Usia 14 Bulan

Saturday, May 23, 2020
Ya Allah, udah 14 bulan aja. Lihat foto-foto lama dia waktu masih bayi hingga sekarang ini, rasanya begitu terharu.

Ini dia perkembangan yang terlihat di usianya yang ke 14 bulan.

Tumbuh Geraham
Sejauh yang terlihat, gigi yang tumbuh adalah geraham kanan bawah. Bagian yang lain tak terlihat karena anaknya disuruh mangap juga susah. Nggak ada drama yang gimana-gimana, alhamdulillah, hanya saja dia sering memasukkan tangan ke mulut, mungkin karena memang kurang nyaman.

Eits, ternyata gigi seri bawahnya juga nambah satu sebelah kanan. Jadi total ada 3 gigi seri bawah. Kalau yang atas sudah 4 dari awal tumbuh. 

Memakai Sepatu / Sandal
Selama ini ku biarkan anakku tak beralaskan kaki kemana-mana. Biarlah otot kakinya kuat, padune kalau beli sepatu barefoot orang tuanya yang nggak kuat. Wkwk. Tapi jadi emang lebih lancar sih jalannya, temeplek, kalau bahasa jawanya. Hingga Kakek membelikan sandal jepit yang bisa berbunyi kalau dibuat jalan. Tertarik pakai, tapi nggak bertahan lama. Kayak kurang nyaman gitu. Akhirnya coba pakaikan sepatu yang dulu masih kegedean. Eh anaknya mau pakai. 

Kalau mau keluar rumah, dia ambil sepatunya. Kadang seperti ingin pakai sendiri, tapi ujungnya minta dipakaikan karena memang belum bisa sendiri.

Belajar Makan Sendiri
Urusan makan ini nggak pernah ada habisnya. Sekarang ini dia punya keinginan untuk makan sendiri. Kalau lihat orang bawa piring, direbutnya, dan juga sendoknya, seolah-olah dia bisa sendiri.

Sebagai orang tua yang baik, tentu saja aku memfasilitasinya. Ku berikan piring sendok, dan juga gelas karena dia pengennya minum sendiri. Hasilnya? Tentu saja, Ambyar. Berantakan kemana-mana. Yang sering bikin emosi, kalau nasi sudah bertebaran, dia nya berdiri pindah-pindah tempat. Ditinggal sebentar ambil kain lap, dia nangis. Pas udah diberesin, lantai masih licin, dia kepleset. Duh, perjuangan sekali ya didik anak biar bisa mandiri.

Tapi nggak apa-apa, semuanya memang butuh proses. Kayak dulu aku merasa kecapekan nitah waktu belajar jalan. Semuanya terbayar ketika sekarang dia bisa jalan lancar. Lagipula, kadang aku suka mikir, kapan ya anak bisa ini, bisa itu. Ternyata tinggal ikuti saja sinyal yang diberikan anak. Seperti belajar makan ini, dia sendiri yang seakan memberi tahu,"Ibu, aku ingin makan sendiri. Aku ingin minum sendiri." Baiklah, mari beri kepercayaan padanya bahwa ia bisa.

Menangis Strategi
Asli ini anak sudah pintar mengeluarkan jurus menangisnya. Apakah ini gejala awal dari tantrum? Huhu.

Siklusnya begini:
- Anak ingin sesuatu
- Orang tua tak mengerti apa yang dimau anak atau mengerti tapi sengaja tak diberi karena alasan tertentu
- Anak nangis

Kalau sudah begitu, biasanya ada dua hal yang dilakukan;
1. Dengar anak nangis, ikut emosi, akhirnya marah-marah, anak semakin nangis, orang tua semakin kesal.
2. Tarik napas panjang, hempaskan, alihkan perhatian anak dari apa yang diinginkan

Biasanya kalau kondisi capek (apalagi puasa), suka ikut emosi. Ya gimana. Tapi sebisa mungkin segera ambil kendali agar anak nggak kelamaan menangis. Suka nggak tega T.T

Nah, hal-hal yang suka bikin anak nangis:
- Tunjuk-tunjuk meja minta diambilkan sesuatu. Kalau emang sekiranya aman, kasih aja dah. Tapi kalau kayak jarum, kabel colokan, daripada ambil resiko, mending nangis aja.
- Minta nonton video di HP. Video udah diputar, minta diganti. Udah diganti, minta ganti lagi. Gitu aja terus sampai dia nangis karena nggak sesuai dengan yang ia inginkan.
- Jam tidur siang, minta main di luar. Pintu ditutup dan nggak diijinkan keluar, nangis.

Yang paling nyebelin itu ya kalau udah jam tidur itu sih. Udah keliatan ngantuk, disusui berkali-kali, tapi nggak tidur-tidur, akhirnya uring-uringan sendiri.

Tapi gimanapun tingkah laku anak, tetap aja sayang :*

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.