Pantang Pergi Tanpa Pamit

Monday, February 12, 2018
via pixabay.com
Aku masih ingat saat kami berdiskusi pengembangan SIMRS, apakah ingin meminta bantuan dari pihak ketiga atau murni mandiri dengan sumber daya terbatas, empat programmer, yang mana satu dari kami lebih handal memegang VB dibanding web programming dengan menggunakan PHP. Jujur, kami kurang percaya diri untuk menggarap semuanya itu sendiri.

Lumayan lama kami mendiskusikan hal itu karena pilihan manapun selalu ada positif dan negatifnya. Hingga pada akhirnya kami memutuskan untuk menggandeng pihak ketiga. Kami cukup percaya dengan vendor ini, karena sebelum kerjasama dengan rumah sakit kami, mereka sudah mengimplementasikan SIMRS di rumah sakit lain.

Di awal pertemuan kami, mereka menjelaskan rencana-rencana yang akan ditempuh, termasuk kapan kami bisa launching SIMRS ini. Mereka menyiapkan lembar kerja, kami menyiapkan budget untuk jasa mereka. Namun, untuk bisa deal satu sama lain ternyata butuh proses yang lumayan panjang dan cukup lama.

Setelah mencapai kesepakatan, kami meminta pihak vendor untuk segera mengirimkan anggotanya, memulai proyek SIMRS ini. Sungguh di luar dugaan, programmer yang datang ternyata belum pernah sama sekali memegang proyek rumah sakit. Pikir kami, mereka akan mengirimkan programmer yang telah mengembangkan SIMRS di rumah sakit sebelumnya. Logika nya begitu bukan? Tinggal modif ini dan itu, disesuaikan dengan kebutuhan kami, selesai.

Ternyata, TIDAK! Dan yang lebih mengejutkan, mereka ingin membangun aplikasi dari nol, bukan memodifikasi yang sudah ada. Mereka beranggapan, aplikasi baru ini (bukan bawaan SIMRS GOS) lebih handal, dengan struktur yang lebih teratur akan mudah dan cepat diakses.


Baiklah, kami mengikuti permainan mereka. Dengan sabar kami menunggu progress mereka dalam mengerjakan SIMRS. Hanya saja, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, kok nggak ada perkembangan berarti. Di sisi lain, pihak manajemen terus menekan kami, 'MANA SIMRS KALIAN?'

Pada akhirnya kami menyerah. Kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kami membulatkan tekad untuk kembali ke SIMRS GOS, awal mula perjuangan kami. Kami masih kerjasama dengan vendor. Tidak mudah melepas kerjasama, apalagi mereka sudah bekerja berbulan-bulan, meski belum kelihatan hasilnya. Kami meminta mereka menghentikan pengerjaan aplikasi baru dan melanjutkan SIMRS GOS yang sudah ada.

Merasa dirugikan? Sudah pasti. Tapi life must go on. Tekanan manajemen terasa sangat kuat, apalagi tahun sebentar lagi berganti.

Dengan modal nekat dan persiapan yang kurang maksimal, kami memberanikan diri untuk launching SIMRS. Kami masih dibantu vendor. Mereka pun menambahkan personil untuk implementasi --atas permintaan kami. Sementara itu, pihak rumah sakit secara administrasi sudah bisa mengeluarkan budget untuk vendor. Kami pun kembali membuat kesepakatan, pembayaran akan segera dilakukan dan anggota vendor akan tetap membantu rumah sakit sampai akhir Januari 2018.

Selama bulan Januari itu, kami benar-benar memanfaatkan kinerja dari vendor. Revisi ini dan itu, ketika ada masalah mereka yang mendatangi user, dan sebagainya. Mereka memenuhi kesepakatan. Bahkan di minggu pertama Februari mereka masih berdatangan.

Akan tetapi, seminggu terakhir mereka sudah tak menampakkan diri. Masa kerja mereka sudah habis? Benar. Tapi begitukah cara mereka mengakhiri kerjasama? Bukankah lebih baik mereka berpamitan baik-baik, memberitahukan pekerjaan mereka sampai mana, berterima kasih atas kerjasama selama ini, meminta maaf jika ada pihak yang tersakiti. Bukankah demikian?

Setidaknya itulah yang ingin ku lakukan jika aku berada di pihak mereka. Aku jadi ingat dulu pertama kali masuk ke rumah sakit ini. Saat itu diadakan orientasi karyawan baru dari tanggal 22 - 31 Maret 2017. Aku tidak mengikutinya karena aku harus menghabiskan masa kerjaku di kantor lama. Meski beresiko batal direkrut oleh rumah sakit, aku tetap tidak ikut. Sebenarnya aku bisa meninggalkan kantor lamaku begitu saja, toh aku sudah diterima di tempat baru bukan? Aku tak perlu khawatir. Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin berpamitan dengan semua orang. Aku masuk baik-baik dan ingin keluar dengan baik-baik. Aku tak ingin meninggalkan kesan buruk di mata mereka.

Memang sudah seharusnya begitu bukan? Yah mungkin kerjasama kemarin memang kurang berjalan lancar sehingga mereka memilih pergi tanpa bilang-bilang. Selain itu, tak ada rasa memiliki diantara mereka, jelas berbeda dengan aku yang memang sudah bersama-sama selama 3,5 tahun dan merasa butuh meminta ijin untuk meninggalkan mereka. Bagiku, pantang pergi tanpa pamit.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.