Ratapan Kesedihan
Waktuku tak banyak, hanya
hitungan hari. Aku berada di ujung usiaku, berharap bisa memanfaatkan sisa-sisa
kehidupan ini dengan baik.
Aku senang, aku bahagia. Aku bisa
merasakan indahnya dunia ini, walau begitu singkat. Setidaknya, aku pernah
menghirup segarnya udara pagi, panasnya terik mentari, dan dinginnya angin
malam yang menyapa lembut tubuh ini.
Aku tak pernah bersedih, walau
banyak yang memandang ku sebelah mata. Aku yang bodoh, aku yang lamban, dan
tentu saja aku yang gendut. Tak
masalah. Setidaknya aku pernah membuat orang lain senang akan kehadiranku.
Kini saatnya telah tiba. Saat
dimana aku harus mengorbankan jiwa dan ragaku. Saat aku harus tinggalkan segala
keceriaan dunia ini, warna warni kehidupan ini, dan lika-liku perjalanan ini.
Ku telah habiskan waktu untuk mengabdikan diri pada orang yang telah merawatku,
memberikanku sesuap nasi, dan menjagaku hingga sebesar ini.
Aku takut, teramat takut. Aku
rela mati demi mereka, walau sebenarnya aku takut. Namun, demi melihat seutas
senyum di wajahmu, wajah kalian, aku rela. Aku rela demi kalian.
Ingin sekali aku berontak,
meronta, meminta perpanjangan waktu, walau hanya sekejap. Tapi, aku tahu ini
takdirku, ini jalan hidupku. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya menuruti
kemauanmu.
Hanya satu pintaku, ketika waktu
telah tiba menjemputku, aku ingin tetap menjadi bagianmu, bagian dari hidupmu.
Kelak ketika kita dipertemukan kembali, aku ingin hadir menjadi penolongmu,
pemberat timbanganmu, dan bersamamu di surga. ^^
Mungkin itulah yang dirasakan sapi-sapi menjelang Idul Adha. Mungkin saat ini mereka tengah mempersiapkan mental, menghadapi kenyataan, menjalani takdirnya. Apapun yang ia rasakan, ia berharap kehadirannya di dunia benar-benar memberikan manfaat bagi semua orang.
SELAMAT IDUL ADHA :)
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^