Cerita Gigi Berlubang
Hai, welcome back to "Cerita Gigi"
Oke jadi, beberapa waktu yang lalu aku pernah cerita permasalahan gigi yang ada pada diriku. Mari kira review ulang:
1. Gigi geraham paling belakang berlubang Operasi Odontektomi
2. Gigi geraham bungsu yang sudah ditunggu setahun lebih tapi mahkotanya hanya muncul sedikit
Operasi Odontektomi
5. Gigi rasanya rontok saat makan makanan panas dan dingin sekarang sudah tidak, mungkin waktu itu karena efek menyusui
6. 'Gigi lebih' yang mengganggu belum dicabut
Ada keinginan untuk menyelesaikan PR tersebut satu persatu, tapi selalu saja ada alasan untuk pergi ke dokter gigi. MALAS.
Akan tetapi, pada hari ini akhirnya aku ke dokter gigi. Karena apa? Karena poin no. 3. Jadi awalnya, lubangnya kecil, hanya di sisi kanan dan kiri. Waktu aku periksa (saat minta rujukan hingga akhirnya operasi), dokternya belum ngeh kalau ada lubang, karena lubangnya di sela-sela gigi gitu, bukan yang kelihatan bolong. Hingga kemarin, habis makan siang, kok aku merasa aneh dengan gigiku. Ada sesuatu yang hilang. Mahkota gigi runtuh ikut termakan (mungkin) dan terasa sekali lubangnya. Aku memantapkan hati bahwa aku harus ke dokter gigi, mempertahankan gigiku yang berlubang ini. Ku tak ingin punya gangren radix untuk kedua kalinya. Masak iya umur 28 tahun udah omong 2 gigi, huhuhu. Cukup satu aja ðŸ˜
Jumat, 24 Januari, pulang kerja jam 11.00 WIB aku langsung menuju Faskes 1. Aku baru dipanggil ke ruang dokter hampir jam 12.00 WIB setelah dua pasien sebelumnya ditangani. Dalam hatiku, "Males banget kalau udah ngantri lama gini, ujung-ujungnya harus dirujuk ke rumah sakit."
Masuk ke ruangan, ditanya keluhannya apa, diperiksa giginya akhirnya dokter memberikan pilihan.
"Ini lubang nya besar banget. Ada 2 opsi.
1. Dipertahankan tapi harus kontrol rutin sebelum ditambal
2. Dicabut"
"Kalau dipertahankan, berapa lama harus kontrol rutin?"
"Bisa 5 atau 6 pertemuan, bisa seminggu atau 2 minggu sekali kontrol, tergantung dokternya, nanti dirujuk ke rumah sakit."
Ku pikir bisa dilakukan di Faskes 1. Kalau iya, aku tak masalah. Toh dekat, jadwalnya juga cocok, pulang kerja. Tapi kalau di rumah sakit lain, perlu mikir-mikir dulu. Kalau dapat yang poli sore, rasanya kurang oke.
"Dirujuk kemana ya Dok?"
"Ke Rsud bisa."
"Owh, poli Endo itu ya Dok?"
"Iya."
Wah, cocok nih kalau dirujuk kesana. Bisa periksa sambil bekerja. Kalaupun harus rutin bolak balik, insyaallah nggak masalah. Lagipula, poli Endodonsi ini termasuk poli subspesialis yang belum lama buka. Sebelumnya hanya gigi umum saja. Bisa jadi pengalaman baru nih, pikirku. Akhirnya aku bersedia dirujuk ke rumah sakit.
Demikian cerita hari ini, semoga proses kedepannya lancar dan gigiku bisa dipertahankan.
Oke jadi, beberapa waktu yang lalu aku pernah cerita permasalahan gigi yang ada pada diriku. Mari kira review ulang:
Operasi Odontektomi
3. Nyeri pada gigi yang sakit saat hamil sekarang berlubang besar
4. Karang gigi yang menumpuk belum dibersihkan
6. 'Gigi lebih' yang mengganggu belum dicabut
Ada keinginan untuk menyelesaikan PR tersebut satu persatu, tapi selalu saja ada alasan untuk pergi ke dokter gigi. MALAS.
Akan tetapi, pada hari ini akhirnya aku ke dokter gigi. Karena apa? Karena poin no. 3. Jadi awalnya, lubangnya kecil, hanya di sisi kanan dan kiri. Waktu aku periksa (saat minta rujukan hingga akhirnya operasi), dokternya belum ngeh kalau ada lubang, karena lubangnya di sela-sela gigi gitu, bukan yang kelihatan bolong. Hingga kemarin, habis makan siang, kok aku merasa aneh dengan gigiku. Ada sesuatu yang hilang. Mahkota gigi runtuh ikut termakan (mungkin) dan terasa sekali lubangnya. Aku memantapkan hati bahwa aku harus ke dokter gigi, mempertahankan gigiku yang berlubang ini. Ku tak ingin punya gangren radix untuk kedua kalinya. Masak iya umur 28 tahun udah omong 2 gigi, huhuhu. Cukup satu aja ðŸ˜
Jumat, 24 Januari, pulang kerja jam 11.00 WIB aku langsung menuju Faskes 1. Aku baru dipanggil ke ruang dokter hampir jam 12.00 WIB setelah dua pasien sebelumnya ditangani. Dalam hatiku, "Males banget kalau udah ngantri lama gini, ujung-ujungnya harus dirujuk ke rumah sakit."
Masuk ke ruangan, ditanya keluhannya apa, diperiksa giginya akhirnya dokter memberikan pilihan.
"Ini lubang nya besar banget. Ada 2 opsi.
1. Dipertahankan tapi harus kontrol rutin sebelum ditambal
2. Dicabut"
"Kalau dipertahankan, berapa lama harus kontrol rutin?"
"Bisa 5 atau 6 pertemuan, bisa seminggu atau 2 minggu sekali kontrol, tergantung dokternya, nanti dirujuk ke rumah sakit."
Ku pikir bisa dilakukan di Faskes 1. Kalau iya, aku tak masalah. Toh dekat, jadwalnya juga cocok, pulang kerja. Tapi kalau di rumah sakit lain, perlu mikir-mikir dulu. Kalau dapat yang poli sore, rasanya kurang oke.
"Dirujuk kemana ya Dok?"
"Ke Rsud bisa."
"Owh, poli Endo itu ya Dok?"
"Iya."
Wah, cocok nih kalau dirujuk kesana. Bisa periksa sambil bekerja. Kalaupun harus rutin bolak balik, insyaallah nggak masalah. Lagipula, poli Endodonsi ini termasuk poli subspesialis yang belum lama buka. Sebelumnya hanya gigi umum saja. Bisa jadi pengalaman baru nih, pikirku. Akhirnya aku bersedia dirujuk ke rumah sakit.
Demikian cerita hari ini, semoga proses kedepannya lancar dan gigiku bisa dipertahankan.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^