Gn. Gede The Series - Pendakian
<< Cerita sebelumnya
Kami bersepuluh berjalan beriringan. Tidak ada yang di ujung depan dan tidak ada yang tertinggal di belakang. Tak lupa kami berfoto bersama untuk menambah semangat.
Kami bersepuluh berjalan beriringan. Tidak ada yang di ujung depan dan tidak ada yang tertinggal di belakang. Tak lupa kami berfoto bersama untuk menambah semangat.
full team |
Perjalanan berlanjut. Barisan kami mulai berarakan. Di posisi depan ada Acil yang meski berjalan santai tapi konsisten, tak banyak berhenti. Disusul Amel yang penuh semangat. Meski ini pengalaman pertamanya, namun dia sangat kuat dan tidak terlihat kelelahan. Mungkin karena dulu dia anggota cheerleader saat SMA sehingga badannya sudah terbiasa. Di belakangnya ada aku dan Anggun yang jaraknya cukup jauh dari Acil dan Amel. Kami berdua sama, tiap jalan 5 langkah berhenti untuk ambil nafas. Tiap ada tanjakan selalu menghela nafas. Capek.
Di belakang kami, ada Banjar, yang kadang berjalan mendahului karena aku dan Anggun kelamaan ambil nafas saat istirahat. Di belakangnya lagi ada Hadi aka Otnay dan Bang Irul. Dan dibelakang sana, tak terlihat Bule, Widi, dan Rusdi.
Di belakang kami, ada Banjar, yang kadang berjalan mendahului karena aku dan Anggun kelamaan ambil nafas saat istirahat. Di belakangnya lagi ada Hadi aka Otnay dan Bang Irul. Dan dibelakang sana, tak terlihat Bule, Widi, dan Rusdi.
Sejauh ini perjalanan masih aman, tidak terjadi apa-apa. Sebisa mungkin aku berpikiran positif, aku pasti bisa, aku nggak akan kenapa-kenapa.
Meski terengah-engah, akhirnya kami sampai di Pos 1.
POS 1 |
Aku lupa ada berapa pos. Yang jelas tiap kali pos terlihat, aku selalu memaksa kakiku untuk berjalan lebih cepat agar aku bisa segera merebahkan badan dan selonjoran.
lelah |
Di setiap pos ini biasanya kami menunggu hingga full team dan memastikan bahwa semua anggota pendakian baik-baik saja. Selesai istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan.
Aku dan Anggun berjalan lebih dulu karena kami yakin pasti akan disusul karena banyak berhenti. Dan benar saja, beberapa menit berjalan, formasi sudah seperti semula. Acil dan Amel memimpin di depan.
Aku dan Anggun juga masih sama. Tubuh kami belum menemukan ritmenya sehingga cepat terasa lelah. Jantung kami berdetak kencang. Tiap saat kami bertanya pos selanjutnya dimana? Masih jauhkah?
"Udah jalan aja. Tanjakannya nggak usah dilihat! Ntar juga nyampe" Bang Irul yang dibelakang kami selalu mengomel ika kami kebanyakan mengeluh.
Maunya sih gitu huft -,-
Dan saat capek-capeknya, pikiran itu kembali terbesit. "Kenapa ya orang suka naik gunung? Apa enaknya naik gunung? Capek-capek bawa peralatan menuju puncak gunung, sampai puncak tidur di tenda dingin-dinginan, makan juga seadanya, setelah itu turun lagi, ketambahan bawa sampah pula."
Tapi entahlah, meski sering berpikir seperti itu, nyatanya aku masih mau jika ada yang orang mengajak. Hahaha.
Setelah menempuh setengah perjalanan, keraguanku sudah menghilang. Aku tak lagi berpikiran jika aku nggak kuat gimana? Yang aku pikirkan adalah pos selanjutnya ada dimana? masih jauhkah?
Dan begitu bahagianya ketika pos sudah di depan mata. Siap-siapkan merebahkan badan. Tak peduli lagi itu tanah kotor dan segala macam.
Pos kesekian, kabut mulai tebal |
Di beberapa pos pemberhentian biasanya ada yang jual minuman hangat dan gorengan. Harga Rp.5.000/gelas minuman dan Rp. 2.000/potong gorengan. Mungkin tak apa sesekali beli, tapi jangan banyak-banyak ya, kan ntar pas dipuncak kita masak :D
Perjalanan masih berlanjut, masih dengan formasi yang sama. Tapi kali ini udah pasrah. Kaki dipaksa terus untuk jalan. Dan salah satu motivasi yang bisa menambah semangat adalah foto-foto. Sesekali kami berhenti untuk berfoto ria. Meski muka udah kucel, penampilan udah nggak berbentuk, tetep harus eksis.
Foto ala-ala |
Satu hal yang disyukuri dari pendakian hari itu adalah cuaca yang tidak hujan. Meski sempat berkabut tebal, namun jalanan masih terlihat. Semuanya baik-baik saja, tak ada yang pingsan, cedera, dan semacamnya. Kalau sebatas lapar dan haus itu sudah biasa.
Setelah berjalan sekitar 7 jam, akhirnya kami tiba di Surya Kencana, lapangan luas yang banyak ditumbuhi bunga Edelweis. Disini kami istirahat sejenak sambil menunggu anggota yang belum terlihat. Tak lupa berfoto-foto dulu.
Salam hangat dari Surya Kencana |
Setelah ini kami akan berjalan menyusuri Surya Kencana, mencari tempat yang nyaman dan aman untuk mendirikan tenda.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^