Hujan
Tak seperti biasanya, anakku sudah pulang dari main di luar rumah jam 17.00 WIB, biasanya menjelang magrib. Sesampainya di rumah, ia minta nonton HP. Ku berikan, tapi rasanya dia sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus. Tandanya apa? Dia rewel sambil tunjuk-tunjuk HP, "Ini. Ini. Ini." Akhirnya ku tawarkan ia untuk melihat kambing di rumah tetangga yang letaknya agak jauh dari rumah. Dia pun mau dan bersedia.
Akan tetapi, dia maunya digendong. Tanda "lagi nggak mood" kedua. Biasanya dia akan senang hati berjalan kesana kemari. Baiklah.
Sebenarnya sore itu lagi mendung agak gelap. Tapi bagiku, "mendung belum tentu hujan", jadi lanjut ajalah.
Sesampainya di tempat kambing, anakku masih saja gendongan. Dia baru mau turun setelah aku bilang capek. Sungguh dia anak yang sangat pengertian. Ku ajak dia jalan ke arah sungai. Dia pun bersemangat jalan dan berhenti di kandang ternak milik warga setempat. Ada ayam, merpati, dan kambing. Anakku terlihat senang sekali melihat kurungan ayam. Belum lama main disana, tiba-tiba hujan. Nggak terlalu deras, tapi cukup buat basah. Aku langsung gendong anakku, setengah berlari. Ditengah jalan ditawari payung oleh salah satu warga, tapi ku tolak. Aku terus berlari tapi baru setengah jalan menuju rumah aku sudah ngos-ngosan. Aku berteduh di pinggir rumah warga.
Sambil mengumpulkan tenaga, aku mendata beberapa opsi yang bisa ku ambil. Pertama, mengetuk pintu untuk pinjam payung, kedua, nekat lari lagi, berharap hujan sedikit reda. Belum sempat ku pilih langkah yang akan ku ambil, ku lihat suamiku datang membawa payung besar. Wajahnya terlihat cemas sekaligus lega. Aku, tentu saja bahagia atas kedatangannya. Benar-benar terharu. Kami pun berjalan bertiga di bawah naungan payung yang cukup lebar.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^