Malang, We Already Come

Tuesday, August 18, 2015
Salah satu berkah terindah di bulan Agustus 2015 adalah pergi ke Malang. Bromo, lebih tepatnya.

Keinginan ini mengendap sudah cukup lama, sejak aku jadi mahasiswi tingkat akhir tahun 2013 silam. Rencana tinggal rencana dan mahasiswa tetaplah mahasiswa. Uang tabungan lebih bijak dibelanjakan makanan enak daripada digunakan untuk bepergian. Hingga tahun 2015 ini, saat aku dan teman-teman sudah menemukan ladang rejeki kami masing-masing, kami pun sepakat untuk mewujudkan impian kami; pergi ke Bromo.

Sejak April kami sudah mulai menyusun rencana. Dan yang pertama kami lakukan adalah menentukan tanggal. Ini hal paling sulit karena masing-masing dari kami bekerja di tempat yang berbeda dan harus menyesuaikan diri dengan jadwal kerja. Tak boleh cuti~lah, harus lembur~lah, dan permasalahan klasik lainnya. Akhirnya kami memutuskan berangkat tanggal 14 Agustus 2015.

Jauh-jauh hari sudah aku ingatkan; jika bepergian jauh antarprovinsi menggunakan kereta, sebaiknya pesan tiket di H-90. Tiket kereta susah didapat, apalagi long weekend. 
Tak ada yang memperhatikan apa yang ku katakan. Toh, waktu mereka cek, posisi tiket kereta Jakarta-Malang masih ada 100an bangku kosong. Oke, never mind. Hingga di H-60 kami masih belum beli tiket. Hasilnya, tiket habis. Semua kalang kabut. Tapi kami masih punya alternatif lain. Kami akan ke Surabaya lebih dahulu dan lanjut ke Malang. Beruntung tiket murah masih ada:
Kereta Kertajaya: Jakarta-Surabaya Turi 90.000
Kereta Bima: Surabaya Gubeng-Malang 40.000

Pulangnya kami masih kebagian tiket langsung dari Malang:
Kereta Matarmaja: Malang-Jakarta 115.000
Tiket kereta PP Jakarta - Malang
Trip kali ini, kami berhasil mengumpulkan anggota sebanyak 19 orang dari Jakarta dan 2 orang dari Surabaya. Namun, karena suatu hal, kami hanya ber-16 karena 5 orang mengurungkan niatnya, cancel.

Aku mendapat tugas untuk mengurus trip ini. Aku pun googling, searching about traveling to Bromo. Rata-rata travel memberikan harga yang sama. Aku pun memilih salah satunya. Travel yang aku pilih ini menawarkan 2 pilihan:

1.Bromo Sunrise(Coban Pelangi+Petik Apel+sunrise Bromo): Rp 495.000,-

2.Bromo-Batu City Tour (Sunrise Bromo+BNS+Museum Angkut+Movie Star): Rp 700.000,-

Harga di atas di luar tiket kereta. Kami memilih opsi kedua. Sejak menentukan pilihan, akulah yang intens menghubungi pihak travel. Hingga hari H tiba...

14 Agustus 2015
Kami janji ketemuan di St. Pasar Senen pukul 13.00 WIB. Kereta kami berangkat pukul 14.00 WIB. Tak ada yang terlambat. Meskipun demikian, kami sempat dibentak petugas karena 4 menit sebelum kereta berangkat, kami masih di pengecekan tiket. But, everything is ok.

15 Agustus 2015
Pukul 01.30 WIB kami tiba di St. Surabaya Turi. Mas Surya, salah satu agen travel, sudah menjemput kami disana. Dia telah menyediakan 2 mobil untuk mengantarkan kami ke St. Surabaya Gubeng. Namun, sebelum ke Gubeng, kami singgah sebentar di Rawon Setan, warung ini buka 24jam.
Menu Rawon Setan
Harga tidak tertera di menu. Dan cukup menakjubkan ketika kami harus membayarnya.
Nasi Rawon : 36.000
Nasi Pecel : 26.000
Es Teh manis : 6.000
Es Jeruk Nipis : 11.000
Super sekali bukan?

Selanjutnya kami diantar ke St. Gubeng. Tak lebih dari 20 menit, kami sudah sampai.

Kereta Bima yang akan mengantar kami ke Malang berangkat pukul 06.20 WIB. Artinya kami masih punya banyak waktu di St. Gubeng dan kami gunakan untuk ganti baju, cuci muka, dan juga menunggu 2 orang teman kami yang di Surabaya.
Pukul 06.00 WIB, kami pun siap berangkat.
Ready to go
Bima melaju dengan anggunnya. Dan karena kelas eksekutif, kami pun merasa nyaman dan tak sadar sudah sampai Malang.
We are in Malang
Di St. Malang, kami sudah dijemput Mas Heni, salah satu agen travel yang mendampingi kami hari ini. Kami pun naik bus yang sudah disiapkan.

Tujuan pertama kami: Balai Kota Malang. Tak banyak yang kami lakukan. Cukup mengambil foto seperlunya.
Di Taman, Depan Balai Kota
Selanjutnya kami menuju Batu. Museum Angkut adalah tujuan kami, tapi sebelumnya kami makan siang (gratis) terlebih dahulu.
Menanti makanan
Setelah kenyang, kami pun menuju Museum Angkut.
Ramainya Museum Angkut
Gelang tanda masuk Museum Angkut
Di museum ini kita bisa melihat berbagai jenis angkutan yang ada di Indonesia dan di luar negeri.
Koleksi Museum Angkut
Yuk, intip keseruan lain di Museum Angkut berikut ini:
Tariiikk... Dorooongg...
Mulai dari 0 ya...
Pergi kemana ya??
Di Museum Angkut ini ada 1 jenis permainan yang patut dicoba, yaitu
Try this!!!
Aku lupa nama wahana ini apa. Yang jelas, dengan membayar 15.000, kami mendapat nomor urut dan koin.
Tunggu Antrian
Kendaraan itu bergerak tanpa dikayuh. Ada semacam tuas yang bisa digerakkan ke kanan, kiri, depan, dan belakang untuk mengendalikannya. Sensasinya seru!

Pukul 17.00 WIB kami lanjut ke Batu Night Spectacular atau BNS. Disini terdapat wahana-wahana seru yang bisa dicoba. Namun, setiap wahana dikenakan tarif.

Aku menjajal Graviton, semacam wahana yang dari luar kelihatannya hanya diputar-putar yang akan membuat pusing kepala. Di dalam wahana, aku dan ketiga temanku hanya disuruh bersandar di dinding tanpa dibekali alat pengaman apapun. Dan perlahan tubuh kami seakan tertarik ke dinding. Kami seperti cicak yang menempel di dinding.

Selanjutnya, kami mencoba Battle Area. Permainan ini menjadi seru karena kami bertiga belas terbagi menjadi dua team yang masing-masing dibekali tembak laser untuk merobohkan tim lain.

Di permainan ini aku teramat payah. Lihatlah skorku. Paling sedikit menembak dan paling banyak ditembak.
Skorku
Meski timku mengalami kekalahan, tapi tetap menyenangkan!

Lanjut kami ke Lampion Garden. Banyak lampion yang dibentuk menjadi rumah, hewan, bunga, dan sebagainya. Sungguh romantis.



Dan yang terakhir, kami ke wahana Berburu Hantu. Meski sedikit takut, kami berhasil melaluinya.

Lelah seharian, kami pun menuju homestay untuk beristirahat.

16 Agustus 2015
Pukul 01.00 WIB kami semua dibangunkan untuk bersiap-siap. Dua jeep sudah siap di depan homestay. Kami pun segera bergegas. Setelah dibagi menjadi dua rombongan, jeep kami melaju. Dingin terasa menusuk tulang. Sesekali kami terbatuk karena debu yang beterbangan.

Tiba-tiba jeep yang aku tumpangi berhenti. Mogok, tak bisa jalan. Sementara satu jeep lainnya sudah melaju kencang di depan. Aku bersama 7 orang di jeep tersebut akhirnya dipecah dan diikutkan di jeep rombongan lain yang tak kami kenal. Tak apalah, yang penting kami bisa sampai tujuan. Meski demikian, kami tidak dipertemukan dengan rombongan kami yang sudah sampai lebih awal. Kami pun terpisah saat menikmati sunrise.
Sunrise di Bromo
Setelah agak terang, akhirnya kami dipertemukan kembali. Akhirnya kami menumpang di jeep mereka, meski tak lama kemudian kami kembali terpisah menjadi 2 rombongan karena jeep yang mogok sudah selesai diperbaiki.
Dipertemukan kembali
Jeep mengantar kami di kaki Gunung Bromo. Disana terlihat puluhan jeep, ratusan orang, dan banyak kuda. Kuda? Ya, untuk mencapai kawah di Puncak Gn. Bromo ada 2 pilihan:
1. Jalan kaki : GRATIS
2. Naik kuda : 150.000,-

Kebanyakan dari kami memilih jalan kaki. Dan tantangan paling berat selain jalanannya yang terus menanjak adalah debu yang terbang tak karuan, tak heran karena Gunung Bromo memang tersusun oleh trilyunan pasir. Kuda yang berlari kencang pun menjadikan debu mengepul menyesakkan dada para pejalan kaki. Tapi, syukurlah kami berhasil melewati badai ini.

Kami sampai di puncak sungguh takjub menikmati keindahan alam yang luar biasa.
Kawah Gn. Bromo
Di puncak Gn. Bromo
Hari semakin terik. Kami pun turun gunung, lebih cepat dibanding waktu naik. Berikutnya, jeep membawa kami ke Pasir Berbisik. Yang terlihat hanyalah padang pasir yang siap membakar kulit kami. Kami pun urung singgah di tempat ini.

Jeep kembali melaju. Kali ini kami dibawa ke Bukit Teletubies. Dan pemandangan yang disajikan sungguh... sungguh... memesona.
Di Bukit Teletubies
Setelah dirasakan cukup mengabadikan moment, jeep kembali berjalan. Jeep 1 bergerak dengan gagahnya. Sementara Jeep 2, jeep yang aku tumpangi, mengikuti dari belakang. Awalnya kami masih beriringan. Lama kelamaan jeepku ketinggalan jauh dan harus berhenti gegara mogok lagi.

Butuh waktu sekitar 30 menit untuk memperbaikinya. Jeep kami sudah dilewati jeep lain. Dan setelah diperbaiki, jeep kami masih belum berjalan. Rupanya, jeep yang jauh di depan kami mogok, dan jalan hanya satu jalur, artinya kami bisa melanjutkan perjalanan jika jeep yang mogok tadi sudah kembali normal. Tambah lah lama kami menunggu. Sekitar satu jam kami menunggu, akhirnya semua berjalan lancar. Kami pun selamat sampai homestay.

Sesampainya di homestay, kami langsung mandi, makan, dan beberes. Tak lama kemudian, angkot berwarna biru sudah berada di depan homestay, siap mengantar kami ke Pusat Oleh-oleh dan St. Malang. Kami pun tiba tepat waktu. Kereta Matarmaja pukul 17.00 WIB membawa kami pulang.

7 comments:

  1. Wow liburan bareng temen-temen itu emang menakjubkan ya Mbak. Duh, tapi rawonnya mahal banget nih. Dompet bisa jebol deh.

    Seru nih yang di museum angkut. Tempat ini kemarin-kemarin banyak diliput tipi swasta tuh Mbak. Jadi ngiler. Kalau di BNS dan Bromo sudah pernah juga pas ada acara kampus. Seru pas perjalanan menuju Bromo. Tengah malam menggigil di antara jalanan yang berkelok-kelok.

    ReplyDelete
  2. Hehehe, Bromo is always good idea. Jika kalo bukan lagi high season, dia menjadi tempat yang paling asyik buat lari dari kenyataan. Eh :D

    ReplyDelete
  3. perjalanan yang seruuuu ya :(...aku pengen balik lagi ke `malang..

    ReplyDelete
  4. wow...what a trip! asyik ya mbak. tapi beneran tuh rawon pecel 26.000??? muahalnya. tapi terbayar dg kegenbiraan sesudahnya kok ya. hehe...

    ReplyDelete
  5. iyah 26rb. soalnya ada dagingnya juga

    ReplyDelete
  6. Whoaaaa Bromo dan sunrisenyaaa <3 <3 <3

    ReplyDelete
  7. Allhamdulillah akhirnya kesampaian ya impian ke Bromo, aku belum pernah kesan amalah :)

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.