Day 8: Surat Untuk Ibu

Pondok Ungu, 22 Desember 2013

Ibu, apa kabarmu hari ini?

Ku harap selalu kabar baik yang ku dengar saat ku tanyakan kabarmu.

Ibu, sebentar lagi tahun kembali berganti.

Tak terasa tiga tahun lebih aku tak lagi tinggal bersamamu. Entah apa yang menjadi alasanmu dulu hingga kau merestuiku pergi merantau ke Jakarta. Namun, satu hal yang pasti, jauh darimu membuatku merasakan apa itu kangen, rindu, dan cinta padamu ibu. Mungkin jika aku dekat denganmu, aku tak kan merasakan rindu sedalam ini.

Ibu, taukah engkau? Setiap kali aku mengikuti acara seminar, talkshow, atau apapun yang membahas tentang ibu, aku selalu tak kuasa menahan air mataku. Selalu ku ingat tentangmu. Wajahmu yang semakin mengerut. Rambutmu yang semakin memutih. Dan badanmu yang mulai merapuh.

Ibu, aku ingat semua perjuanganmu untukku. Aku sedih saat kau bercerita satu keluarga tak ada yang nafsu makan di bulan pertama aku pergi ke Jakarta. Aku juga sedih saat kau bercerita kau selalu menangis setelah mengantarku kembali ke Jakarta setelah beberapa hari ku sempatkan pulang di waktu liburku.

Ibu, sebagai anak aku tak bisa membalas semua yang telah kau berikan padaku. Tapi, aku ingin sekali merawatmu di usia senjamu. Aku ingin menjagamu seperti kau menjagaku dulu. Aku ingin memenuhi setiap permintaanmu seperti kau mengabulkan apa yang jadi inginku dulu.

Ibu, kini usiaku semakin bertambah. Aku tak kuasa membayangkan saat dimana lelaki pilihanNya untukku datang untuk mengambilku darimu. Siapapun dia, ku harap dia akan menyayangi ibu sebagaimana aku sayang padamu, Ibu.

Ibu, satu janjiku padamu. Aku akan menjadi anak yang berbakti, yang akan mengantarkanmu ke pintu surga. Doaku padamu takkan pernah putus.

Salam hangat,

Anak yang selalu menyayangimu