Pengalaman Tes Mantoux di Puskesmas

Thursday, December 23, 2021

Bulan Oktober lalu, salah satu anggota keluarga yang tinggal serumah denganku, dinyatakan positif TB. Umurnya saat itu masih 5,5 tahun. Saat mengetahui hal tersebut, aku bingung, kalut, takut, karena bagaimanapun aku punya anak yang usianya 2,5 tahun dan sangat kontak erat. Wajar dong ya, kalau aku takut anakku ketularan, apalagi BB nya seret dan makannya susah. Waktu itu aku kepikiran untuk screenning anakku juga, tapi ternyata hanya sebatas wacana. Seiring berjalannya waktu, aku berdamai dengan keadaan, dan yaudahlah, tanpa ada tindak lanjut.


Bulan Desember, tanggal 5 hari Minggu sore, anakku mulai demam, lanjut batuk dan pilek. Tanggal 11 ingus nya sudah mulai menguning kental. Ku pikir sudah mau sembuh, ternyata belum. Tanggal 13 aku ketularan. Aku demam, batuk, dan pilek, tapi sudah mendingan karena minum obat dari dokter. Tanggal 17, anakku kembali demam selama 3 hari, dan masih batuk dan pilek. "Harus ke dokter nih!" kataku. Tapi karena saat itu aku juga sedang kepikiran ibuku yang sedang rawat inap, akhirnya ku tunda dulu.


Aku baru ke puskesmas hari Senin, tanggal 20 Desember. Saat itu anakku sudah tidak demam, tapi pileknya masih dan sesekali batuk. Aku juga mengeluhkan tangan anakku yang gatal. Bidan yang memeriksa menyarankan untuk tes darah karena dikhawatirkan terkena DBD, apalagi kasusnya memang sedang tinggi.


Anakku hebat sekali, saat diambil darahnya dia tidak menangis. Dengan berani pula dia melihat jarum suntik yang menusuk tangannya. Alhamdulillah hasilnya masih di angka normal. Tapi tetap dirujuk untuk bertemu dengan dokter umum.


Saat bertemu dokter, kami ditanya apakah ada riwayat kontak TB? Aku jawab ya. Dokter pun menanyakan ke rekannya, apakah bisa jika anakku di tes mantoux. Ada riwayat kontak TB dan sudah batuk pilek selama 2 minggu.


Ku semangati anakku karena lagi-lagi jarum suntik harus menembus kulitnya. Alhamdulillah dia sangat kooperatif sekali. Dia terlihat menahan tangisannya. Ku bilang padanya, kalau sakit nangis aja nggak apa-apa. Akhirnya pecah juga tangisannya setelah tangannya selesai disuntik. Kami diminta untuk datang lagi hari Kamis untuk melihat hasilnya.

sesaat setelah disuntik

Kali ini, aku sudah di level pasrah. MISAL, dia ternyata positif, ya sudah, kita obati. Mau nunggu sampai kapan hingga berani untuk ke dokter? Sampai berat badannya di garis merah? Jadi ya, sebenarnya aku sedikit bersyukur dipaksa keadaan untuk melakukan tes mantoux. Oia, karena kami pakai BPJS, tes ini gratis.


Setiap harinya kuperhatikan tangan yang dilingkari hitam, bekas suntikan. Alhamdulillah tidak terlihat ruam atau apapun. Meski demikian hidungnya tetap meler.


Hari Kamis kami kembali ke puskesmas. Anakku tuh bersemangat sekali. Entahlah dia sangat excited ketemu dokter atau dia senang karena biasanya ditinggal kerja, kali ini diajak jalan-jalan (ke puskesmas).


Alhamdulillah dokter menyatakan anakku negatif TB dan ada kemungkinan pileknya itu karena alergi. Karena ditunggu berhari-hari pileknya tetap bening dan juga, selama di puskesmas hidungnya sama sekali tidak meler. Kami pun diberikan obat alregi. Semoga cocok dan segera sembuh pileknya. Bangkit lagi selera makannya. Tambah lagi berat badannya. Aamiin.

hampir 72 jam setelah disuntik

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.