Percakapan Sore Ini
"Mbak, kamu beneran DP rumah cuma 1,1 juta?" Tanya Mas Adit.
"Iya, bener." Kata Mbak Pudji.
"Kok bisa, Mbak? Tahun berapa itu?"
"Tahun berapa yak? Aku pindah tahun 2008. Berarti aku beli rumah tahun 2007. Tapi itu dulu program koperasi. Jadi dapet subsidi gitu." Mbak Pudji menjelaskan.
"Kalau sekarang masih ada nggak ya program itu?"
"Wah ini nih.. gue tahu apa yang di otak lu Dit." Kata Mas Ade ikut nimbrung.
"Ada, tapi jauh di Cileungsi." Kata Mbak Pudji. "Coba deh cek web koperasi."
Bla.
Bla.
Bla.
"Iya, bener." Kata Mbak Pudji.
"Kok bisa, Mbak? Tahun berapa itu?"
"Tahun berapa yak? Aku pindah tahun 2008. Berarti aku beli rumah tahun 2007. Tapi itu dulu program koperasi. Jadi dapet subsidi gitu." Mbak Pudji menjelaskan.
"Kalau sekarang masih ada nggak ya program itu?"
"Wah ini nih.. gue tahu apa yang di otak lu Dit." Kata Mas Ade ikut nimbrung.
"Ada, tapi jauh di Cileungsi." Kata Mbak Pudji. "Coba deh cek web koperasi."
Bla.
Bla.
Bla.
Mereka meneruskan percakapan. Aku tak terlalu memperhatikan.
"Itu deket lho sama Tol Timur, kayak sini ke TC." Kata Mbak Pudji.
"Ngapain? Jauh itu Mbak." Kata Mas Luthfi.
"Cuma sini ke TC."
"Tol Timur? Jauh."
"Tol Timur sana..." belum selesai Mbak Pudji cerita.
"Iya, jauh!!" Mas Luthfi tetap membantah.
"Itu deket lho sama Tol Timur, kayak sini ke TC." Kata Mbak Pudji.
"Ngapain? Jauh itu Mbak." Kata Mas Luthfi.
"Cuma sini ke TC."
"Tol Timur? Jauh."
"Tol Timur sana..." belum selesai Mbak Pudji cerita.
"Iya, jauh!!" Mas Luthfi tetap membantah.
Hening seketika. Ku lihat Mbak Pudji terdiam dan melirik ke arahku.
Aku tersenyum. Dan seketika aku tertawa terbahak. HAHAHAHA.
Tawaku diikuti oleh Pak Avil dan lainnya. Mbak Pudji pun ikut tertawa.
"Tahu nggak sih, rasanya itu seperti api yang sedang nyala membara, tiba-tiba disiram air es. Cessss... langsung padam."
"Tahu nggak sih, rasanya itu seperti api yang sedang nyala membara, tiba-tiba disiram air es. Cessss... langsung padam."
Aku, Mbak Pudji, dan lainnya seakan sudah paham. Kami pun pernah membahas sebelumnya, bahwasanya ketika seorang Luthfi/Lutfhi/Lufti sudah berkata tidak dan berseberangan dengan apa yang di pikirannya, dia akan mempertahankan opininya dan percakapan selesai. Contohnya ya percakapan sore ini. Contoh lainnya saat Mbak Pudji sedang heboh menceritakan drama Korea.
"Duh Dek, aku seneng banget deh nonton ini."
"Nggak boleh tahu Mbak mencintai sesuatu secara berlebihan." Tetiba Mas Luthfi ikut berkomentar.
"Terus gimana dong? Aku kan seneng banget, apalagi sama Sungjae. Bla. Bla. Bla."
"Ya boleh suka, tapi jangan berlebihan. Biasa aja gitu."
Entah Mbak Pudji menjawab "yah" atau "owh", tapi percakapan langsung usai.
Meski demikian, walau ucapannya sering kali jleb, tapi kadang ada benarnya dan kita pun bisa mengambil pelajaran darinya.
"Duh Dek, aku seneng banget deh nonton ini."
"Nggak boleh tahu Mbak mencintai sesuatu secara berlebihan." Tetiba Mas Luthfi ikut berkomentar.
"Terus gimana dong? Aku kan seneng banget, apalagi sama Sungjae. Bla. Bla. Bla."
"Ya boleh suka, tapi jangan berlebihan. Biasa aja gitu."
Entah Mbak Pudji menjawab "yah" atau "owh", tapi percakapan langsung usai.
Meski demikian, walau ucapannya sering kali jleb, tapi kadang ada benarnya dan kita pun bisa mengambil pelajaran darinya.
***
Hihihi. Jarang-jarang ya nyeritain suasana kantor seperti ini. Semoga akan banyak percakapan lain dan kejadian menarik yang bisa diceritakan :)
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^