Cerita Gigi Bungsu (7) : Pasca Operasi Odontektomi
Sungguh senang akhirnya aku bisa kembali ke rumah. Ku dapati anakku yang masih tertidur pulas di ayunan. Dua hari ku tinggal, dia selalu rewel tiap malam dan tidurnya sebentar-sebentar. Tapi siangnya, dia selalu tidur pulas, bahkan bertahan 5 jam tanpa menyusu. "Ini mah jam tidurnya udah kebalik." batinku.
Sejujurnya aku sudah mengatur pikiranku untuk santai menghadapi operasi ini, tak memikirkan terlalu dalam bagaimana anakku. Tapi nyatanya dia tetap kehilangan. Huhuhu. Aku sangat terharu karena dibutuhkan.
Saat anakku terbangun, aku sudah menyiapkan mental, kira-kira anak ini bingung puting seperti yang ku khawatirkan nggak ya. Dan ternyata dia masih mau nemplok. Uuhh, seneng hati mamak ni. Syukur alhamdulillah.
Selepas magrib, aku ke dapur menyiapkan menu makan malamku, bubur. Nasi tambah air yang banyak, masukkan garam, daun salam, santan, aduk-aduk, jadi deh. Lauknya minta suami belikan abon. Udah kebayang, abon yang lembut, eh dapetnya abon yang keras campur bawang goreng. Duh! Untungnya masih bisa dimakan sih. Alhamdulillah kenyang.
Pasca opname ini aku diberikan waktu istirahat di rumah selama 3 hari. Lumayanlah, bisa fokus untuk pemulihan dan juga quality time dengan anak.
Rabu, 31 Juli. Pagi aku masak bubur. Kali ini bukan dari nasi, tapi dari beras. Tanpa tanya-tanya, akhirnya jadi bubur banyak banget cukup untuk satu keluarga 😑 Selain itu, teksturnya kurang lunak, masih berasa butiran nasinya. Waktu mau nyoba buburnya mateng belum, ndilalah, masih anget dan di mulut rasanya LENGG 😖 cenut-cenut, pantaslah nggak disarankan untuk makan makanan panas dulu, ternyata begini rasanya.
Pagi itu, aku makan dengan hati ayam digoreng, terus dihancurkan bersama bubur nasi. Berasa lagi makan MPASI 9+😬 Enak sih sebenarnya, tapi teksturnya terlalu kasar. Nasinya gerak kesana kemari dan aku lelah melembutkannya. Huhuhu.
Siangnya, bubur makin keras dengan lauk telur puyuh rebus. Butuh usaha ekstra untuk menghabiskannya.
Malamnya, bubur ku encerkan. Lauknya masih sama, telur puyuh rebus. Kali ini ditambah kuah lodeh, tapi cuma sedikit karena agak pedas.
Mungkin karena tekstur yang terlalu keras, dan juga banyak sisa makanan di bekas jahitan, aku merasa bengkaknya makin bertambah besar. Selain itu, bibirku juga pecah-pecah karena kurang minum.
Kamis, 01 Agustus. Aku kesiangan membuat bubur, meski tekstur, rasa, dan porsinya lebih tepat dibanding kemarin.
Menu makanku:
Pagi : bubur + sayur terik tahu
Siang : bubur + sayur terik tahu + telur puyuh rebus
Malam : bubur + telur puyuh rebus + abon
Alhamdulillah, semua terasa enak dan nikmat dimakan. Akan tetapi karena pagi hari aku telat makan dan ujung-ujungnya telat minum obat, aku merasa sakitku jadi lebih parah. Bengkak masih tetap sama, dan rahang sebelah kanan terasa lebih nyut-nyutan, menjalar ke belakang telinga, dan berujung di kepala. NYUT NYUT NYUT.
Jumat, 02 Agustus. Pagi ini kondisiku membaik. Bengkak sebelah kiri sudah kempes, tinggal kanan yang masih mengganjal.
Pagi ini aku masih membuat bubur nasi. Kali ini teksturnya benar-benar pas dan seharian dengan sayur terik tahu (lagi). Alhamdulillah nikmat sekali.
Di hari ke-4 pasca operasi ini sebenarnya aku sudah bisa menggunakan geraham kanan kiri untuk membantu mengunyah. Hanya saja, aku takut banyak sisa makanan yang tak bisa dibersihkan. Jadi, makannya tetap pelan-pelan dan belum bisa membuka mulut lebar-lebar.
Semoga makin kesini, rasa sakitnya menghilang dan aku bisa menikmati makananku seperti biasa.
Tak sabar menunggu hari Selasa untuk lepas jahitan. Semangat^^
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^