Pasang KB IUD dan Drama yang Mengikuti

Saturday, June 15, 2019
Pertanyaan berikutnya setelah melahirkan, "KB apa?"

Ada banyak pilihan KB dengan segala kelebihan dan kekurangannya;
- Pil
- Suntik
- Implan/Susuk
- IUD/Spiral
- Vasektomi
- Tubektomi

Adapula yang hanya mengandalkan kondom untuk mencegah kehamilan berikutnya. Ada juga yang menggunakan sistem kalender, yakni menghindari berhubungan di masa subur.

Dari sekian pilihan yang ada, aku pilih IUD (Intra Uterine Device). Alasannya, bersifat non-hormonal (tidak mempengaruhi hormon), jangka waktunya lama, dan juga, orang sekitarku menggunakannya.

Akan tetapi, efek samping penggunaannya menyertaiku dan menambah drama di kehidupanku. Hidupku penuh drama setelah punya bayi, huee.

Pemasangan IUD
29 Mei 2019, dua bulan satu minggu pasca melahirkan, aku melakukan pemasangan IUD di rumah sakit. Sebenarnya aku tak ingin buru-buru, tapi mumpung ada stok IUD hasil dropping dari BKKBN, maka ku beranikan diri untuk segera pasang. Misal tak ada stok ini, aku harus beli IUD secara mandiri, kemudian datang ke nakes untuk melakukan pemasangan. Biayanya jadi double double. Sementara kalau di rumah sakit ada stok, aku cukup bayar biaya pemasangannya saja. Ku dengar BPJS tak lagi mengcover biaya KB, (entah benar atau salah) mari gunakan kesempatan ini.

Aku mendaftar sebagai pasien umum. Datang ke poli, ternyata dokter utamanya sedang di rumah sakit lain. Pelayanan dilakukan oleh dokter residen. Aku bersedia asalkan dokternya perempuan. Meski waktu melahirkan dibantu oleh dokter laki-laki, aku tak mau karena kondisinya tidak urgent.

Dag dig dug, saat alat akan dipasang. Sebelumnya sudah pernah lihat orang posting alat tersebut, jadi sedikit ngeri dan ngilu. Tapi bismillah, semoga dengan atur nafas, semua aman terkendali.

Singkat cerita, IUD sudah terpasang dan diakhiri dengan pemberian betadine. Dokter memberikan resep Paracetamol untuk pereda nyeri dan juga pesan:

"Nanti kalau keluar darah, nggak apa-apa. Seminggu lagi kontrol ya karena IUD ini cocok-cocokan. Kalau nggak cocok harus lepas dan ganti baru."

Oke, selesai. Total biaya yang dikeluarkan:
Pendaftaran : Rp 35.000
Tindakan pemasangan : Rp 100.000
Pelayanan farmasi : Rp 27.800

Pasca Pemasangan IUD
Selama dua hari aku keluar lendir berwarna merah kecoklatan. Selama itu pula aku merasakan nyeri seperti nyeri haid, mirip kontraksi karena rasanya hilang timbul hilang timbul. Aku minum paracetamol (pamol) ternyata cukup membantu. Ku pikir pamol fungsinya hanya untuk pereda panas dan pusing, ternyata bisa meredakan nyeri juga.

Tanggal 31 Mei 2019, ada darah keluar. Sempat galau dan bertanya-tanya, ini darah haid atau efek samping dari KB IUD ya? Akhirnya meyakinkan diri bahwa itu darah haid. Ditunggu berhari-hari, akhirnya bersih di tanggal 09 Mei 2019. Setelahnya keluar lendir seperti keputihan.

Kontrol IUD
Berhubung seminggu setelah pemasangan bertepatan dengan libur hari raya, aku memundurkan jadwal kontrol seminggu kemudian. Tanggal 12 Mei 2019 aku kembali ke Poli Kandungan. Kali ini aku dilayani langsung oleh dokter utama. Di USG, posisi masih aman. Kontrol selanjutnya dokter menyarankan di puskesmas saja karena harganya lebih terjangkau.

Aku pun konsultasi mengenai haid yang baru selesai di hari ke-10. Kata dokter, mungkin karena kecapekan saja.

Haid Lagi (?)
Tanggal 13 Mei 2019 sore, aku melihat sedikit ada lendir merah saat BAK. Malamnya aku merasa pegel di area bawah. Keesokan harinya, 14 Mei 2019 keluar darah sedikit, berharap hanya flek biasa. Tapi makin siang kok berasa ada yang keluar. Sorenya fix pakai pembalut karena darah keluar lumayan banyak. Pertanyaannya, INI DARAH APA??? Ngeri kali ah kalau ini darah haid.


Belum ada seminggu dari bersihnya haid kemarin, masak iya udah haid lagi?

Kegalauanku selanjutnya, bagaimana Islam memandang kondisi seperti ini,  apakah dianggap sebagai darah haid atau darah istihadhah (penyakit)? Ku bingung. Mau meyakini sebagai darah haid kok berasa haid mulu. Mau meyakini sebagai darah istihadhah kok berasa kotor saat beribadah. Hiks, galau maksimal, urusan sama akhirat soalnya.

 Pada akhirnya ya harus ambil keputusan dan yakin pada keputusan yang diambil, serta bismillah “Al-yaqiinu laa yuzaalu bi asy-syakk.” (Sesuatu yang yakin (pasti), tidak dapat dihilangkan dengan sesuatu yang meragukan).

Mengutip informasi yang ku dapatkan di internet;
... darah wanita itu ada 3 (tiga) macam, yaitu : (1) darah haid, (2) darah nifas, dan (3) darah istihadhah. Darah haid adalah darah yang keluar dari farji wanita dalam keadaan sehat, di luar sebab melahirkan. Darah nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan. Sedang darah istihadhah, adalah darah yang keluar di luar masa haid dan masa nifas (Lihat Taqiyuddin Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/74-75). 

... dalam fiqih, ada yang disebut aqallu ath-thuhri bayna al-haidhatayn (jangka waktu minimal di antara dua haid). Taqiyuddin Al-Husaini mengatakan, jangka waktu minimal di antara dua haid, adalah lima belas hari (Kifayatul Akhyar, I/76). Contohnya, jika darah keluar lagi setelah lima hari dari hari berhentinya haid, maka berarti itu darah istihadhah, bukan darah haid. Sebab waktu suci yang ada di antara dua haid, yaitu lima hari, masih di bawah batas minimal 15 hari (sebagai masa suci minimal, di antara dua haid). Kalau misalkan, darah keluar lagi setelah dua puluh hari dari hari selesainya haid, berarti itu darah haid, bukan darah istihadhah. Sebab waktu suci di antara dua haid itu (20 hari itu), sudah melampaui batas minimal 15 hari (sebagai batas masa suci paling minimal di antara dua haid).

Sumber : https://konsultasi.wordpress.com/2007/01/18/haid-tidak-teratur-bagaimana-shalatnya/

Wallahu a'lam.

***

Dengan kondisi seperti ini, aku merasa takjub dengan tubuh seorang wanita. Masyaallah sekali Allah mendesainnya sedemikian rupa hingga wanita dianugerahi kemampuan untuk hamil, melahirkan, menyusui, dan juga tentang mengeluarkan darah ini. Ku tak bisa berkata apa-apa. 
.
.
.
Baiklah, mari kita lihat bagaimana nanti perkembangan selanjutnya. Baca beberapa artikel, dikatakan bahwa efek samping dari IUD ini memang membuat menstruasi jadi tidak teratur di beberapa bulan pertama, karena tubuh masih menyesuaikan diri dan hanya berlangsung selama beberapa bulan pertama pemakaian saja. Jika efek samping IUD terus muncul bahkan hingga hitungan bulan dan tak kunjung hilang, tanya dan periksakan lebih lanjut dengan dokter agar bisa segera diobati.

Sumber : https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/perawatan-kewanitaan/berbagai-efek-samping-iud/

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.