedikit mentolerir. Mungkin dengan merokok bisa menghilangkan rasa kantuk mereka. Berbahaya juga kan kalau mereka menyetir sambil mengantuk. Serem. Toh kalau tak mau dibonceng sama mereka yang merokok, apa iya aku yang bawa motor. Lebih serem.
Itulah dua hal yang semoga tidak terulang kembali ya :D
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^