[Resensi] Tentang Kamu - Tere Liye
goodreads |
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tebal Buku : vi+ 524 hal. ; 13.5x20.5 cm
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2016
Harga : Rp. 70.000 (http://tbodelisa.blogspot.com/)
Sinopsis Buku:
Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.
Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.
Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.
***
Gilaaaakkkk!!! Asli, keren banget novel ini! Salah satu karya terbaik dari sekian banyak novel yang sudah ditulis Tere Liye. Benar-benar tak salah jika aku menjadi salah satu penggemar dari penulis yang berprofesi sebagai akuntan itu.
Aku tak berhenti berdecak kagum sesaat setelah menyelesaikan membaca buku ini? Bagaimana bisa? Setelah Matahari, novel terakhir Tere Liye yang bergenre fantasi, sekarang mengeluarkan novel tentang seorang pengacara muda yang sedang memecahkan kasus yang diamanahkan kepadanya.
Seperti biasa, Tere Liye merangkai potongan-potongan cerita menjadi satu cerita utuh yang sangat memesona. Para pembaca seakan dihiptonis untuk terus membaca bab demi bab, hanya untuk mengetahui kisah apa yang akan terjadi selanjutnya. Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan tak pernah luput ia masukkan ke dalam setiap novelnya, termasuk novel Tentang Kamu ini.
***
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zaman Zulkarnaen yang bekerja sebagai pengacara di salah satu firma hukum di London. Meski baru dua tahun bekerja di firma tersebut, Zaman mendapat sebuah kasus besar. Ia ditugaskan untuk mengurus warisan dari seorang klien yang baru saja meninggal di Paris. Klien tersebut adalah seorang perempuan tua, berusia 70 tahun, dan belasan tahun terakhir tinggal di panti jompo. Pemegang paspor Inggris serta izin menetap di Perancis. Aktif dalam kegiatan berkebun di panti jompo (hal. 12). Klien ini mewariskan aset berbentuk kepemilikan saham senilai satu miliar poundsterling atau setara 19 triliun rupiah (hal. 11). Dan yang lebih menarik, klien tersebut bernama Sri Ningsih. Dilihat dari namanya, dia berasal dari Indonesia, negara yang sama dengan negara asal Zaman sebelum dia menyelesaikan kuliah master hukum di Oxford University.
Demi menyelesaikan tugas tersebut, pada hari itu juga, Zaman langsung berkunjung ke panti jompo, tempat Sri Ningsih menghembuskan nafas terakhirnya. Disana Zaman memperoleh petunjuk berupa buku diary Sri. Buku tersebut sederhana. Hanya ada sepuluh halaman yang berisi tulisan, dibagi menjadi lima bagian, masing-masing dua halaman. Setiap bagian hanya ada satu-dua paragraf pendek, beserta satu-dua foto yang ditempelkan di halaman bagian itu (hal.18). Berbekal dari buku diary, Zaman menelusuri kehidupan Sri dari masa kecilnya hingga ia meninggal. Zaman harus menjelajahi tiga negara, lima kota, dan beribu luka. Setelah menelusuri setiap bagian dari kisah hidup Sri, Zaman pun akhirnya bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.
***
Tiga negara, lima kota. Bisa kau bayangkan riset yang dilakukan oleh seorang Tere Liye untuk novel terbarunya ini? Meski belum pernah mengunjunginya, pasti dia sudah mempelajarinya. Bagaimana kondisi bangunannya? Budayanya? Bahasa? Belum lagi ceritanya yang berlatar belakang waktu tahun 1940-an hingga sekarang ini. Luar biasa sekali mengikuti perjalanan Zaman dalam menjalankan tugas pentingnya itu.
Dari novel ini aku belajar banyak hal. Salah satunya dengan mengetahui fakta-fakta unik yang disampaikan di dalam cerita.
Aku pikir, konyol sekali melihat kambing makan kertas di serial kartun Doraemon. Di kartun tersebut diceritakan bahwa kambing itu merupakan alien yang datang ke Bumi. Dia lapar dan meminta makanan ke Doraemon dan Nobita. Jika tidak diberi makan, maka dia akan memanggil teman-temannya yang lain untuk menghancurkan bumi. Doraemon dan Nobita pun menyediakan makanan ke kambing. Buah-buahan, sayuran, kue, tak ada yang disukai Sang Kambing. Hingga akhirnya Nobita menyerahkan kertas ulangannya kepada kambing. Kambing pun memakannya, dan ia pun menyukainya.
Saat menonton kartun itu, aku kehabisan akal, mana ada kambing yang makan kertas? Tapi namanya juga kartun, apa saja bisa jadi cerita.
Dan setelah membaca novel ini, aku baru tahu bahwa memang benar ada kambing yang makan kertas, dan lebih mengagumkan lagi, kambing itu ada di Indonesia, tepatnya di Pulau Bungin, Sumbawa.
credit |
Waaah, envy pengen baca. Aku msh melahap Milea, gak sabar nunggu giliran novel ini yg kubaca uhuuy, reviewnya aja uda memprovokatori hihi
ReplyDelete