Periksa Gatal ke Puskesmas

Thursday, July 16, 2020
Seminggu yang lalu aku cerita soal anakku yang menderita gatal di telinga dan lutut. Apakah sudah sembuh? Belum gaess. Aku pakai minyak kutus-kutus yang katanya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, tapi nggak kelihatan perubahan yang berarti. Sabtu (11/07) ku belikan obat salep di apotek, nggak sembuh juga. Malah tambah parah dan menyebar. Dari yang tadinya daun telinga bagian atas, sekarang nambah ke lubang telinga.


Antara harus ke dokter anak, kulit, atau THT, akhirnya ke puskesmas saja. Haha. Pertimbangannya, dulu kan pernah dikasih salep kulit dan cocok-cocok aja. Jadi ya kenapa tidak dicoba dulu. Lagipula jarak dari rumah juga dekat. 

Pukul 07.15 WIB kami siap-siap dan anaknya girang banget dong pas ditanyai,"Mau ikut nggak?"
"Ituuutt." kemudian nempel mulu takut ditinggal, padahal saat itu emaknya belum ganti baju.

Pukul 07.30 WIB kami berangkat ke puskesmas dan ternyata masih tutup. Yaudah mampir beli jajan dulu, soalnya bocahnya belum sarapan. Habis itu balik lagi ke puskesmas dan harus nunggu beberapa saat hingga antrian dibuka. 

Sebelum pendaftaran, kami ambil nomor antrian. Kalau sebelumnya tinggal ambil saja, sekarang harus ukur suhu dulu di luar ruangan. Aku sempat dag-dig-dug karena tiga hari terakhir memang sempat tidak enak badan, pusing, dan sedikit demam. Untung udah minum paracetamol dan pas itu kondisinya memang udah enakan. Dicek suhu ternyata 36.2 C. Hamdalah. 

Kami dapat antrian nomor 1. Bapaknya bocah yang antri di pendaftaran, nunggu dipanggil. Sementara aku jaga anaknya yang udah nggak sabar pengen kesana-kemari. Ku ajak dia ke ruang Pelayanan Anak, tempat biasa dia diimunisasi. Ku pikir masih ada area untuk bermain, ternyata sudah tidak ada lagi, mungkin karena pandemi. Tapi pas anaknya lihat ruangan, ternyata dia tetap girang karena dindingnya terpasang wallpaper gambar kupu-kupu. "Upppuuuu".

Sambil menunggu Bu Bidan datang, Si Kecil tak bisa duduk tenang. Selayaknya anak kecil, ia menjelajah banyak tempat. Berjalan kesana kemari, menyapa ibu-ibu dengan panggilan "tannt.e". Dan tak lama, Bu Bidan pun datang. Lumayan gasik menurutku, soalnya kalau pas imunisasi biasanya sampai bete nunggunya.

Bidan datang tak langsung memeriksa. Beliau pakai APD terlebih dahulu. Secara kami pasien pertama, jadi belum siap-siap. Aku diminta untuk timbang BB anak lebih dulu. Eh bocahnya susah lepas. Yaudahlah pakai metode timbang bareng ibu dikurangi BB ibu. Hasilnya? 1 ons lebih rendah dari posyandu kemarin. Beda timbangan, wajar. 

Bu Bidan siap. Beliau hanya melihat sekilas telinga anakku tanpa menyentuhnya. Terkena bakteri ...cus (aku kurang ngeh nama bakterinya). Wajar ya, usia segitu masih aktif-aktifnya, megang apa saja, tangannya kotor jadi rentan terkena bakteri. Nanti dikasih antibiotik ya. Untuk sementara, mandinya nggak usah pakai sabun dulu sampai nanti sembuh, cukup pakai cairan antiseptik aja.

Selanjutnya aku diedukasi tentang pemberian vaksin. Nanti usia 18 bulan diimunisasi, dan usahakan dalam kondisi benar-benar sehat. Kalau dulu sebelum pandemi, asalkan nggak demam, nggak masalah kalau mau vaksin walaupun batuk pilek. Tapi sekarang harus sehat.

Selesai periksa, ambil obat ke Farmasi. Kalau periksa ke Puskesmas, obatnya gratis ya! Ini dia obat yang diresepi, ditambah obat racikan. Jadi, total ada 3 jenis.


Ini kedua kalinya minum antibiotik. Kasihan sih sebenarnya, tapi lebih kasihan lihat dia sakit. Semoga lekas sembuh ya Nduk. Sakit bukan berarti berhenti bereksplorasi, tapi mungkin harus lebih berhati-hati.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.