Week 27 : Nyeri Punggung, Hemoroid, dan Jenis Kelamin

Thursday, January 10, 2019
Akhirnya datang juga jadwal berkunjung ke dokter kandungan. Ketemu di layar USG ya Nak. Meskipun sebenarnya rada kurang puas sih.

Aku sudah minta rujukan di Faskes I di tanggal 05 Januari, tapi baru periksa di tanggal 09 karena menyesuaikan jadwal dokter di RS yang ku pilih sebagai FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut). Jadwal dokter yang seharusnya di jam 13.00 ternyata diundur ke jam 15.00 WIB. Untungnya aku mendaftar via WhatsApp, jadi ketika ada perubahan jadwal seperti itu, aku sudah dikabari sebelumnya. Aku diminta datang jam 14.30 WIB.

Pulang kerja aku dan suami makan siang sambil menunggu waktu. Kurang lebih pukul 14.45 WIB aku sampai di rumah sakit, melakukan pendaftaran, menunggu beberapa menit untuk kemudian dipanggil perawat; mengukur tekanan darah dan menyampaikan keluhan.

"Nyeri punggung!" kataku semangat.

Akhir-akhir ini, memang itulah yang ku rasakan. Kerja, duduk terlalu lama, pinggang dan punggung seakan teriak minta diistirahatkan. Tidur malam pun mulai tak nyenyak. Miring kanan, miring kiri, telentang, serba salah. Pegal! Nafas juga sudah pendek-pendek. Mungkin ini indikator untuk segera memulai olahraga dan senam hamil.

Keluhan selanjutnya adalah soal hemoroid alias ambeien alias wasir. Sebenarnya aku benar-benar merasakan sakitnya hemoroid ini sejak UK 23 minggu, ketika BAB menjadi sesuatu yang menakutkan karena adanya darah yang keluar dan rasa nyeri yang luar biasa. Tapi berhubung saat itu belum ada jadwal periksa, jadi aku diamkan saja. Lagi pula aku malu, harus mengakui kalau aku punya ambeien dan juga, masih ada rasa tak nyaman jika harus memperlihatkan area itu, meski untuk alasan medis.

Akan tetapi, baca-baca dari pengalaman orang lain, ambeien itu wajar bagi ibu hamil, meski kebanyakan keluarnya di bulan-bulan terakhir menjelang persalinan. Ada yang bilang, ambeien bisa mempengaruhi cara bayi keluar dari perut, yang dikhawatirkan tidak bisa lahiran normal pervaginam dan harus sesar (SC). Akhirnya aku menyampaikan keluhan itu; hemoroid. Sebenarnya dibanding empat minggu yang lalu, sekarang ini sudah mendingan. 

Belum selesai mengkonsultasikannya, dokter sudah masuk ke ruangan. Aku pun dipersilahkan untuk keluar ruangan, mengantri sesuai urutan. Huhu. Di luar ruangan, aku sempat bertanya ke suami "Kalau nanti dicek hemoroidnya gimana? Malu!"

Entah aku pasien keberapa, aku merasa cukup lama menunggu, mungkin sekitar pukul 16.00 WIB baru dipanggil.

Masuk ruangan, aku langsung diarahkan perawat ke tempat tidur untuk pemeriksaan USG. Sambil persiapan, aku ditanya "Emang hemoroidnya udah besar Mbak?"

Heh? Aku bingung menjawab. Aku tak tahu standar besar kecilnya. Grade 1 seberapa, 2 seberapa. Selanjutnya aku disarankan untuk perbanyak makan buah-buahan

Tak lama, dokter menghampiri kami dan mulai melakukan pemeriksaan.

Kepalanya udah di bawah.
Ketubannya bagus.
Ari-arinya bagus.
Ini kepalanya ya.
Ini jantungnya.

Kemarin udah tahu cewek cowoknya? Belum. Kelihatan belum dok? Dokter memutar-mutar alat yang di atas perut. "Kayaknya cewek. Ini vaginanya."


Entahlah, aku tak bisa melihatnya dengan jelas, mungkin karena USG 2D jadi terlihat kabur dan tak fokus. "Cewek cowok sama aja ya, yang penting sehat." imbuh sang dokter.

Cetak hasil USG, selesai. Selanjutnya aku diminta untuk memiringkan tubuh, ku pikir perawat akan mengecek hemoroidku, tak lama perawat berkata "Kalau bangun, biasakan dari posisi miring ya, kasihan bayinya ketekan."

Huahaha, kenapa ku GR sekali.

Di meja dokter, dokter menuliskan hasil pemeriksaan. Ku lihat berat badan janin sebesar 650 gram. Cukup kaget sebenarnya karena menurut aplikasi kehamilan, seharusnya berat janin 27 minggu itu sekitar 900 - 1k gram. Dengan ukuran perut yang memang sudah membesar dan gampang membuatku lelah, ku pikir wajar kalau sudah 1k gram. Ternyata baru 650 gram saja.

Daripada penasaran, langsung ku tanyakan saja, "Kecil ya Dok?"
"Ya enggak. Masih batas normal, nanti 7 bulan 900 gram. Nggak usah gede-gede lah." kata dokter.

Meski menenangkan, tetap saja kepikiran. 'Kan sebentar lagi masuk 7 bulan, berarti harus mengejar berat badan yang kurang.' Tapi masih banyak waktu lah untuk menaikkan berat badan Si Kecil. Sementara itu, berat badanku sudah di angka 55 kg. Naik berapa kilo? Kalau patokannya BB sebelum menikah, sudah 7 kg kenaikan berat badanku. Tapi kan timbangannya beda-beda, bisa saja tidak akurat.

Pemeriksaan selesai. Selanjutnya aku pergi ke bagian Farmasi untuk pengambilan obat. Kali ini diresepi Trifacalc (kalsium) dan Emibion (penambah darah).


Alhamdulillah, bisa bertahan sampai sejauh ini. Berjuang sama-sama ya Nak.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.