Dia yang Semakin Spesial
Akhir-akhir ini aku sedang mengagumi seseorang. Dan setelah ku baca tulisanku di awal tahun 2014 silam, ternyata aku memang sudah menyukainya sejak awal aku berkenalan dengannya.
Sejak aku mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan baruku dan terlibat dalam rutinitas harian, aku dan dia sudah selayaknya seperti teman biasa. Melihat aku yang saat itu sedang suka-sukanya jalan-jalan, dia sering kali membagi kisah perjalanannya. Bahkan dia pernah memamerkan fotonya saat melakukan pendakian. Bagaimanapun juga, dia adalah orang yang suka berpetualang.
Aku tak lagi stalking mengenai kehidupannya di dunia maya karena seiring berjalannya waktu kami telah menjadi teman di dunia nyata dan di berbagai sosial media yang ada.
Begitulah ceritaku dengan dia, tak ada yang spesial. Hingga tiba di hari dimana dia menikah dengan wanita yang sama, yang ada di foto yang pernah dia pajang. Dengan berdalih sekalian jalan-jalan, aku mendatangi resepsi pernikahan mereka yang diadakan di ratusan kilometer sana. Sungguh senang rasanya melihat kalian bahagia.
Setelah menikah, aku melihat perubahan yang terjadi padanya. Aku selalu melihat keberadaannya saat melaksanakan sholat dhuhur dan ashar. Maaf, bukannya menuduh dia tak beribadah sebelumnya, hanya saja, aku tak pernah mendapati dia sholat di waktu yang sama denganku.
Aku senang dengan perubahan itu, tapi ya sudah~ Tak ada yang berubah dari cara pandangku terhadap dia. Dia tetap dia yang dulu.
Hingga kini aku menyadari sesuatu, bahwa perubahan yang dia lakukan selama ini, membuat dia semakin memesona. Terlihat spesial, jauh lebih spesial dibanding sebelumnya. Dan aku baru menyadari hal itu beberapa waktu yang lalu, saat kami pergi ke luar kota untuk sebuah tugas.
Sebagian besar dari kita akan men-jamak dan men-qashar sholat saat bepergian jarak jauh. Benar begitu bukan? Tapi tidak dengan dia. Dia meminta rekannya untuk mampir ke masjid, saat waktu sholat telah tiba. Ketika waktu dhuhur, dia ke masjid. Waktu ashar, dia ke masjid. Waktu maghrib, dia ke masjid. Tak ada sholat yang dia lewatkan. Walaupun itu hal yang wajar, tapi bagiku ini luar biasa.
Aku masih ingat bagaimana dulu, saat aku pergi bertiga, aku, dia, dan satu lagi teman. Aku melewatkan sholat dhuhurku karena aku tak berani mengajak mereka sholat (aku belum terlalu mengenal mereka saat itu). Mereka pun tak inisiatif untuk mengajak sholat. Batinku, aku nanti akan menjamak dengan sholat ashar saja. Hingga ashar sudah diujung waktu, mereka juga tak mengajak sholat. Aku pun ijin sebentar untuk sholat, berharap mereka akan sholat juga. Tak tahunya mereka justru asyik mengobrol dan merokok.
Oleh karena itu, ketika melihat dirinya yang sekarang, aku merasa takjub. Dia benar-benar telah berubah. Selain itu, ketika dia ditawari rokok oleh temannya, dia dengan halus menolaknya. 'Saya udah nggak ngerokok lagi.' begitu katanya. Dan ketika ku tanya apakah berhenti rokok karena pernah sakit, dia menjawab,"nggak. emang pengen berhenti aja."
Kemudian, saat aku tak sengaja mengangkat tas selempang yang dia bawa kemana-mana. Berat sangat. Penasaran, aku melihat isi di dalamnya. Terdapat sebuah buku. Ketika dia mendapatiku melihat isi tasnya, dia menjelaskan, "nih mi, aku bawa buku. biar bisa dibaca-baca pas di pesawat. eh nggak tahunya malah tidur. nggak jadi baca deh. hehehe."
Lalu, saat di bandara dia bercerita,"aku tuh suka kopi di Starb*ck. tapi sekarang udah nggak pernah." "Kenapa?" tanyaku. "habisnya Starb*ck secara terang-terangan mendukung LGBT sih. Selain itu, dia kan nyumbang hasil penjualannya untuk Amer*ka"
Selama tiga hari perjalanan bersamanya, aku melihat lebih dekat perubahan yang sudah dia lakukan. Dan itu semua mengubah cara pandangku terhadapnya.
Sebenarnya, dia sudah memperlihatkan perubahan itu di kesehariannya. Beberapa kali ku lihat dia share tentang Islam di facebooknya. Di percakapan, dia membahas mengenai Dajjal, Imam Mahdi, dan sebagainya. Ketika kami para wanita sedang heboh saat ngobrol, dia mengucapkan celetukan "gibah... gossiip... gunjing...". Dan ketika kami sedang melakukan kesalahan yang tidak disengaja, dia tanpa ada rasa menggurui berkata, "Nggak boleh tahu... harusnya bla.. bla.. bla.." Dia pun kini memanjangkan jenggot sebagai salah satu sunnah Rasul.
Selain itu, yang aku rasakan, dia menjadi orang yang berusaha baik terhadap semua orang.
Pernah suatu hari, aku dan teman-teman ingin makan siang diluar. Namun, tidak ada yang bisa mengantarkan kami. Dia sengaja ikut makan siang diluar agar bisa mengantarkan kami, pakai mobil dia pula. Jadilah kami berdelapan (dia pria seorang diri) makan siang di luar. Selesai makan, dia pun langsung membayar semua makanan kami di kasir. Padahal hari itu tak ada momen apa-apa, dan dia tanpa ada alasan mentraktir kami semua.
Perjalanan kemarin berhasil membuka mataku bahwa dia kini telah berubah, dan perubahan itu membuat dirinya semakin menawan dan semakin spesial.
Kalau boleh jujur, aku lebih menyukai perubahan yang dia lakukan dibandingkan dengan orang-orang yang (maaf) mendadak alim. Dia meng-upgrade dirinya tanpa mengubah karakternya. Dia masih sama seperti dia yang dulu. Masih suka narsis. Suka share foto ini itu. Ikut obrolan 'panas' teman-temannya. Suka nge-cengin orang. Benar-benar tak ada yang berubah dari pribadinya. Hanya saja, untuk hal-hal tertentu, dia membatasi diri. Dan dari yang ku lihat, perubahan yang selama ini dia lakukan, semata-mata hanya untuk meningkatkan hubungannya dengan Sang Pencipta. Semoga tetap istiqomah yaa :)
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^