Perempuan Pemberani
Dulu waktu SMA, aku punya teman bernama Ika. Kami bertetangga desa. Aku di Desa Kebonsari, dia di Desa Banjarsari. Desa kami bersebelahan.
Ika tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Ia lebih memilih tinggal bersama Budhenya, sementara orang tuanya kerja di Serang, Banten. Meski demikian, Ika sering mengunjungi orang tuanya ke Serang.
"Kamu kalau ke / dari Serang naik apa?" tanyaku di suatu hari.
"Kadang naik kereta, kadang naik bus." jawab Ika.
"Sama siapa?" tanyaku lagi.
"Sendiri."
Dalam hati aku membatin, berani sekali temanku yang satu ini. Dia menempuh jarak berkilo-kilo meter sendirian.
Percakapan itu selalu aku ingat, hingga akhirnya aku diterima kuliah di politeknik swasta di Jakarta. Keadaan tersebut mau tak mau memaksaku menjadi perempuan pemberani yang harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer demi bertemu kedua orang tua.
Pertama kali pulang kampung, aku naik bus. Sendirian. Beruntung ada teman yang berbaik hati membelikan tiket untukku, sehingga aku cukup pergi ke terminal dan mendatangi bus. Dan alhamdulillahnya, aku tak salah bus dan sampai rumah dengan selamat.
Kalau diingat-ingat lucu deh.. pertama kali aku pulang kampung. Aku berpamitan dengan teman-teman sekelas, bersalam-salaman, dan mohon didoakan semoga selamat sampai tujuan.
Semakin mengenal teman-teman di Jakarta, aku mencoba akomodasi lainnya. Kereta. Tahun 2011 aku mencoba kereta jarak jauh. Jakarta - Jenar.
Beuh, ingat sekali gimana kereta waktu itu. Bangku untuk enam orang, bisa diisi delapan orang. Dan kalau kamu tak berani mempertahankan bangkumu, maka siap-siap kamu berdiri. Belum lagi para pedagang yang berlalu lalang banyak sekali. Kini semua itu hanya menjadi sebuah kenangan yang tak ada ruginya kita ingat kembali :)
Aku juga kalo beli tiket pake cimb klik Miiii. Gampang banget. Eh itu promosi apa emang cerita beneran,hihihi.
ReplyDeleteBtw, aku udah invite site blognya ya Mia, folbeknya dong :p
Hahaha.. itu cerita beneran sekalian promosi :p
ReplyDeletewkwkkw
udah difollback ya kak :D