Kehilangan

Thursday, September 04, 2014
Kehilangan. Bagimanakah rasanya? Tentu sangat menyakitkan. Bahkan hanya mendengar kabar bahwa orang lain mengalami 'kehilangan', kita seakan-akan ikut mengalami kepedihan yang ia rasakan.

Sama halnya ketika aku mendengar kabar Mbak Artha yang kehilangan Semi, motor kesayangan. Meski aku hanya mengenal Mbak Tha di dunia maya dan belum pernah bertemu dengannya maupun dengan Semi, namun aku merasakan keberadaan Semi. Aku tahu bagaimana Mbak Tha memperlakukan Semi, dan betapa sayangnya Mbak Tha pada Semi. Dan ketika Semi hilang, aku pun turut berduka cita.

Terbayang kemudian jika Acep, laptop kesayanganku yang sudah menemaniku 4 tahun lebih, dan Bita, motorku yang baru menginjak usia 9 bulan, harus hilang diambil. Pasti aku sudah merasakan kesedihan yang mendalam.


Berbicara masalah kehilangan, aku juga pernah merasakan kehilangan, sebuah handphone Nokia C3 yang usianya masih tergolong muda. Sebenarnya, cerita kehilangan ini penah tersurat di postingan Si Hape Tujuh Ratus Ribu. Akan tetapi, detail ceritanya adalah sebagai berikut.

Aku tinggal dengan damai bersama orang tuaku di Purworejo. Namun, dengan alasan menuntut ilmu, aku harus merantau tinggal di Jakarta. 

Waktu itu pertama kalinya aku ke Jakarta menggunakan kereta api. Aku berangkat dari Stasiun Jenar, turun di Stasiun Pasar Senen dengan kereta ekonomi. Saat itu, keadaan kereta tak seperti sekarang. Kereta masih sesak penuh dengan pedagang. 

Singkat cerita, aku turun dari kereta sekitar pukul 02.30 WIB pagi. Aku menunggu hingga pukul 03.00 WIB, menunggu keadaan jalanan rame. Aku yang saat itu masih polos, tanpa rasa was-was aku keluar dari stasiun. Namun, tak bisa dibisa dibohongi bahwa mukaku menunjukkan muka-muka yang mudah di-kadal-in. Ku gendong tas punggungku. Ada beberapa tukang ojek dan tukang taksi yang sedikit menekanku untuk menggunakan jasa mereka. Namun, semuanya aku tolak karena aku lebih memilih metromini.

Tiba-tiba... DEG. 

Saat duduk di bangku metromini (dan metromini belum berjalan), ku dapati tas punggung, yang ku gendong tadi, terdapat bekas silet. Ada orang yang sengaja menyilet tasku untuk merogoh barang-barang berhargaku. 

Untungnya, aku meletakkan barang-barang berhargaku di tas bagian dalam, sehingga orang yang menyilet tasku bisa ku pastikan tidak mendapat apa-apa.

Berbekal pengalaman tadi, aku menjadi lebih berhati-hati khususnya saat perjalanan jauh. Badan masih capek, pikiran belum fokus. Hingga suatu hari, saat perjalanan dari kampung ke ibukota, bedanya aku tak naik kereta, melainkan naik bus.

Saat itu, masih musim mudik lebaran. Tiket sudah banyak yang habis. Aku yang seharusnya turun di terminal Pulogadung, Jakarta, terpaksa diturunkan di Pondok Ungu, Bekasi, yang kondisinya aku belum tahu daerah itu. Untungnya, aku bertemu dengan Mbak-Mbak yang juga ingin ke Pulogadung.

Dari Bekasi, aku naik angkot menuju Pulogadung bersama Mbak-Mbak yang ku temui tadi. AMAN. Sampai di Pulogadung pukul 05.00 WIB. Mbak-Mbak tadi kemudian naik busway, sementara aku, aku lebih memilih untuk sholat subuh terlebih dahulu.

Setelahnya, aku memilih naik metromini. Namun, belajar dari pengalaman sebelumnya, tas punggung ku gendong di depan. Sementara kedua tanganku memegang erat tas jinjing yang berisi oleh-oleh. 

Aku naik metromini. AMAN. Sepanjang perjalanan, aku SMS-an dengan temanku bahwa aku sudah sampai di Jakarta, meski belum sampai kosan. 

Saat akan turun dari metromini, aku merasakan keanehan. Ada dua orang yang ingin menolongku membawa tas yang ku bawa. Satu orang yang duduk di sebelahku, dan satu orang yang berdiri di dekat pintu. Aku mulai meningkatkan kewaspadaan. Tas punggung tetap ku gendong di depan dan tas jinjing ku pegang erat.

Yes! Aku berhasil turun dari metromini. Namun, tiba-tiba "eh, tadi HP aku taruh mana ya?" Aku masukin kantong baju atau di tas ya? Seingatku, tadi waktu SMS-an, HP ku taruh kantong bajuku terus. Kurogoh kantongku, tak ada. Apa mungkin aku taruh tas? Aku mulai panik.

Aku ingin teriak tapi siapa tahu aku yang lupa naruh HP di tas. Ya mungkin, aku lupa. Aku lantas naik ojek menuju kosanku, sambil mengingat-ingat apakah benar HP ku masukkan ke dalam tas.

Dan sesampainya di kosan..

Aku obrak-abrik isi tasku. Tak ada. Tak ku temukan HP Nokia C3 ku. Dua orang di metromini itu telah berhasil mendapatkan HP-ku. Dan ketika aku benar-benar menyadari bahwa aku telah kehilangan, aku pun menangis sejadi-jadinya. Huhuhuhu.

HP itu dibelikan ibuku karena ibuku merasa kasihan dengan HP jadulku Nokia 2626. Sejujurnya aku lebih sedih kehilangan nomorku dibanding HP. Nomorku adalah nomor XL lawas yang dimulai dari angka 0819-15459085. Itu nomor pertamaku. Teman-teman, keluargaku mengenalku dengan nomor tersebut. Bodohnya, aku tak segera ke XL Gallery untuk mendapatkan kembali nomor tersebut.

Dan yang lebih mengesalkan, pake BANGET, adalah lebih dari 2 minggu setelah HP ku hilang, rupanya nomor XL ku tadi masih aktif dipakai orang. Dan parahnya, orang tersebut membalas SMS yang aku dan teman-temanku kirimkan. Aku pernah mengancam orang tersebut akan melaporkan polisi jika tidak mengaku darimana dia mendapatkan HP tersebut. Tapi, yasudahlah. Kalau bukan rejeki, mau bagaimanapun tidak kembali.

Dari kejadian diatas, aku mengerti bahwa segala sesuatunya yang kita miliki hanyalah titipan dari Alloh SWT. Sebagaimanapun kita menjaganya, kalau Alloh berkehendak untuk mengambilnya, pastilah akan hilang dari tangan kita.

Untuk itu, jangan terlalu mencintai hal-hal yang sifatnya dunia. Namun, ketika kita diberi 'titipan/rejeki', maka jagalah itu dan jangan lupa bersyukur :)

Semoga kita dapat mengambil hikmahnya. Terima kasih.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway: “Tentang Kehilangan”

4 comments:

  1. haaaa? malingnya balesin sms? wiiih berani banget? gak tahu malu ya itu maling -.-"
    tapi tapi tapi ... skrg hapemu udah kece kan? hehehehe...

    sedih sih ya gak pake banget. cuma heran aja ditinggal makan sama mama di warung, nasi belum habis eh semi udah ngilang. kok bisa? ya namanya jg maling profesional -.-"

    yup... jagalah apapun yang kita miliki, selagi masih bisa punya :)

    ReplyDelete
  2. Iya mbak. Kayaknya malingnya dah jual hape sama nomorku, dan yg beli ga ganti nomer.. heuheu..

    Tp alhamdulillah sekarang udah punya hape keceh. Beli sendiri lagi.. hihi

    Ya ampuun kasian semi. Cuma ditinggal makan bentar udah raib :(

    ReplyDelete
  3. tipu daya si maling benar2 membuat lengah ya, dgn berpura2 mau menolong :(

    ReplyDelete
  4. waduh...ibarat jatuh terus tertimpa tangga,
    hp dicuri, nomornya dipakai.
    yg bahaya klo nomornya disalahgunakan :(
    hikmahnya brarti hrs berhati2 ya , bahkan sudah waspada di metrominipun copetnya masih lebih ahli.

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.