Berkereta
Aku sekarang tengah dalam perjalanan panjang, larut dalam deru kencangnya laju kereta. Senja Utama Jogja, sebuah kereta jurusan Jogja Pasar Senen, yang akan mengantarku ke dunia yang sebenarnya. Aku naik dari stasiun Wates dan seperti biasa aku diantar oleh ibuk dan adikku. Kini entahlah aku sampai mana. Di luar sana gelap dan aku tak mengenalinya.
Beberapa menit yang lalu aku merasa kelaparan. Padahal aku tadi sudah makan sekitar pukul 15.00 WIB. Mengingat aku besok kerja dan tiap pagi hanya sarapan secuil roti dan aku membayangkan diriku akan sangat kelaparan, akhirnya aku memesan nasi goreng pada pelayan restorasi kereta.
Sekitar 15 menit nasi goreng sudah diantar di gerbong 2 no 13C, kursiku. Aku cukup terbelalak dengan bill yang diberikan pelayan. Rp 30.000,- Waduh, bilang nggak jadi rasanya nggak mungkin. Dan akhirnya aku membayarnya.
Dengan uang Rp 30.000 aku mendapatkan nasi goreng, paha ayam, telur, lalapan, dan segelas jus jambu biji. Daripada memikirkan harganya mending aku menikmatinya.
Berkereta. Menginjak tahun ke-4 aku wira wiri Jakarta (Bekasi) - Purworejo, aku benar-benar merasakan perubahan besar dalam dunia perkeretaan. Dulu tiket tanpa tempat duduk habis terjual, kini tak ada. Dulu penjual mijon popmi sering mondar-mandir, kini tak ku temukan. Benar-benar perubahan yang signifikan.
Sesungguhnya aku sangat penasaran. Kemana ya para penjual mijon popmi yang dulu jumlahnya sangat banyak, di setiap stasiun ada, tapi kini mereka seakan menghilang. Ya. Mereka benar-benar tak ada. Ketika misalnya kereta berhenti di stasiun, keberadaan mereka pun tak terlihat. Ah iya, aku lupa. Peraturan sekarang kan hanya yang membawa tiket yang bisa masuk ke peron. Para pengantar saja tidak diperbolehkan masuk, apalagi pedagang. Lantas kemana perginya mereka? Apakah beralih ke terminal? Atau justru beralih profesi? Ah dimana pun mereka, ku berdoa semoga rejeki mereka tetap mengalir dimanapun mereka berada.
Kalau harus menceritakan perkembangan kereta berdasarkan pengalamanku akan sangat panjang nantinya. Yang jelas sekarang ini, pemandangan yang terlihat berbeda sekali. Di masing-masing kursi ada colokan listrik sehingga tak perlu khawatir saat handphone atau smartphone kita kehabisan baterai. Dan heii lihatlah, ada yang nyalain laptop juga. Keren ya..
Beberapa menit yang lalu aku merasa kelaparan. Padahal aku tadi sudah makan sekitar pukul 15.00 WIB. Mengingat aku besok kerja dan tiap pagi hanya sarapan secuil roti dan aku membayangkan diriku akan sangat kelaparan, akhirnya aku memesan nasi goreng pada pelayan restorasi kereta.
Sekitar 15 menit nasi goreng sudah diantar di gerbong 2 no 13C, kursiku. Aku cukup terbelalak dengan bill yang diberikan pelayan. Rp 30.000,- Waduh, bilang nggak jadi rasanya nggak mungkin. Dan akhirnya aku membayarnya.
Dengan uang Rp 30.000 aku mendapatkan nasi goreng, paha ayam, telur, lalapan, dan segelas jus jambu biji. Daripada memikirkan harganya mending aku menikmatinya.
Berkereta. Menginjak tahun ke-4 aku wira wiri Jakarta (Bekasi) - Purworejo, aku benar-benar merasakan perubahan besar dalam dunia perkeretaan. Dulu tiket tanpa tempat duduk habis terjual, kini tak ada. Dulu penjual mijon popmi sering mondar-mandir, kini tak ku temukan. Benar-benar perubahan yang signifikan.
Sesungguhnya aku sangat penasaran. Kemana ya para penjual mijon popmi yang dulu jumlahnya sangat banyak, di setiap stasiun ada, tapi kini mereka seakan menghilang. Ya. Mereka benar-benar tak ada. Ketika misalnya kereta berhenti di stasiun, keberadaan mereka pun tak terlihat. Ah iya, aku lupa. Peraturan sekarang kan hanya yang membawa tiket yang bisa masuk ke peron. Para pengantar saja tidak diperbolehkan masuk, apalagi pedagang. Lantas kemana perginya mereka? Apakah beralih ke terminal? Atau justru beralih profesi? Ah dimana pun mereka, ku berdoa semoga rejeki mereka tetap mengalir dimanapun mereka berada.
Kalau harus menceritakan perkembangan kereta berdasarkan pengalamanku akan sangat panjang nantinya. Yang jelas sekarang ini, pemandangan yang terlihat berbeda sekali. Di masing-masing kursi ada colokan listrik sehingga tak perlu khawatir saat handphone atau smartphone kita kehabisan baterai. Dan heii lihatlah, ada yang nyalain laptop juga. Keren ya..
makanan dikereta haragnya 3 kali lipatnya yah ... sama kaya di dalam kapal laut ,,,,hehehe
ReplyDeleteDi kereta sama persis seperti di pasar tradisional. Banyak penjual berseliweran. :D
ReplyDeletedari dl mahal2 ya makanan di kereta...
ReplyDeletewah 30 ribu yak? :D
ReplyDeletetapi enak lah dapat paha ayam, telur dan lain-lain. enak-enak. daripada kelaparan sampai tujuan?
Yohoho~
Ah ya, aku belom naik kereta lagi. Penasaran seperti apa yak, pastinya gak sumpek lagi ya...
iyaw... daripada kelaparan, mending dinikmati saja.. muehhehehe
ReplyDeleteMuhammad Lutfi Hakim: sekarang udah nggak kayak pasar loh.. beneran deh.. :p
sekarang naik kereta lebih nyaman soalnya disesuaikan dengan tempat duduk :)
ReplyDeleteseumur hidup aku baru 3 kali naek kereta. pertama naek komuter dari lamongan ke surabaya, kedua dari surabaya ke sidoarjo, dan yang ketiga adalah yang paling jauh jakarta ke jogja. dan ternyata seru juga. walopun kalo pulkam aku lebih milih kapal terbang.
ReplyDeletemahal banget ya harganya :( 30 ribu,,seenggaknya udah dapat 3 kali makanan di sekitar kosan itu,,,
ReplyDelete