Kepuasan

Monday, April 28, 2014
April segera berlalu. Sebentar lagi aku akan mendapatkan lembar absensiku yang ke-7. Ini berarti bulan depan aku memasuki bulan kedelapan aku bekerja, menandakan 5 bulan lagi kontrak kerjaku habis. 

Aku masih belum ada bayangan apakah nanti jika kontrakku habis, aku mendapat kesempatan untuk menjadi karyawan tetap atau diperpanjang kontrak atau aku justru akan memutuskan untuk mencari lingkungan baru. Aku masih belum tahu.

Harus ku akui, keinginan untuk tidak melanjutkan masa kerja di tempatku sekarang sangatlah ada. Bagaimanapun aku merasakan ketidaknyamanan.

Ketidaknyamanan apa yang aku rasakan?
Aku merasa kurang puas. Bukan. Bukan soal gaji/upah kerja. Walaupun memang tergolong standart, aku tak pernah mempermasalahkan gaji yang ku terima. Ku syukuri setiap nominal yang ditransfer ke rekeningku setiap bulan. 


Lantas apa?
Aku kurang puas dengan pekerjaan atau jobdesk yang menjadi tanggung jawabku. Aku merasa sangat kecil dan aku merasa aku sangat tidak penting. Andai kata aku tak ada disana, bukan menjadi masalah yang besar. Aku merasa posisiku tak terlalu diharapkan. 

Setidaknya itulah yang ku rasakan. Aku merasa kurang bisa memberikan kontribusi terbaikku. Aku dihantui rasa bersalah. Setiap bulan mendapat upah, kerjanya gitu-gitu aja.

Jika dibuat daftar pekerjaan, maka sebenarnya kerjaanku cukup banyak. Namun pada kenyataannya, aku tak pernah bisa merasakan nikmatnya kerja keras.

Kadang teman bertanya, "kamu nggak lembur?" dalam hati aku berkata, "andai ada pekerjaan yang benar-benar mengharuskan aku tuk lembur."

Dan ketika di akhir bulan teman-teman sibuk dengan yang namanya "closing", maka aku biasa saja, seakan istilah itu tak pernah ada.

***

Setiap bulan, rekan-rekan kerjaku selalu mengharapkan "uang makan". Uang makan ini dapat diperoleh jika:
- dinas keluar kantor sehingga tidak bisa makan siang dikantor
- pulang di atas jam 19.00 WIB

Ketika semua orang mengharapkannya, aku selalu keep calm karena sudah dipastikan aku tak pernah mendapatkannya. "Adek Mia sekali-kali pulang malem dong!" kata Mbak Pudji saat membagi-bagikan uang makan.

Aku hanya tersenyum, meski dalam hati, "Andai ada pekerjaan yang memaksaku untuk pulang malam Mbak."

Tak ada kerjaan. Koneksi internet yang tidak asyik digunakan untuk 'berselancar'. Lantas untuk apa aku harus berlama-lama di kantor?!

***

Orang-orang 'Area' sangat hafal kebiasaan pulang cepatku. Pukul 17.00 WIB, mereka selalu menanyakan keberadaanku.
"Eh... Mia, tumben belum pulang?"

Aku pun kena sindiran. "Dulu waktu interview katanya siap pulang malem. Siap lembur, kok jam segini udah pulang?" 

Aku pun kembali hanya nyengir.

***

Kenapa kamu nggak minta kerjaan?
Aku rasa, mereka menganggap kapasitasku kurang sehingga jika diberi pekerjaan pun, mereka hanya menyuruhku untuk mempelajari.

Kenapa kamu nggak inisiatif melakukan improvement sesuai kapasitas kamu?
There is no motivation here. Tak ada sesuatu atau seseorang yang membuatku termotivasi. Apalagi pribadi macam aku ini, amat sangat susah tanpa motivasi dari orang lain.

***

I'm not the important one. Aku kurang bisa mengembangkan potensiku disini. Aku merasa kurang puas dengan pekerjaanku disini. Aku kurang bisa memberikan kontribusi terbaikku disini. Itulah alasan jika nantinya aku memutuskan untuk tidak meneruskan kontrak kerjaku. 

Eitss... bukan berarti aku tak punya alasan untuk meneruskannya lho yaa.. kita lihat saja 5 bulan mendatang :D

3 comments:

  1. saya malah gak pernah mau kalo disuruh lembur hehehe...
    Tetap semangat ya...

    ReplyDelete
  2. Sudah mi.... Tinggalkan saja Bekasi, Pindah segera ke Jogja. Hahahaha

    ReplyDelete
  3. kalo aku dari lingkungan kerja nya,,kalo teman2 pada enak aku betah kerja disitu,,,kalo temannya pada resek aku cabut aja,,pindah kerja ..cari perusahaan lain,,aku udah 2 kali resign di perusahaan swasta,,ya karena salah satunya itu :) kerjaan yg sekarang udah betah banget :)

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.