Cerita dalam Al-Quran
Al-Qur'an merupakan salah satu kitab suci yang
wajib kita percayai, di samping Taurat, Zabur, dan Injil. Sebagai seorang
muslim, Al-Qur'an ini wajib kita imani karena kitab suci umat Islam ini
merupakan pedoman hidup. Di dalamnya terdapat peringatan, kabar gembira, janji
Alloh, dsb. Dan yang lebih menarik, Al-Qur'an berisi cerita-cerita yang patut
kita ambil hikmahnya.
Ada cerita apa aja sih, yuk kita simak
bersama-sama :)
1. Kisah Nabi Ibrahim dan Patung Sesembahan
Bapaknya
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
“Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?” (QS. 21:52)
Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya”. (QS.
21:53)
Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata”. (QS. 21:54)
Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata”. (QS. 21:54)
Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh
ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main 961?” (QS.
21:55)
Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang
telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti
atas yang demikian itu” (QS. 21:56)
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya 962. (QS.
21:57)
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali
yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk
bertanya) kepadanya. (QS. 21:58)
Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah
kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. (QS. 21:59)
Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela
berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”. (QS. 21:60)
Mereka berkata: “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat
dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan”. (QS. 21:61)
Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap
ilah-ilah kami, hai Ibrahim?” (QS. 21:62)
Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya,
maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara” (QS. 21:63)
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata:
“Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”,
(QS. 21:64)
kemudian kepala mereka jadi tertunduk 963 (lalu berkata):
“Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu
tidak dapat berbicara”. (QS. 21:65)
Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu
yang tidak dapat memberi manfa’at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat
kepada kamu?” (QS. 21:66)
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah
kamu tidak memahami? (QS. 21:67)
Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah ilah-ilah kamu, jika kamu
benar-benar hendak bertindak”. (QS. 21:68)
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah
bagi Ibrahim”, (QS. 21:69)
mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan itu
mereka orang-orang yang paling merugi. (QS. 21:70)
[961]. Maksudnya:
apakah kamu menyeru kami kepada agamamu sebenar-benarnya atau kamu hanya
bermain-main?
[962].
Ucapan-ucapan itu diucapkan Ibrahim a.s.dalam hatinya saja. Maksudnya: Nabi
Ibrahim a.s. akan menjalankan tipu dayanya untuk menghancurkan berhala-berhala
mereka, sesudah mereka meninggalkan tempat-tempat berhala itu.
[963]. Maksudnya;
mereka kembali membangkang setelah sadar.
2. Kisah Nabi Musa
as dan Nabi Khidhr
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada (muridnya) 885: “Aku
tidak akan berhenti (berjalan) sebelim sampai ke pertemuan dua buah lautan;
atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun. (QS. 18:60)
Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan
ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. (QS. 18:61)
Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:
“Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena
perjalanan kita ini”. (QS. 18:62)
Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung
di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan
tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan
itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali”. (QS. 18:63)
Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula. (QS. 18:64)
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang
telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami 886. (QS. 18:65)
Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu” (QS. 18:66)
Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersamaku. (QS. 18:67)
Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu” (QS. 18:68)
Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang
sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”. (QS. 18:69)
Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan
kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.
(QS. 18:70)
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu
Khidihr melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melubangi perahu itu yang
akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah berbuat
kesalahan yang besar. (QS. 18:71)
Dia (Khidihr) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku” (QS. 18:72)
Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah
kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”. (QS. 18:73)
Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan
seorang anak, maka Khidihr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu bunuh jiwa
yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah
melakukan suatu yang mungkar”. (QS. 18:74)
Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
kamu tidak akan dapat sabar bersamaku” (QS. 18:75)
Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali)
ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu
sudah cukup memberikan uzur kepadaku”. (QS. 18:76)
Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk
suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk
negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri
itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa
berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”. (QS. 18:77)
Khidihr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan
memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya. (QS. 18:78)
Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan
aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja
yang merampas tiap-tiap bahtera. (QS. 18:79)
Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu’min,
dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada
kesesatan dan kekafiran. (QS. 18:80)
Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan
anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu dan lebih dalam kasih
sayangnya (kepada ibu bapaknya). (QS. 18:81)
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota
itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang
ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka
sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari
Rabbmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian
itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.
(QS. 18:82)
[885]. Menurut
ahli tafsir, murid Nabi Musa a.s. itu ialah Yusya 'bin Nun.
[886]. Menurut
ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini
ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang
yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
Menarik
bukan? Luar biasa!
Al-Quran mengarahkan kita menuju kebenaran
dengan cara 'bercerita'. Kedua kisah di atas adalah sebagian kecil cerita yang
ada dalam Al-Quran. Masih ada cerita menarik lainnya. Semoga dengan membaca
kisah di atas, hati kita tergerak untuk semakin giat membaca Al-Quran,
mendalaminya, mempelajarinya, dan menerapkan dalam kehidupan kita
masing-masing. Semoga Alloh selalu membimbing kita menuju jalan-Nya. :)
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^