Kereta Api Kelas Ekonomi dan Bisnis

Saturday, September 13, 2014
Dear Bapak/Ibu PT. KAI

Perkenalkan, saya Mia, seorang perantauan dari Purworejo, tiga tahun tinggal di Jakarta dan hampir satu tahun tinggal di Bekasi. Dari sekian banyak alternatif kendaraan, saya paling suka pulang kampung menggunakan kereta api.

Saya sungguh berterima kasih kepada PT. KAI karena selama 4 tahun menjadi perantauan, saya benar-benar merasakan perkembangan dari fasilitas kereta api. 

Fokus membahas kereta jurusan Jakarta - Yogyakarta, Saya masih ingat ketika di awal 2011, untuk mendapatkan tiket kereta ekonomi seharga Rp. 35.000,- teman-teman saya harus mengantri tiket di loket stasiun jam 03.00 WIB dini hari. Satu orang hanya dapat membeli 4 buah tiket. Saya memang belum pernah mengalaminya (mengantri sebelum matahari terbit) karena saya selalu nitip teman saya yang tengah malam pergi ke stasiun untuk membaur dengan pencari tiket lainnya.

Dulu, mendapatkan tiket kereta bukan jaminan kebahagiaan karena setelah itu kami harus berjuang di dalam kereta. Kursi yang seharusnya hanya untuk 3 orang, bisa berisi 5-6 orang. Lorong dan kolong terisi orang. Keadaan semakin sesak ketika para penjual berlalu lalang menawarkan dagangannya. Rasa tidak nyaman dan rasa was-was begitu menghantui kami.

Hingga perlahan-lahan, semuanya membaik. Penjual makanan sedikit demi sedikit berkurang. Mereka muncul ketika tidak ada pengawasan dari petugas. Saat ada petugas yang berkeliling, mereka bersembunyi di bawah kursi. Penumpang tanpa tiketpun tak diperbolehkan masuk.

Dan sekarang ini, kondisi kereta api (kelas ekonomi) benar-benar telah berubah. Tiket kereta memang naik, dari Rp. 35.000,- menjadi Rp. 50.000,- Namun, kami (saya khususnya) merasa sepadan dengan apa yang saya dapatkan. Kereta api kelas ekonomi sekarang ada AC nya. Disetiap bangku ada colokan listrik sehingga tidak perlu khawatir ketika baterai habis diperjalanan. 

Kondisi kereta pun begitu nyaman. Tidak ada pedagang yang berlalu-lalang dan lorong serta kolong pun terasa lega. Benar-benar nyaman. 

Selain itu, tiket yang dapat dibeli secara online pun sangat membantu. Saya tidak perlu jauh-jauh datang ke stasiun, mengantri, bertanya apakah tiket kereta api masih tersedia atau tidak. Saya cukup datang ke agen-agen resmi atau menggunakan aplikasi di android untuk memesan tiket. Benar-benar praktis.

Saya mengucapkan banyak terima kasih untuk semua perbaikan ini, kondisi kereta api, sistem pemesanannya. Sungguh mengesankan.

Akan tetapi, ada satu hal yang mengganjal dalam hati dan pikiran saya. Satu pertanyaan yang menggelayuti,"Mengapa perbedaan harga tiket kereta api kelas Ekonomi berbeda jauh dengan kereta api kelas Bisnis. Bahkan kelas Ekonomi dengan kelas Ekonomi AC pun juga sangat jauh perbedaan harganya?"

Contohnya begini. Ketika saya akan pergi dari Jakarta ke Yogyakarta, maka pilihan pertama saya jatuh pada kereta Ekonomi Progo. Bayangkan, hanya dengan uang Rp. 50.000,- saya bisa pulang kampung dengan fasilitas kereta ber-AC, ada colokan listriknya. Nyaman sekali. 

Akan tetapi, pilihan saya ini pasti menjadi pilihan bagi orang lain pula. Kami pasti saling berebutan untuk mendapatkan tiket tersebut. Alhasil, hanya orang-orang beruntung yang mendapatkannya.

Ketika saya kehabisan tiket, pilihan saya jatuh pada kereta Ekonomi yang terbagi menjadi 4 Sub Kelas dengan tingkatan harga 150rb, 165rb, 195rb, 225rb.
Selanjutnya, jika dibandingkan kereta Bisnis Senja Utama Yogyakarta harganya cukup bersaing. Sama-sama mahal.

Apa sebenarnya yang membedakan antara kelas Ekonomi dengan kelas Bisnis? Karena setahu saya, perbedaan keduanya hanyalah posisi tempat duduk. Tidak ada perlakuan khusus apabila menggunakan kelas Bisnis. Dan waktu tempuh antara kereta Ekonomi dengan Bisnis pun nyaris sama.

Selain itu, (setahu saya) adanya Sub Kelas adalah membedakan posisi. Sub Kelas dengan tarif yang paling mahal akan berada di gerbong yang 'paling nyaman'. Selain itu, tak ada perlakuan khusus. Padahal menurut saya, mau di gerbong berapa pun, para perantauan akan sangat senang ketika dia bisa mendapatkan tiket dengan harga yang murah. Saya pribadi pun tak merasakan perbedaan ketika harus di posisi sub kelas murah maupun di posisi sub kelas mahal. Lantas kenapa perlu dibedakan?

Nah, itu saja yang berkeliaran di pikiran saya tiap kali harus beli tiket untuk pulang kampung. Dengan kereta yang sama, seharusnya saya cukup membayar 300rb PP, namun karena adanya sub kelas dan saya mendapatkan kelas yang mahal, akhirnya saya harus mengeluarkan 450rb PP. Selisih 150rb yang bisa digunakan untuk membeli TIGA tiket ekonomi Progo.

Yah, ini hanya sekedar unek-unek saya. Bagi saya, yang terpenting adalah keselamatan. Bisa sampai rumah dengan selamat rasanya sudah bersyukur. Akan tetapi, lebih bersyukur lagi ketika bisa mendapatkan tiket dengan harga yang terjangkau.

Demikian hal ini saya sampaikan. Terima kasih telah membaca tulisan ini.

Best regards,
Mia

5 comments:

  1. Terakhir saya naik kereta tahun kemarin, dari Bandung-ke Yogya PP pake Kereta Pasundan/Kahuripan, bayarny 50 ribu aja, udah ada colokan listrik, cuuma bangkunya keras bingit :)

    ReplyDelete
  2. saya terakhir naik kereta duluu waktu kecil ke jogja :(

    ReplyDelete
  3. Klo ekonomi dari bandung ke jogja brgktnya dari stsiun mana? Stasiun bdg ? Atau kircon?

    ReplyDelete
  4. Ekonomi berangkat dari kircon mbak dgn Harga tiket 90rb

    ReplyDelete
  5. itulah, semua pajak yang kita bayar kembali lagi kpd kenyamanan pengguna transportasi umum, namun soal sistematis ada beberapa hal yang konsumen tidak tahu secara gamblang, inilah negara kita, tetap saja pemerintah tak akan mau merugi dengan semua perbaikan sistem yang ada. pada akhirnya rakyat sebagai konsumen yang notabene nya membayar pajak secara continue harus rela dengan ketentuan pelayanan dan kebijakan pemerintah.

    Walallohu'alam.

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.